Minggu, 03 April 2011

Djoko Santoso dan Dua Kuarter Tersisa

Bulu tangkis memang dimainkan dalam dua set/game dan terkadang berlanjut ke rubber set/game jika kedudukan masih sama kuat. Namun untuk periode kepengurusan, periode kepengurusan PBSI lebih mirip sistem pertandingan bola basket dimana terbagi dari empat kuarter dimana tiap kuarter berdurasi selama satu tahun.
Kepengurusan PBSI era Djoko Santoso memang berlabel 2008-2012, namun sejatinya, PBSI era Djoko ini baru resmi bertugas pada awal tahun 2009. Artinya, periode kepengurusan mereka dibagi menjadi empat kuarter, 2009, 2010, 2011, dan 2012.
Lebih menariknya lagi, kepengurusan PBSI ini sepertinya tetap akan berjalan sampai terakhir apapun hasil yang telah mereka capai sejauh ini. Sama halnya dengan olahraga basket, dimana tiap tim akan terus melanjutkan pertandingan meski telah tertinggal 50 angka sekalipun. Dengan kenyataan demikian, PBSI era Djoko ini masih memiliki peluang untuk menutupi hasil buruk di dua kuarter awal, dengan torehan baik yang mungkin terjadi di dua kuarter tersisa. Seperti halnya basket, yang dilihat nantinya adalah hasil akhir setelah empat kuarter (tahun), bukan hanya penampilan per kuarter saja.
Dua kuarter yang telah dilalui, performa ‘pasukan’ Djoko memang kurang bagus. Di tahun 2009, Indonesia hanya meraih lima gelar super series (dari kemungkinan maksimal 60 gelar). Pada tahun ini pula, Piala Sudirman kembali gagal direbut dan tak ada juara dunia dari Indonesia. Di ajang SEA Games, PBSI memang sukses mencapai target empat emas dan itulah salah satu keberhasilan mereka di kuarter pertama. Namun jika dibandingkan dengan hasil SEA Games 2007 dimana Indonesia memboyong tujuh emas, jelas ini merupakan sedikit kemunduran.
Performa PBSI di kuarter kedua (2010) juga belum membaik malah bisa dibilang memburuk. Indonesia hanya meraih dua gelar super series dimana satu gelar didapat oleh Taufik Hidayat, yang artinya hanya ada satu gelar yang diboyong pelatnas dari kemungkinan 60 gelar yang tersedia. Kejuaraan dunia pun bagai angin lalu bagi Indonesia lantaran tak ada gelar yang dibawa pulang. Piala Thomas/Uber pun juga tak dapat digaet oleh Indonesia. Keberhasilan di kuarter ini adalah mempertahankan tradisi emas di Asian Games lewat Markis Kido/Hendra Setiawan. Masuknya Markis/Hendra ke tim Asian Games 2010 sendiri tak lepas dari kebesaran hati para pengurus PBSI memanggil pemain di luar pelatnas dan keberanian ini patut diberi apresiasi.
Dari gambaran di atas, performa PBSI pimpinan Djoko jelas kurang menggigit di dua kuarter awal. Wajar jika akhirnya para penonton alias pecinta bulu tangkis Indonesia bersorak penuh kekecewaan. Namun tenang, kekecewaan itu masih bisa dihapus dan diganti senyum kegembiraan andai tim PBSI mampu tampil baik di dua kuarter tersisa.
Di dua kuarter tersisa ini, ada sejumlah agenda penting yang bisa dimanfaatkan untuk meraih simpati penonton. Ada Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games di kuarter ketiga (2011), sementara di kuarter terakhir ada Piala Thomas/Uber dan juga Olimpiade London 2012. Agenda di atas tentunya dilengkapi oleh deretan turnamen Premier Super Series dan Super Series yang tetap menjadi patokan konsistensi pemain.
Meraih hasil bagus di momen-momen vital tersebut, jelas senyum penonton akan mengembang. Mereka akan lupa hasil buruk di dua kuarter awal dan tim PBSI yang dinahkodai Djoko ini pasti akan dielu-elukan di akhir pertandingan alias saat era Kepengurusan Djoko ini berakhir di 2012.
Namun kuarter ketiga sudah berjalan, kita masih harus menahan nafas apakah bakal terjadi perubahan permainan tim PBSI di dua kuarter terakhir ? Harusnya ada lantaran tim PBSI terus berujar evaluasi selalu dilakukan tiap turnamen berakhir sepanjang tahun. Ibarat permainan basket, PBSI terus meminta time out untuk mengatur strategi. Selain time out, PBSI pun punya jeda di tiap kuarter (tahun) yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk membenahi diri. Semoga hasilnya bisa terlihat sebentar lagi.


Bekasi, 23 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar