Senin, 18 Juni 2012

Belajar dari Stephanie



Tanggal 28 Juni di Nottingham nanti adalah sebuah hari bersejarah bagi seorang Stephanie Handojo. Tidak, bukan hanya bagi dirinya. Melainkan juga bagi keluarganya, rekan-rekannya, dan bahkan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Dalam momen tersebut nanti, Stephanie akan berlari membawa obor sejauh 300 meter. Ya, 300 meter yang begitu emosional. Sebuah pertanda keberhasilan dan pengakuan sebuah kemampuan. Sebuah bukti bahwa tekad kuat selalu meniupkan peluang keberhasilan di masa depan.

Sosok Stephanie, putri berusia 21 tahun ini memang baru saja memberikan sebuah contoh yang fenomenal. Ditengah keterbatasannya lantaran dilahirkan dengan kondisi down syndrome, toh Stephanie akhirnya saat ini berdiri sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang dipilih penyelenggara dalam barisan pembawa obor Olimpiade.  Stephanie dianggap lolos kriteria anak muda inspiratif dan untuk lolos seleksi ini, dia menyisihkan 12 juta anak di dunia dan bergabung dengan 19 pemuda lainnya yang masuk dalam kategori ini.

Siapakah Stephanie? Stephanie adalah contoh nyata bahwa olahraga bisa dijadikan batu loncatan untuk dikenal oleh banyak orang. Bahwa olahraga adalah ajang yang pas untuk menumbuhkan rasa percaya diri sehingga akhirnya nanti berubah menjadi sebuah keyakinan untuk berprestasi. 

Ukiran prestasi internasional milik Stephanie yang paling fenomenal adalah medali emas Special Olympics di Athena tahun lalu untuk cabang olahraga renang nomor gaya dada 50 m. Prestasi ini jugalah yang kemudian menjadi salah satu alasan penyelenggara memasukkan nama Stephanie dalam list pemuda yang layak lolos kategori memberi inspirasi. Namun untuk mencapai itu semua, jelas butuh pengorbanan dan perjuangan selama bertahun-tahun sebelumnya.

Terima kasih kepada kedua orang tua Stephanie, Santoso Handojo dan Maria Yustina Tjandrasari yang memberikan dorongan luar biasa kepada Stephanie. Mereka adalah saksi hidup bahwa untuk mencapai sukses besar di masa depan, maka harus dimulai dari langkah-langkah kecil sejak sekarang.

Tekad itulah yang selalu mereka tanamkan saat dianugerahi Stephanie kecil dengan kondisi mengalami down syndrome. Kedua orang tua Stephanie tidak memberikan perlakuan istimewa yang berlebihan. Justru sebaliknya, mereka memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi Stephanie untuk melakukan sebuah kegiatan.

Atas dasar itu, Stephanie pun mulai diajarkan renang sejak usia tiga tahun dan kemudian menginjak fase yang lebih serius dan intensif pada usia delapan tahun. Sekolah yang dipilih orang tua Stephanie pun sekolah biasa bukan Sekolah Luar Biasa (SLB) karena Stephanie diyakini bisa mengikuti pelajaran bersama anak-anak lainnya. Meski demikian, orang tua Stephanie tetap realistis bahwa sang anak tetap akan kesulitan menonjol di bidang akademis, dan oleh karena itulah olahraga dipilih orang tua Stephanie sebagai bidang dimana sang anak punya kemungkinan bersinar lebih besar.

Tentunya apa yang diangankan tak mudah untuk diwujudkan. Stephanie sempat mogok berlatih renang selama tiga tahun lantaran sempat tenggelam dalam sebuah perlombaan. Di sekolah biasa pun, terkadang ejekan menghampiri Stephanie yang memiliki kondisi berbeda dari rekan-rekan sebayanya.

Namun dengan tekad kuat dan kepercayaan bahwa keberhasilan akan datang bagi orang-orang yang tak pernah menyerah dan berhenti berusaha, orang tua Stephanie pun terus melakukan pendekatan intensif, baik kepada Stephanie maupun kepada pihak-pihak yang sempat mengucilkan Stephanie. Hasilnya positif, Stephanie kembali mau berenang dan semakin percaya diri bergaul di lingkungan.

Kombinasi olahraga dan bergaul di lingkungan normal inilah yang kemudian menjadi nilai tambah Stephanie sebagai seorang atlet. Prestasi demi prestasi dia raih hingga akhirnya nama Indonesia pun diharumkannya di ajang Special Olympics 2011 di Athena. Prestasi yang kemudian mengantarnya menjadi pembawa obor di Olimpiade London 2012 ini.

“Sukses Stephanie adalah sukses semua pihak yang terus mempercayainya. Sukses ini juga merupakan bukti bahwa anak down syndrome pun bisa berprestasi dengan dukungan penuh orang-orang terdekat,” ujar sang Bunda dengan mata berkaca-kaca. Sebuah pembelajaran yang menarik dari Stephanie dan orang-orang terdekatnya. Bahwa sukses di masa depan, tetap butuh langkah kecil yang terencana dengan baik sejak awal. Terima kasih Stephanie atas pembelajarannya!

-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar