Rabu, 15 Januari 2014

Mengintip Peluang di 2014 (Bagian II)

Untuk bagian kedua, di sini akan membahas tentang peluang di kompetisi perorangan. Seperti yang diketahui, ada beberapa turnamen yang menjadi target besar PBSI tahun ini yaitu All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan BWF Final Super Series.
All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan BWF Final Super Series
Kesamaan dari empat ajang itu adalah jika melihat peta kekuatan Indonesia di awal tahun, hanya Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sepertinya bisa diberi tanggung jawab untuk menuntaskan misi.
Namun perjalanan menuju ajang-ajang tersebut tentunya berbeda-beda. Khusus untuk All England yang memang tinggal berjarak dua bulan dari sekarang, nama Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana sendiri jelas mutlak bakal menjadi ujung tombak dalam menghadapi persaingan perebutan gelar juara. Di luar nama-nama itu, sepertinya masih butuh usaha keras berbalut kata kejutan untuk bisa menyaksikan pemain Indonesia lainnya berjaya di podium tertinggi All England.
Yang menarik kemudian menyaksikan apakah saat penyelenggaraan Kejuaraan Dunia (25-31 Agustus) dan Asian Games (28 September-5 Oktober), kekuatan Indonesia masih tetap bertumpu pada dua nama yang ada, Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana ?
Sangat menggembirakan jika memang ternyata ada nama-nama lain yang bisa bermunculan dan berdampingan sejajar dengan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana sebagai kandidat kuat pemenang Kejuaraan Dunia dan Asian Games. Dan Indonesia sendiri pun masih dibilang cukup beruntung jika Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana tak terkendala cedera yang mungkin bisa mengganggu konsistensi permainan mereka dalam perjalanan setahun ke depan, sehingga nantinya mereka tetap bisa berdiri sebagai andalan. Dan seburuk-buruknya adalah jika Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana mengalami penurunan performa atau cedera sehingga tak lagi bisa dijadikan andalan di dua ajang besar tersebut.
Jika opsi tengah yang diambil yaitu belum ada nama pemain lainnya yang bisa dijadikan andalan selain Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana, maka bukan berarti PBSI bisa berlega hati. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana berdiri menjadi ganda tangguh di nomor masing-masing bukan tanpa pesaing. Mereka punya rival-rival berat di tiap nomor. Dan selalu memajukan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana di tiap turnamen yang menjadi target besar, maka Indonesia pastinya tidak mungkin bisa terus berharap hasil manis di pengujung tiap turnamen tersebut.
Tahun lalu, Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana mampu membawa Indonesia meraih dua titel juara dunia di Guangzhou. Sebuah prestasi yang sangat luar biasa. Kalau boleh dibilang ini fenomenal karena hanya mereka berdua yang berstatus menjadi andalan Indonesia di ajang ini.
Image
Dua andalan yang berujung pada dua gelar juara tentu merupakan sebuah hal yang akan sulit diulang beberapa kali, termasuk dalam All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games tahun ini. Sulit rasanya membayangkan kemungkinan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana selalu berjaya di ajang All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games secara beruntun. Ganda-ganda Korea, Cina, Denmark, dan Jepang tentu tak akan membiarkan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana melakukan hal itu dengan mudah.
Dengan gambaran demikian, maka pemikiran bahwa kegagalan meraih gelar di salah satu target besar tahun ini, entah itu di All England, Kejuaraan Dunia, atau Asian Games,serta BWF Final Super Series, terasa wajar. Berat rasanya berharap kemungkinan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana terus menerus berjaya di deretan ajang tersebut. Kalaupun mungkin Indonesia memenuhi target menyabet gelar dari turnamen-turnamen besar tersebut, mungkin Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana akan bergantian berperan sebagai penyelamat muka Indonesia. Ahsan/Hendra juara di  turnamen A, dan Tontowi/Liliyana menjadi pemenang di turnamen B, begitu seterusnya.
Turnamen Super Series/Super Series Premier
Selain mendapat gelar dari turnamen-turnamen besar, PBSI juga berharap meraih lebih banyak gelar super series/super series premier dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, Indonesia meraih 10 gelar dari 12 seri super series/super series premier plus satu gelar di BWF Final Super Series. Torehan ini sendiri memang jauh lebih bagus dibandingkan torehan tahun sebelumnya dimana Indonesia hanya meraih 4 gelar dan tanpa titel di BWF Final Super Series.
Tapi lagi-lagi yang mendapat sorotan adalah 9 dari 11 gelar yang didapat Indonesia tahun lalu berasal dari sumbangan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Hanya ada Tommy Sugiarto di Singapura Super Series dan Marcus Fernaldi Gideon/Markis Kido di Prancis Super Series sebagai dua wakil di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana yang mampu keluar sebagai pemenang.
Untuk tahun ini, selain target jumlah gelar super series/super series premier yang lebih banyak, patut kiranya diperhatikan jumlah pemenang titel super series/super series premier yang lebih banyak dibandingkan musim lalu yang hanya berjumlah empat orang. Para pemain yang selama ini dianggap berada di lini kedua untuk urusan jadi andalan seperti Tommy Sugiarto, Dionysius Hayom Rumbaka, Angga Pratama/Rian Agung, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Riky Widianto/Richi Puspita Dili harus step up tahun ini.
Image
Jika mungkin masih belum bisa memenangi titel juara pada empat gelaran besar (All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, BWF Final Super Series), maka setidaknya mereka bisa mulai berbicara di turnamen super series lainnya dan mudah-mudahan mulai menjadi penghias daftar penerima gelar juara. Berurutan dengan itu, pemain yang dianggap ada di baris ketiga dalam daftar andalan pun juga harus mulai berbicara banyak dan meraih gelar juara di turnamen level grand prix gold dan grand prix. Jika itu tak bisa dilakukan oleh kelompok lini kedua ini sampai akhir tahun nanti, maka boleh dibilang perkembangan prestasi bulu tangkis Indonesia masih jalan di tempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar