NATIONAL Basketball League (NBL) Indonesia 2011-2012 telah berakhir.
Gelaran kompetisi bola basket profesional di Indonesia ini ditutup
dengan sebuah cara yang spektakuler. Final yang digelar di GOR UNY
Yogyakarta, Minggu (29/4), kemarin benar-benar menyuguhkan sajian kelas
wahid dan memanjakan mata para penonton yang datang maupun menyaksikan
lewat layar kaca.
Bukan hanya lantaran duel klasik antara Satria
Muda (SM) Britama versus s Dell Aspac Jakarta yang menjadi perhatian
penggemar bola basket Indonesia, melainkan juga cara bagaimana partai
final itu dibuka. Pengelola NBL Indonesia, Development Basketball League
(DBL) di bawah komando Azrul Ananda benar-benar tahu bagaimana
menaikkan derajat kompetisi ini. Delapan ribu tempat duduk yang terisi
penuh di GOR UNY Yogyakarta, pun menjadi bukti bahwa NBL Indonesia mampu
membawa penonton mencapai klimaks di gelaran tahun ini.
Tidak
saja pada partai final, secara keseluruhan DBL telah memberikan sebuah
peningkatan signifikan pada iklim bola basket Indonesia sejak resmi
menjadi pengelola liga dua tahun lalu. Mengambil peran tersebut, DBL
secara bersungguh-sungguh melakukan perbaikan demi perbaikan yang
membuat NBL Indonesia makin menarik dilihat dan dinikmati.
NBL
Indonesia kini bukan sekadar kompetisi bola basket biasa. NBL Indonesia
berkembang lebih jauh sebagai sebuah pertunjukan yang menarik perhatian
tiap penggemarnya dari kota ke kota. Pasalnya, DBL juga memasukkan
kegiatan yang sifatnya sosial macam donor darah ataupun yang sifatnya
hiburan macam lomba makan burger dan lain sebagainya.
Sukses
penyelenggara menaikkan status NBL Indonesia dalam dua musim terakhir
patut mendapat apresiasi tersendiri. Namun, jalan penyelenggara untuk
mewujudkan NBL Indonesia sebagai kompetisi bola basket yang semakin
ideal dan membanggakan masih panjang. Ada beberapa kekurangan yang patut
menjadi perhatian penyelenggara.
Masalah utama yang masih sering
dikeluhkan adalah soal wasit yang memimpin jalannya pertandingan.
Banyak dari tim yang mengambinghitamkan wasit sebagai penyebab kekalahan
yang mereka derita dari sang lawan. Wasit sering dianggap terlalu mudah
memberikan foul atau di kesempatan lainnya terlalu longgar dalam
meniupkan peluit. Intinya, wasit masih sering jadi sasaran protes tim
yang bertanding.
DBL sebagai penyelenggara harus segera
memberikan reaksi atas keluhan yang dilontarkan tim-tim peserta. Mereka
bisa memperbaiki kualitas wasit dengan mengadakan pelatihan yang lebih
intensif. Dengan demikian, kualitas wasit makin terasah dan presentase
wasit yang jadi sasaran alasan tim yang kalah bisa diperkecil.
Yang
kedua dan patut dinanti adalah bagaimana DBL sebagai penyelenggara NBL
Indonesia melakukan gerakan untuk bisa meningkatkan kekuatan tim-tim di
NBL, terutama di tim papan bawah agar kualitas liga semakin merata.
Bisa
dilihat, untuk musim kali ini tim papan atas macam SM Britama, Aspac,
Pelita Jaya Esia Jakarta, Garuda Speedy Bandung, dan CLS Knights
Surabaya masih dominan dalam pertandingan babak reguler. Sulit untuk
melihat kejutan terjadi saat tim papan atas bertemu tim papan bawah.
Hal
ini sendiri berefek domino terhadap antusiasme penonton. Di setiap
seri, hanya laga big match yang banyak mendapat perhatian penonton. Laga
antara tim papan atas melawan tim papan bawah jarang dilirik lantaran
hasilnya bisa jadi sudah ketahuan sebelum pertandingan dimulai. Belum
lagi fakta lainnya bahwa tim kuat biasanya menyimpan pemain andalan
sehingga antusiasme penonton pun ikut berkurang karena tak bisa puas
menyaksikan tim pujaan.
DBL sebagai penyelenggara sendiri sudah
lebih dulu mengadakan liga bola basket antarpelajar SMA tingkat nasional
dan mulai tahun depan juga akan menjadi pengelola Liga Bola Basket
Mahasiswa Nasional. Itu artinya mereka sudah memegang dua mata air di
mana bakat-bakat bola basket Indonesia berasal. Bisa saja mereka
menghubungkan keduanya dengan NBL Indonesia lewat sistem draft layaknya
di NBA di mana tim lemah
memiliki kesempatan lebih dulu memilih
pemain rookie yang sudah disusun peringkatnya. Atau mungkin, saat ini
penyelenggara telah memiliki cara tersendiri yang bakal diaplikasikan
dalam musim-musim mendatang yang lebih cocok dengan iklim bola basket
Indonesia. Apa pun program yang mereka rencanakan, semoga bola basket
Indonesia terus maju di masa mendatang.
Putra Permata Tegar Idaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar