Rabu, 15 Januari 2014

Sukses di 2013, Tantangan Berat di 2014

Saat ini, 2013 sudah tinggal berumur beberapa hari lagi dan tentunya meninggalkan banyak kenangan bagi semua yang ada di dunia, termasuk bulu tangkis Indonesia. Tahun 2013 ini pun ditandai dengan dimulainya tahun kerja pertama kepengurusan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di bawah komando Gita Wirjawan.
Banyak hal menarik yang dilakukan oleh PBSI periode 2012-2016 ini. Yang pertama tentunya adalah kesuksesan menarik Rexy Mainaky kembali ke Tanah Air dan memasukkannya ke dalam jajaran pengurus, pun begitu halnya dengan sejumlah mantan pemain hebat lainnya seperti Ricky Soebagdja dan Susi Susanti. Meski mereka semua sudah diumumkan menjadi bagian dari PBSI pada akhir 2012, namun waktu efektif mereka mulai bekerja dimulai di awal 2013.
Image
Selain perkara pembenahan sektor teknik, PBSI juga melakukan pembenahan di sektor manajemen. Ide untuk sponsor pribadi benar-benar merupakan sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Dengan demikian, maka nilai seorang pemain tak lagi ditentukan oleh PBSI, melainkan langsung oleh para pihak-pihak yang mengikuti lelang sponsor. Semakin tinggi prestasi, tentunya makin tinggi pula tawaran yang masuk dan makin terbuka pula perang tawar-menawar harga. Kemudian hal itu masih ditambah beberapa kebijakan baru lainnya seperti pengawasan kedisiplinan dan gizi yang lebih ketat. Semuanya semata untuk menunjang prestasi para atlet.
Pembenahan-pembenahan inilah yang kemudian mendorong tercapainya target-target besar PBSI di tahun 2013. Piala Sudirman dilewati Indonesia dengan pujian karena kalah 2-3 dari Cina di babak perempat final. Sebuah usaha yang dirasa sudah maksimal dan menimbulkan secercah harapan.
Dua turnamen besar, All England yang dimenangi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Kejuaraan Dunia 2013 yang dijuarai Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga menjadi target besar lainnya yang dimenangi PBSI. Memang, nama-nama di atas adalah nama-nama yang sering disebut nama generasi lama yang memang sudah jadi andalan di era kepengurusan sebelumnya, namun tanpa pengelolaan manajemen yang bagus dari PBSI belum tentu Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana bisa meraih prestasi tinggi itu.
Image
Target SEA Games pun kemudian dengan mulus dilewati. Yang patut mendapat sorotan di balik kesuksesan target SEA Games adalah karena target tersebut terpenuhi dengan tim yang tak diperkuat beberapa pemain utama seperti Tommy Sugiarto dan juga Ahsan/Hendra plus Tontowi/Liliyana.
Dari segi pembinaan, PBSI pun sudah mulai beroperasi ke daerah-daerah untuk membentuk akar yang kuat dalam sebuah program pembibitan. PBSI lewat Kabid Pengembangan mulai menyusun standar dan sistem pelatihan yang seragam ke pelatih-pelatih daerah agar nantinya pemolesan atlet berada di arah yang benar sejak usia dini.
Mengacu pada hal-hal yang disebutkan di atas, maka boleh dibilang tahun pertama kepengurusan PBSI di bawah komando Gita Wirjawan terbilang sukses.
Sukses besar? Belum sampai ke level itu, namun harus diakui bahwa PBSI periode ini telah meletakkan pondasi bangunan yang bagus sebagai sebuah awal dari hasil akhir karya mereka yang nantinya dinilai di akhir kepengurusan pada tahun 2016 mendatang.
Tantangan sendiri makin menarik bagi PBSI di tahun 2014 mendatang. Tahun 2013 yang bisa dibilang disebut tahun adaptasi dimana toleransi bagi kegagalan cukup besar, namun hal itu akan mulai berkurang di tahun depan. Jika tahun 2013 adalah tahun dimana para pengurus PBSI masih bisa berbicara bahwa mereka masih melihat situasi, suasana, dan beradaptasi, maka alasan itu akan semakin tidak diterima di tahun 2014 dan tahun-tahun yang akan datang.
Di tahun 2014 ini, jelas PBSI telah menetapkan target-target besar yang akan menjadi tolok ukur prestasi mereka. Jika melihat kalender BWF yang ada, target besar itu mungkin antara lain Piala Thomas-Uber di India, Asian Games di Korea, dan dua event reguler, All England dan Kejuaraan Dunia.
Untuk Piala Thomas-Uber, PBSI bisa mendapatkan nilai sangat positif di tahun 2014 jika bisa kembali membawa Piala Thomas ke Tanah Air, Piala yang terakhir kali dimenangi oleh Indonesia tahun 2002 silam. Dari segi materi tim yang ada saat ini, Indonesia memiliki kans untuk merebut Piala tersebut meskipun peluang Indonesia tak sebesar Cina. Namun jika Cina lengah sedikit saja, Indonesia bisa masuk garis finis perebutan Piala Thomas sebagai juara. Sementara untuk Piala Uber, rasanya penggemar bulu tangkis pun akan realistis dan sadar betul bahwa untuk tahun depan, peluang di atas kertas untuk merebut Piala tersebut sangatlah kecil.
Sementara untuk All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games tahun depan, rasa-rasanya harapan menjadi juara masih belum bergeser dari nama-nama yang selama ini jadi andalan seperti Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana.
Nama-nama lain harus membuktikan diri terlebih dulu di turnamen-turnamen super series/super series premier di awal tahun. Jika ternyata ada lonjakan prestasi yang luar biasa dari seorang pemain di paruh pertama tahun 2014, maka bisa saja kemudian dirinya jadi tumpuan dan harapan untuk merebut gelar juara di Kejuaraan Dunia dan Asian Games yang berlangsung di semester kedua pada 2014 nanti.
Jikapun belum ada pemain lain di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana yang mampu jadi andalan di event individu penting macam All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games di tahun depan, PBSI tetap harus mampu mendorong pemain di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana untuk mulai keluar sebagai juara super series, atau setidaknya konsisten bertahan hingga babak akhir dari satu turnamen ke turnamen lainnya.
Dengan demikian, itu akan menjadi modal berharga bagi PBSI untuk memiliki pemain hebat lainnya di 2015 mendatang dan menciptakan opsi harapan juara lain di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Namun jika itu gagal dilakukan PBSI di tahun 2014, maka PBSI akan makin berada di posisi sulit pada tahun 2015, setahun jelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016 berlangsung, karena tidak ada lagi andalan di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana pun  belum tentu  mampu untuk bisa terus berada dalam kondisi fit dan stabil di level performa terbaiknya.
Walaupun tidak populer dan bisa langsung dinikmati, program pembinaan di daerah juga tetap harus dilakukan oleh PBSI secara konsisten dan berkelanjutan. Jika ini dilakukan, maka setidaknya PBSI sudah memberikan warisan berharga yang kelak akan dinikmati bangsa ini di dekade selanjutnya.
Tahun 2013 yang merupakan tahun adaptasi sudah dilewati PBSI dengan sukses dan di atas ekspektasi yang diharapkan. Tantangan lebih berat akan menanti di 2014 dimana PBSI dituntut untuk tetap mampu berprestasi dan mempermulus proses regenerasi, baik itu regenerasi jangka pendek berupa bertambahnya andalan untuk turnamen level atas, maupun regenerasi jangka panjang berupa pemain-pemain muda yang diharapkan cepat matang.
-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar