Tanggal 28 Juni di Nottingham nanti adalah sebuah hari
bersejarah bagi seorang Stephanie Handojo. Tidak, bukan hanya bagi dirinya.
Melainkan juga bagi keluarganya, rekan-rekannya, dan bahkan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam momen tersebut nanti, Stephanie akan berlari membawa
obor sejauh 300 meter. Ya, 300 meter yang begitu emosional. Sebuah pertanda
keberhasilan dan pengakuan sebuah kemampuan. Sebuah bukti bahwa tekad kuat
selalu meniupkan peluang keberhasilan di masa depan.
Sosok Stephanie, putri berusia 21 tahun ini memang baru saja
memberikan sebuah contoh yang fenomenal. Ditengah keterbatasannya lantaran
dilahirkan dengan kondisi down syndrome, toh Stephanie akhirnya saat ini berdiri
sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang dipilih penyelenggara dalam barisan
pembawa obor Olimpiade. Stephanie
dianggap lolos kriteria anak muda inspiratif dan untuk lolos seleksi ini, dia
menyisihkan 12 juta anak di dunia dan bergabung dengan 19 pemuda lainnya yang
masuk dalam kategori ini.
Siapakah Stephanie? Stephanie adalah contoh nyata bahwa
olahraga bisa dijadikan batu loncatan untuk dikenal oleh banyak orang. Bahwa
olahraga adalah ajang yang pas untuk menumbuhkan rasa percaya diri sehingga akhirnya
nanti berubah menjadi sebuah keyakinan untuk berprestasi.
Ukiran prestasi internasional milik Stephanie yang paling
fenomenal adalah medali emas Special Olympics di Athena tahun lalu untuk cabang
olahraga renang nomor gaya dada 50 m. Prestasi ini jugalah yang kemudian
menjadi salah satu alasan penyelenggara memasukkan nama Stephanie dalam list
pemuda yang layak lolos kategori memberi inspirasi. Namun untuk mencapai itu
semua, jelas butuh pengorbanan dan perjuangan selama bertahun-tahun sebelumnya.
Terima kasih kepada kedua orang tua Stephanie, Santoso
Handojo dan Maria Yustina Tjandrasari yang memberikan dorongan luar biasa
kepada Stephanie. Mereka adalah saksi hidup bahwa untuk mencapai sukses besar
di masa depan, maka harus dimulai dari langkah-langkah kecil sejak sekarang.
Tekad itulah yang selalu mereka tanamkan saat dianugerahi
Stephanie kecil dengan kondisi mengalami down syndrome. Kedua orang tua
Stephanie tidak memberikan perlakuan istimewa yang berlebihan. Justru
sebaliknya, mereka memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi Stephanie
untuk melakukan sebuah kegiatan.
Atas dasar itu, Stephanie pun mulai diajarkan renang sejak
usia tiga tahun dan kemudian menginjak fase yang lebih serius dan intensif pada
usia delapan tahun. Sekolah yang dipilih orang tua Stephanie pun sekolah biasa
bukan Sekolah Luar Biasa (SLB) karena Stephanie diyakini bisa mengikuti
pelajaran bersama anak-anak lainnya. Meski demikian, orang tua Stephanie tetap
realistis bahwa sang anak tetap akan kesulitan menonjol di bidang akademis, dan
oleh karena itulah olahraga dipilih orang tua Stephanie sebagai bidang dimana
sang anak punya kemungkinan bersinar lebih besar.
Tentunya apa yang diangankan tak mudah untuk diwujudkan.
Stephanie sempat mogok berlatih renang selama tiga tahun lantaran sempat
tenggelam dalam sebuah perlombaan. Di sekolah biasa pun, terkadang ejekan
menghampiri Stephanie yang memiliki kondisi berbeda dari rekan-rekan sebayanya.
Namun dengan tekad kuat dan kepercayaan bahwa keberhasilan
akan datang bagi orang-orang yang tak pernah menyerah dan berhenti berusaha,
orang tua Stephanie pun terus melakukan pendekatan intensif, baik kepada
Stephanie maupun kepada pihak-pihak yang sempat mengucilkan Stephanie. Hasilnya
positif, Stephanie kembali mau berenang dan semakin percaya diri bergaul di
lingkungan.
Kombinasi olahraga dan bergaul di lingkungan normal inilah
yang kemudian menjadi nilai tambah Stephanie sebagai seorang atlet. Prestasi
demi prestasi dia raih hingga akhirnya nama Indonesia pun diharumkannya di ajang
Special Olympics 2011 di Athena. Prestasi yang kemudian mengantarnya menjadi
pembawa obor di Olimpiade London 2012 ini.
“Sukses Stephanie adalah sukses semua pihak yang terus
mempercayainya. Sukses ini juga merupakan bukti bahwa anak down syndrome pun
bisa berprestasi dengan dukungan penuh orang-orang terdekat,” ujar sang Bunda
dengan mata berkaca-kaca. Sebuah pembelajaran yang menarik dari Stephanie dan
orang-orang terdekatnya. Bahwa sukses di masa depan, tetap butuh langkah kecil
yang terencana dengan baik sejak awal. Terima kasih Stephanie atas
pembelajarannya!
-Putra Permata Tegar Idaman-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar