Saat ini, 2013 sudah tinggal berumur beberapa hari lagi dan tentunya
meninggalkan banyak kenangan bagi semua yang ada di dunia, termasuk bulu
tangkis Indonesia. Tahun 2013 ini pun ditandai dengan dimulainya tahun
kerja pertama kepengurusan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia
(PBSI) di bawah komando Gita Wirjawan.
Banyak hal menarik yang dilakukan oleh PBSI periode 2012-2016 ini.
Yang pertama tentunya adalah kesuksesan menarik Rexy Mainaky kembali ke
Tanah Air dan memasukkannya ke dalam jajaran pengurus, pun begitu halnya
dengan sejumlah mantan pemain hebat lainnya seperti Ricky Soebagdja dan
Susi Susanti. Meski mereka semua sudah diumumkan menjadi bagian dari
PBSI pada akhir 2012, namun waktu efektif mereka mulai bekerja dimulai
di awal 2013.
Selain perkara pembenahan sektor teknik, PBSI juga melakukan
pembenahan di sektor manajemen. Ide untuk sponsor pribadi benar-benar
merupakan sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Dengan demikian, maka
nilai seorang pemain tak lagi ditentukan oleh PBSI, melainkan langsung
oleh para pihak-pihak yang mengikuti lelang sponsor. Semakin tinggi
prestasi, tentunya makin tinggi pula tawaran yang masuk dan makin
terbuka pula perang tawar-menawar harga. Kemudian hal itu masih ditambah
beberapa kebijakan baru lainnya seperti pengawasan kedisiplinan dan
gizi yang lebih ketat. Semuanya semata untuk menunjang prestasi para
atlet.
Pembenahan-pembenahan inilah yang kemudian mendorong tercapainya
target-target besar PBSI di tahun 2013. Piala Sudirman dilewati
Indonesia dengan pujian karena kalah 2-3 dari Cina di babak perempat
final. Sebuah usaha yang dirasa sudah maksimal dan menimbulkan secercah
harapan.
Dua turnamen besar, All England yang dimenangi Tontowi Ahmad/Liliyana
Natsir dan Kejuaraan Dunia 2013 yang dijuarai Mohammad Ahsan/Hendra
Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga menjadi target besar
lainnya yang dimenangi PBSI. Memang, nama-nama di atas adalah nama-nama
yang sering disebut nama generasi lama yang memang sudah jadi andalan di
era kepengurusan sebelumnya, namun tanpa pengelolaan manajemen yang
bagus dari PBSI belum tentu Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana bisa
meraih prestasi tinggi itu.
Target SEA Games pun kemudian dengan mulus dilewati. Yang patut
mendapat sorotan di balik kesuksesan target SEA Games adalah karena
target tersebut terpenuhi dengan tim yang tak diperkuat beberapa pemain
utama seperti Tommy Sugiarto dan juga Ahsan/Hendra plus
Tontowi/Liliyana.
Dari segi pembinaan, PBSI pun sudah mulai beroperasi ke daerah-daerah
untuk membentuk akar yang kuat dalam sebuah program pembibitan. PBSI
lewat Kabid Pengembangan mulai menyusun standar dan sistem pelatihan
yang seragam ke pelatih-pelatih daerah agar nantinya pemolesan atlet
berada di arah yang benar sejak usia dini.
Mengacu pada hal-hal yang disebutkan di atas, maka boleh dibilang
tahun pertama kepengurusan PBSI di bawah komando Gita Wirjawan terbilang
sukses.
Sukses besar? Belum sampai ke level itu, namun harus diakui bahwa
PBSI periode ini telah meletakkan pondasi bangunan yang bagus sebagai
sebuah awal dari hasil akhir karya mereka yang nantinya dinilai di akhir
kepengurusan pada tahun 2016 mendatang.
Tantangan sendiri makin menarik bagi PBSI di tahun 2014 mendatang.
Tahun 2013 yang bisa dibilang disebut tahun adaptasi dimana toleransi
bagi kegagalan cukup besar, namun hal itu akan mulai berkurang di tahun
depan. Jika tahun 2013 adalah tahun dimana para pengurus PBSI masih bisa
berbicara bahwa mereka masih melihat situasi, suasana, dan beradaptasi,
maka alasan itu akan semakin tidak diterima di tahun 2014 dan
tahun-tahun yang akan datang.
Di tahun 2014 ini, jelas PBSI telah menetapkan target-target besar
yang akan menjadi tolok ukur prestasi mereka. Jika melihat kalender BWF
yang ada, target besar itu mungkin antara lain Piala Thomas-Uber di
India, Asian Games di Korea, dan dua event reguler, All England dan
Kejuaraan Dunia.
Untuk Piala Thomas-Uber, PBSI bisa mendapatkan nilai sangat positif
di tahun 2014 jika bisa kembali membawa Piala Thomas ke Tanah Air, Piala
yang terakhir kali dimenangi oleh Indonesia tahun 2002 silam. Dari segi
materi tim yang ada saat ini, Indonesia memiliki kans untuk merebut
Piala tersebut meskipun peluang Indonesia tak sebesar Cina. Namun jika
Cina lengah sedikit saja, Indonesia bisa masuk garis finis perebutan
Piala Thomas sebagai juara. Sementara untuk Piala Uber, rasanya
penggemar bulu tangkis pun akan realistis dan sadar betul bahwa untuk
tahun depan, peluang di atas kertas untuk merebut Piala tersebut
sangatlah kecil.
Sementara untuk All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games tahun
depan, rasa-rasanya harapan menjadi juara masih belum bergeser dari
nama-nama yang selama ini jadi andalan seperti Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana.
Nama-nama lain harus membuktikan diri terlebih dulu di
turnamen-turnamen super series/super series premier di awal tahun. Jika
ternyata ada lonjakan prestasi yang luar biasa dari seorang pemain di
paruh pertama tahun 2014, maka bisa saja kemudian dirinya jadi tumpuan
dan harapan untuk merebut gelar juara di Kejuaraan Dunia dan Asian Games
yang berlangsung di semester kedua pada 2014 nanti.
Jikapun belum ada pemain lain di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana yang mampu jadi andalan di event individu penting macam
All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games di tahun depan, PBSI
tetap harus mampu mendorong pemain di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana untuk mulai keluar sebagai juara super series, atau
setidaknya konsisten bertahan hingga babak akhir dari satu turnamen ke
turnamen lainnya.
Dengan demikian, itu akan menjadi modal berharga bagi PBSI untuk
memiliki pemain hebat lainnya di 2015 mendatang dan menciptakan opsi
harapan juara lain di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Namun jika
itu gagal dilakukan PBSI di tahun 2014, maka PBSI akan makin berada di
posisi sulit pada tahun 2015, setahun jelang Olimpiade Rio de Janeiro
2016 berlangsung, karena tidak ada lagi andalan di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana pun belum tentu
mampu untuk bisa terus berada dalam kondisi fit dan stabil di level
performa terbaiknya.
Walaupun tidak populer dan bisa langsung dinikmati, program pembinaan
di daerah juga tetap harus dilakukan oleh PBSI secara konsisten dan
berkelanjutan. Jika ini dilakukan, maka setidaknya PBSI sudah memberikan
warisan berharga yang kelak akan dinikmati bangsa ini di dekade
selanjutnya.
Tahun 2013 yang merupakan tahun adaptasi sudah dilewati PBSI dengan
sukses dan di atas ekspektasi yang diharapkan. Tantangan lebih berat
akan menanti di 2014 dimana PBSI dituntut untuk tetap mampu berprestasi
dan mempermulus proses regenerasi, baik itu regenerasi jangka pendek
berupa bertambahnya andalan untuk turnamen level atas, maupun regenerasi
jangka panjang berupa pemain-pemain muda yang diharapkan cepat matang.
-Putra Permata Tegar Idaman-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar