BIASANYA, tempat yang terbilang misteri adalah tempat yang jauh dari
keramaian, yang berteman sepi dan kesunyian. Gedung PBSI yang berada di
Cipayung dan jauh dari keramaian Jakarta, memang memenuhi syarat tempat
misteri jika ditinjau dari segi tempat dan lokasi. Namun, yang akan
dibahas kali ini bukan misteri soal bangunan fisik gedung PBSI,
melainkan misteri di balik banyaknya kontroversi yang muncul dari para
pengurus yang mendiami tempat tersebut.
Sejak Djoko Santoso terpilih sebagai Ketua Umum PBSI untuk periode
2008-2012, sudah banyak keputusan kontroversial yang dicuatkan oleh PBSI
terkait pengelolaan atau manajerial yang terkait erat dengan pembinaan
dan prestasi pebulu tangkis. Manajemen yang kurang berjalan baik
akhirnya memunculkan kerugian-kerugian dan berdampak negatif pada
perkembangan bulu tangkis Indonesia.
Sejak tahun pertama aktif (2009), manajemen PBSI di bawah Djoko
memang sudah mulai menebar benih-benih pertanyaan. Perihal pencoretan
Mulyo Handoyo dari Cipayung yang berdampak mundurnya Taufik Hidayat dari
pelatnas, menjadi awal dari benang kusut yang dibuat oleh PBSI. Setelah
Taufik pergi, Vita Marissa pun ikut pergi.
Untuk kasus Vita, PBSI tak bisa melihat dengan jelas bagaimana
pengorbanan Vita yang baru bertukar pasangan dari Flandy Limpele ke
Muhammad Rijal saat menetapkan nilai kontrak. Lantaran masalah angka
kontrak ini pulalah, Vita memilih pergi.
Rangkaian kepergian pemain pun terus berlanjut. Markis Kido yang
kecewa karena PBSI tak mampu berkomunikasi dengan aktif perihal
kesehatannya, pun memutuskan pergi dari Cipayung. Kepergian Kido diikuti
Hendra Setiawan. Lantaran berada di luar, duet andalan Indonesia ini
pun kurang mendapat pantauan berarti dan akhirnya mengalami penurunan
prestasi.
Kemudian dari waktu ke waktu, pengelolaan PBSI era Djoko pun makin
menunjukkan banyak kejadian yang mencengangkan. Kabid Binpres PBSI Lius
Pongoh memilih mengundurkan diri di pengujung tahun 2010. Kekosongan
Kabid Binpres ini ternyata berefek pada munculnya sosok Li Mao ke
pelatnas Cipayung. Kedatangan Li Mao jelas sangatlah bersejarah karena
ini kali pertama Indonesia memakai pelatih asing.
Cara kedatangan Li Mao yang tidak jelas, disebut-sebut lewat
sumbangsih sponsor atau seseorang, kemudian sejalan dengan kontribusinya
yang memang tak pernah nyata. Sosok Li Mao justru menyulut hengkangnya
dua pelatih dari Cipayung, Marleve Mainaky dan Sarwendah Kusumawardhani.
Dua mantan pebulu tangkis ini pergi karena tak ada mekanisme yang jelas
yang mengatur peran mereka berdua setelah kedatangan Li Mao.
Kedatangan Li Mao sendiri sontak bisa dibilang membuat cemburu para
pelatih lainnya. Pasalnya, Li Mao dengan mudahnya disodori kontrak dua
tahun plus dibangunkan sebuah kediaman di dalam area Cipayung. Sementara
itu, untuk pelatih lokal sendiri, aspirasi mereka yang meminta adanya
kontrak durasi panjang tidak juga dikabulkan. PBSI berkilah tak ada dana
yang keluar dari kantong mereka untuk program Li Mao, namun tetap saja
PBSI tak bisa berlaku adil dalam hal perlakuan terhadap pelatih.
Tidak sampai di situ, sosok Li Mao pun membuat Kabid Binpres PBSI
yang menggantikan Lius Pongoh, Hadi Nasri, tak mampu berbuat banyak
sesuai strata jabatannya. Hadi yang masuk PBSI beberapa bulan setelah Li
Mao masuk di pertengahan 2011, menyebut dirinya tak mampu berbuat
banyak untuk nomor tunggal karena dirinya masuk setelah program Li Mao
dibuat.
Alhasil, dalam satu tahun belakangan, nomor tunggal menjelma menjadi
nomor yang sulit dijangkau. Mereka seperti berjalan sendiri di bawah
kendali Li Mao tanpa pengawasan struktural dari Kabid Binpres. Jika
nanti akhirnya Hadi benar-benar meninggalkan kursi Kabid Binpres seperti
yang diisukan, tentu salah satu sebabnya adalah karena manajemen PBSI
yang tak bisa membagi job desk dengan jelas.
Hampir empat tahun berjalan, kontroversi selalu menjadi “prestasi”
yang menonjol dibandingkan jumlah trofi di kepengurusan PBSI saat ini.
Menarik untuk dinantikan, masihkah ada kontroversi lain yang menyusul
dilakukan oleh PBSI di saat masa kepengurusan mereka kini hanya
menghitung bulan saja?
-Putra Permata Tegar Idaman-
yang penting smua udah berlalu,..
BalasHapussmoga pak dhe gita bs memperbaiki smuanya,..
n bs nepati janjinya memajukn prestasi n kesejahterahan atlet badminton INA :)
http://www.anweli.blogspot.com