Minggu, 06 Mei 2012

Layak Diapresiasi, namun Jalan Masih Panjang

NATIONAL Basketball League (NBL) Indonesia 2011-2012 telah berakhir. Gelaran kompetisi bola basket profesional di Indonesia ini ditutup dengan sebuah cara yang spektakuler. Final yang digelar di GOR UNY Yogyakarta, Minggu (29/4), kemarin benar-benar menyuguhkan sajian kelas wahid dan memanjakan mata para penonton yang datang maupun menyaksikan lewat layar kaca.

Bukan hanya lantaran duel klasik antara Satria Muda (SM) Britama versus s Dell Aspac Jakarta yang menjadi perhatian penggemar bola basket Indonesia, melainkan juga cara bagaimana partai final itu dibuka. Pengelola NBL Indonesia, Development Basketball League (DBL) di bawah komando Azrul Ananda benar-benar tahu bagaimana menaikkan derajat kompetisi ini. Delapan ribu tempat duduk yang terisi penuh di GOR UNY Yogyakarta, pun menjadi bukti bahwa NBL Indonesia mampu membawa penonton mencapai klimaks di gelaran tahun ini.

Tidak saja pada partai final, secara keseluruhan DBL telah memberikan sebuah peningkatan signifikan pada iklim bola basket Indonesia sejak resmi menjadi pengelola liga dua tahun lalu. Mengambil peran tersebut, DBL secara bersungguh-sungguh melakukan perbaikan demi perbaikan yang membuat NBL Indonesia makin menarik dilihat dan dinikmati.

NBL Indonesia kini bukan sekadar kompetisi bola basket biasa. NBL Indonesia berkembang lebih jauh sebagai sebuah pertunjukan yang menarik perhatian tiap penggemarnya dari kota ke kota. Pasalnya, DBL juga memasukkan kegiatan yang sifatnya sosial macam donor darah ataupun yang sifatnya hiburan macam lomba makan burger dan lain sebagainya.

Sukses penyelenggara menaikkan status NBL Indonesia dalam dua musim terakhir patut mendapat apresiasi tersendiri. Namun, jalan penyelenggara untuk mewujudkan NBL Indonesia sebagai kompetisi bola basket yang semakin ideal dan membanggakan masih panjang. Ada beberapa kekurangan yang patut menjadi perhatian penyelenggara.

Masalah utama yang masih sering dikeluhkan adalah soal wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Banyak dari tim yang mengambinghitamkan wasit sebagai penyebab kekalahan yang mereka derita dari sang lawan. Wasit sering dianggap terlalu mudah memberikan foul atau di kesempatan lainnya terlalu longgar dalam meniupkan peluit. Intinya, wasit masih sering jadi sasaran protes tim yang bertanding.

DBL sebagai penyelenggara harus segera memberikan reaksi atas keluhan yang dilontarkan tim-tim peserta. Mereka bisa memperbaiki kualitas wasit dengan mengadakan pelatihan yang lebih intensif. Dengan demikian, kualitas wasit makin terasah dan presentase wasit yang jadi sasaran alasan tim yang kalah bisa diperkecil.

Yang kedua dan patut dinanti adalah bagaimana DBL sebagai penyelenggara NBL Indonesia melakukan gerakan untuk bisa meningkatkan kekuatan tim-tim di NBL,  terutama di tim papan bawah agar kualitas liga semakin merata.

Bisa dilihat, untuk musim kali ini tim papan atas macam SM Britama, Aspac, Pelita Jaya Esia Jakarta, Garuda Speedy Bandung, dan CLS Knights Surabaya masih dominan dalam pertandingan babak reguler. Sulit untuk melihat kejutan terjadi saat tim papan atas bertemu tim papan bawah.

Hal ini sendiri berefek domino terhadap antusiasme penonton. Di setiap seri, hanya laga big match yang banyak mendapat perhatian penonton. Laga antara tim papan atas melawan tim papan bawah jarang dilirik lantaran hasilnya bisa jadi sudah ketahuan sebelum pertandingan dimulai. Belum lagi fakta lainnya bahwa tim kuat biasanya menyimpan pemain andalan sehingga antusiasme penonton pun ikut berkurang karena tak bisa puas menyaksikan tim pujaan.

DBL sebagai penyelenggara sendiri sudah lebih dulu mengadakan liga bola basket antarpelajar SMA tingkat nasional dan mulai tahun depan juga akan menjadi pengelola Liga Bola Basket Mahasiswa Nasional. Itu artinya mereka sudah memegang dua mata air di mana  bakat-bakat bola basket Indonesia berasal. Bisa saja mereka menghubungkan keduanya dengan NBL Indonesia lewat sistem draft layaknya di NBA di mana tim lemah

memiliki kesempatan lebih dulu memilih pemain rookie yang sudah disusun peringkatnya. Atau mungkin, saat ini penyelenggara telah memiliki cara tersendiri yang bakal diaplikasikan dalam musim-musim mendatang yang lebih cocok dengan iklim bola basket Indonesia. Apa pun program yang mereka rencanakan, semoga bola basket Indonesia terus maju di masa mendatang.


Putra Permata Tegar Idaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar