Rabu, 15 Januari 2014

Pelatnas Cipayung, Masa yang Tak Pasti

Pengumuman nama-nama yang menjadi anggota Pelatnas Cipayung 2014 sudah dipublikasikan. Ada rasa senang dan kecewa yang meliputi perasaan para penggemar bulu tangkis karena pemain idolanya tetap bertahan ataupun harus keluar dari pelatnas Cipayung.
Pun begitu halnya dengan para pemain itu sendiri. Perasaan mereka tentunya lebih campur aduk dari yang dirasakan orang-orang yang hanya berstatus sebagai penggemar bulu tangkis. Mungkin ada yang biasa saja karena sudah tahu pasti akan bertahan di pelatnas Cipayung, ada yang lega karena nama mereka ternyata masih masuk skuat tahun ini, ada yang berbesar hati karena tak lagi menjadi bagian dari pelatnas Cipayung, dan ada yang tak percaya karena namanya menghilang dari daftar pemain yang ada.
Image
Pelatnas Cipayung memang jelas menjadi bagian tak terpisahkan dari kesuksesan bulu tangkis Indonesia sejak pelatnas itu resmi berjalan di awal tahun 1990-an setelah sebelumnya pelatnas berlokasi di daerah Senayan. Di tempat itu, para pebulu tangkis berbagi impian dan juga harus bersaing menggapai impian itu. Mereka ada di tempat yang sama, bersahabat dengan orang-orang yang juga bisa menggagalkan mimpi yang mereka emban jauh sebelumnya.
Pelatnas Cipayung sendiri tidak punya waktu yang pasti tentang durasi dan masa edar seorang pemain di dalamnya. Bisa jadi hanya setahun, dua tahun, tiga tahun, atau lebih lama lagi, tidak ada yang bisa menjawabnya dengan kepastian seratus persen. Karena itulah, setiap detik yang ada di Cipayung itu begitu berharga bagi para pemain. Mereka harus terus memanfaatkan waktu yang mereka punya karena bisa jadi itu adalah detik-detik terakhir dalam status mereka sebagai pemain pelatnas Cipayung.
Di Pelatnas Cipayung, seluruh kebutuhan atlet relatif sudah dipenuhi. Tempat tidur, makanan, hingga peralatan latihan pun sudah ada. Mereka pun tak perlu jauh-jauh melangkah dari tempat tidur menuju lokasi latihan. Jika para atlet pelatnas di era pelatnas Senayan masih harus berjalan kaki atau bahkan menumpang kendaraan umum, maka atlet pelatnas Cipayung tinggal perlu tak lebih dari 50 langkah dari kamar mereka menuju lapangan tempat latihan.
Dengan kondisi demikian, maka otomatis banyak yang beranggapan bahwa atlet seharusnya bisa dengan optimal mengeluarkan seluruh kemampuan yang mereka miliki. Mereka tak perlu lagi bersusah payah untuk urusan-urusan di luar latihan. Tugas mereka hanyalah berlatih dan berlatih. Itu saja.
Image
Namun sebagaimana lazimnya manusia dan bukan robot, pastilah perilaku atlet pelatnas Cipayung tidak seluruhnya sesuai harapan. Ada distorsi dalam keseharian mereka yang akhirnya membuat mereka terkadang tidak optimal dalam menghabiskan waktu mereka di Cipayung.
Setelah seseorang memutuskan untuk berkarir menjadi atlet, maka mereka memang dituntut untuk memiliki level kedewasaan yang lebih tinggi dibandingkan orang pada umumnya. Hal itu tidak lain lantaran mereka sudah harus memutuskan segala sesuatunya dengan pola pikir orang dewasa di saat usia mereka masih muda. Semua itu berhubungan terhadap durasi karir seorang atlet yang rata-rata hanya bertahan hingga usia 30-an, jauh berbeda dengan profesi lainnya yang justru semakin matang dan berpengalaman ketika memasuki usia tersebut.
Karena itu jangan pernah sia-siakan kesempatan yang pernah didapat di pelatnas. Jika memang harus gagal, maka gagallah dengan senyum kebanggaan karena telah memberikan semua yang ada dalam latihan sehari-hari. Dan bukan malah gagal dalam penyesalan karena tak pernah menampilkan potensi maksimal dalam diri.
Jika pun tak lagi menjadi bagian dari pelatnas Cipayung, kini jalan di luar lebih bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peluang untuk terus berprestasi terbuka sama lebarnya dengan para penghuni pelatnas Cipayung, meski usaha yang lebih keras mutlak harus mereka lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar