Gold medal is priceless. Medali emas itu tak ternilai
harganya dan semua pasti setuju. Tak ada hitung-hitungan pasti berapa
biaya yang harus dikeluarkan sebuah negara untuk mendorong atletnya
meraih medali emas di sebuah ajang multi event. Sebuah biaya yang lebih
tinggi dari suatu negara, tidak menjamin bahwa ia akan meraih medali
emas lebih banyak dibandingkan negara lain yang mengeluarkan biaya lebih
sedikit.
Semua sepakat bahwa medali emas di sebuah multi event itu tak
ternilai harganya, baik itu Olimpiade, Asian Games, hingga ajang SEA
Games sekalipun. Mulai dari negara besar seperti Amerika Serikat dan
Cina di Olimpiade, Cina, Korea Selatan, dan Jepang di Asian Games,
hingga Thailand dan Indonesia di SEA Games, semua sepakat medali emas
memang tak ternilai dan menjadi sebuah tujuan mutlak dalam setiap
keikutsertaan mereka di ajang itu.
Namun bagaimana dengan medali perak dan perunggu? Apakah perak dan
perunggu tetap tak ternilai harganya? Atau malah justru menjadi tak
berharga sama sekali?
Olimpiade menggunakan simbol citius, altius, fortius yang berarti
tercepat, tertinggi, dan terkuat. Semua mengincar nomor satu, dan
berarti nomor dua apalagi peringkat di bawahnya seolah menjadi bukan
apa-apa. Hal itulah yang kemudian seolah terus diimplementasikan dalam
tabel penyusunan klasemen negara peserta baik itu untuk Olimpiade, Asian
Games, dan SEA Games.
Bagi negara seperti Indonesia, Thailand, dan mayoritas negara di
dunia, mungkin medali perak atau perunggu di Olimpiade sangatlah berarti
besar. Sekali medali itu didapat, maka puja-puji akan mengalir kepada
atlet dan peraihnya. Namun bagaimana dengan negara raksasa di Olimpiade
seperti Amerika Serikat dan Cina? Mungkin mereka akan bersikap biasa
saja jika mendapatkan perak dan perunggu karena buruan utama mereka di
Olimpiade jelas, sebuah medali emas.
Sikap Amerika Serikat dan Cina yang ada dalam asumsi saya itu mungkin
akan sama halnya dengan sikap Indonesia dan Thailand jika turun di
ajang SEA Games. Bagi Indonesia dan Thailand, buruan utama di SEA Games
amatlah jelas, medali emas, bukan perak dan perunggu. Karena itulah yang
sering mengapung di berbagai media adalah berapa target emas yang
berani dijanjikan sebuah cabang olahraga, bukan target perak ataupun
perunggu.
Dan sikap Indonesia serta Thailand di Olimpiade mungkin sama halnya
dengan sikap Brunei Darussalam dan Timor Leste di ajang SEA Games. Bagi
mereka, perak maupun perunggu sangatlah berharga di tengah dahaga
prestasi mereka untuk meraih medali di pesta olahraga Asia Tenggara ini.
Kembali ke soal klasemen, 99 perak tanpa emas yang dimiliki sebuah
negara, tidak akan bisa membuat mereka melampaui torehan satu emas yang
dimiliki negara lainnya meskipun emas itu satu-satunya medali yang
didapat negara tersebut. Hal ini pula yang kemudian menjadikan perak dan
perunggu seolah tak berarti banyak dalam sebuah ajang multi event,
khususnya bagi negara-negara yang memang secara tradisi sudah fokus
mengincar emas di ajang multi event tersebut.
Sebenarnya ide yang sempat dicetuskan oleh sejumlah orang beberapa
tahun lalu terkait penggunaan poin untuk tiap medali menarik untuk coba
diaplikasikan dalam ajang multi event. Misalnya, emas dinilai 3 poin,
perak 2 poin, dan perunggu 1 poin. Jadi jika negara A mengumpulkan 3
emas 5 perak dan 4 perunggu, maka ia akan mendapatkan 23 poin. Sedangkan
di saat bersamaan negara B meraih 2 emas 10 perak dan 5 perunggu maka
ia meraih 31 poin.
Jika menggunakan sistem penyusunan klasemen yang berorientasi emas,
jelas negara A akan ada di atas negara B. Namun jika menggunakan sistem
poin, maka negara B ada di atas negara A dan para peraih perak dan
perunggu dari negara tersebut bisa lebih tersenyum karena kontribusi
mereka bagi negara akan lebih terasa. Sayangnya, cetusan ide ini
sepertinya tidak berlanjut dan penyusunan klasemen tiap negara peserta
ajang multi event masihlah gold first alias berdasarkan medali
emas terlebih dulu. Dan kini tinggal bagaimana tiap orang menyikapi hal
ini dengan persepsi masing-masing, silver and bronze, priceless or worthless ?
-Putra Permata Tegar Idaman-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar