Rabu, 15 Januari 2014

Regenerasi...

Ketika melihat nama-nama pemain muda berseliweran di kancah bulu tangkis internasional seperti, Ratchanok Inthanon dari Thailand, Bao Yixin dari Cina, Sindhu P.V dari India penggemar bulu tangkis di Indonesia kemudian membanding-bandingkan dengan fakta yang ada di Tanah Air dimana pebulu tangkis sepantaran mereka masih harus berjuang di pelatnas dan belum bisa dipandang sebagai pebulu tangkis papan atas dunia.
Tamparan makin keras bagi wajah bulu tangkis Indonesia kemudian seolah datang saat Ratchanok yang masih berusia 18 tahun mampu menjadi juara dunia tahun ini, saat umurnya masih 18 tahun dan ia masih bisa ikut Kejuaraan Dunia Junior di tahun yang sama. Ketika Ratchanok mencapai puncak, regenerasi bulu tangkis Indonesia justru tengah mendapat sorotan tajam. Tidak hanya para pebulu tangkis tunggal putri, seretnya regenerasi di Indonesia juga dianggap terjadi pada semua nomor tanpa terkecuali.
Image
Yang patut dicermati pertama kali adalah sistem pembagian kelas turnamen bulu tangkis di Indonesia, mulai dari kelas anak-anak, pemula, remaja, taruna, kemudian beralih ke dewasa. Biasanya, para pemain yang dipanggil ke pelatnas adalah pemain yang ada di kategori taruna atau di kisaran di 17-19 tahun. Usia itu kadang dianggap orang sudah terlalu terlambat lantaran kembali berkaca kepada contoh di luar sana bahwa Ratchanok sudah juara dunia junior di usia 14 tahun dan terus berlanjut sampai akhirnya ia menjadi juara dunia pada usia 18 tahun.
Jika mengambil contoh dalam negeri, maka kemudian akan disodorkan nama Mia Audina yang sudah masuk Tim Uber pada usia 14 tahun atau Taufik Hidayat yang sudah menjadi runner up All England pada usia 17 tahun di awal karir mereka.
Namun yang patut digarisbawahi adalah tidak semua pemain sespesial Taufik, Mia, ataupun Ratchanok. Mereka memang punya kelas tersendiri dan terbukti tidak semua pemain dari berbagai negara di dunia bulu tangkis bisa melambungkan nama mereka di usia di bawah 20 tahun. Untuk rata-rataan umumnya, para pebulu tangkis mulai unjuk gigi selepas usia 20 tahun ke atas.
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia dan PBSI untuk menciptakan Taufik dan Mia di era saat ini? Langsung menceburkan pemain-pemain junior sedini mungkin agar nantinya mereka bisa cepat matang di usia muda? Pilihan ini sendiri pun juga memiliki resiko yang cukup besar. Mereka bisa frustasi jika kemampuan mereka tidak spesial dan jauh di atas rata-rata kemampuan pemain sebayanya.
Sebenarnya dari panduan acuan yang ada di level turnamen nasional dan internasional sudah menggambarkan jelas dan bisa jadi tuntunan. Untuk level kategori nasional contohnya, bisa saja para pemain yang sudah dianggap merajai turnamen sirkuit nasional level remaja langsung diturunkan oleh klubnya di level taruna pada turnamen selanjutnya. Jika ia masih bisa menguasai level taruna di usianya yang masih remaja, maka ia bisa langsung berlanjut ke level dewasa. Memenangi sirkuit nasional kategori dewasa saat usianya masih masuk kategori umur remaja, maka jelas pemain itu memiliki potensi untuk semakin berkembang dan jelas bakal menjadi incaran PBSI untuk masuk skuat pelatnas.
Untuk turnamen internasional sendiri pun gambarannya jelas mulai dari future series, international series, international challenge, grand prix, grand prix gold, super series, dan super series premier. Semua turnamen itu sendiri menunjuk daftar peringkat BWF sebagai acuan untuk masuk babak kualifikasi/utama dan sistem unggulan.
Dari sini pun sudah bisa terlihat jelas gambarannya. Bagaimana mungkin pemain muda yang masih terseok-seok dan sulit juara di level international challenge atau grand prix, langsung diharapkan bisa menjelma sebagai pemain penuh prestasi di usia muda.
Semuanya butuh proses. Jika pemain muda itu memang sudah menunjukkan kualitas dan memenangi banyak turnamen grand prix atau grand prix gold, maka ia mulai bisa naik level dan menjadi harapan untuk berbicara banyak di level turnamen super series dan super series premier. Jika di turnamen level grand prix dan grand prix gold saja mereka masih susah menembus babak akhir, itu artinya mereka masih butuh polesan dan kerja keras untuk meningkatkan kemampuan.
Yang terpenting, PBSI harus memberikan kesempatan yang cukup bagi pemain yang ada di bawah naungan mereka untuk mengikuti turnamen tiap tahunnya. Dan nantinya, seleksi alam yang akan menunjukkan mana pemain muda yang memang bisa mengukir prestasi fenomenal di awal karir mereka, dan mana pemain muda yang memang harus menunggu hingga usia yang lebih matang untuk meraih kemenangan demi kemenangan.
Image
-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar