Rabu, 09 Mei 2012

Jalan Panjang Daud Menuju Kemenangan




Daud Yordan tampak begitu bersemangat menghujamkan pukulan-pukulannya tanpa sasaran di depannya. Badannya bergerak kesana kemari seolah ada lawan yang sedang dihadapinya. Tak berapa jauh darinya, Damianus Yordan, kakak sekaligus pelatih Daud memberikan instruksi demi instruksi. Suasana sasana tinju di Pintu VI Senayan itu sangatlah lengang sehingga suara pukulan dna instruksi pun menggema di seluruh ruangan.

Itulah gambaran saat Daud melakukan shadow boxing dalam persiapan menghadapi Celestino Caballero dua tahun lalu. Begitu sepi dan tak banyak mendapat perhatian publik. Daud, yang ketika itu belum terkalahkan, kemudian menyimpan ambisi untuk bisa mengalahkan Caballero di BankAtlantic Center, Florida, 10 April 2010. Pasalnya, kemenangan akan mendekatkan Daud pada sebuah pertarungan perebutan gelar juara dunia, demikian janji Golden Boy Promotion, promotor yang menaungi Daud ketika itu.

Harapan tersebut berakhir kekecewaan. Daud gagal mengaplikasikan persiapan maksimal selama berbulan-bulan di atas ring. Proses adaptasi kondisi cuaca di Amerika Serikat yang hanya beberapa hari menjadi alasan Daud tak maksimal. Meski kalah untuk pertama kalinya, Daud tak larut dalam kekecewaan.
“Juara sejati bukan hanya milik mereka yang tak pernah kalah, melainkan juga bagi mereka yang bisa bangkit dari kekalahan.” Begitulah ucap Daud merespon kekalahannya waktu itu. Selepas kalah dari Caballero, Daud kembali menunjukkan penampilan impresif dengan menang TKO ronde enam atas Christian Abila dan menang KO ronde pertama melawan Damian David Marciano.

Dua kemenangan itu ternyata mengantar Daud untuk menjejakkan kaki di perebutan gelar juara dunia perdana baginya. ‘Sayang,’ perebutan gelar juara dunia itu adalah duel antara Daud melawan Chris John, sang super champion kelas bulu WBA yang sudah lebih dulu jadi local hero di Indonesia. Meski mampu mengimbangi, Daud dinyatakan kalah angka mutlak melawan Chris John.

Kata-kata yang sama kembali diulangi oleh Daud usai kekalahan ini. “Juara sejati bukan hanya milik mereka yang tak pernah kalah, melainkan juga bagi mereka yang bisa bangkit dari kekalahan.” Ya, itu kata-kata yang kembali terlontar dari mulut petinju yang ketika itu masih berusia 23 tahun ini.
Daud melontarkan kata-kata tersebut bukan hanya sekedar mencari alasan, melainkan sebuah keyakinan karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sebuah kekalahan. Salah satu bukti positifnya adalah, setelah kekalahan melawan Chris John, Daud secara resmi bergabung di bawah manajemen Mahkota Promotions pimpinan Raja Sapta Oktohari.
Dengan manajemen yang lebih rapi dan ambisi Okto, panggilan Raja Sapta Oktohari untuk menciptakan juara dunia baru asal Indonesia, maka tekad kuat Daud seolah menemukan puzzle yang hilang. Daud menunjukkan kehebatannya dengan menang TKO atas Frankie Archuleta pada November 2011 lalu dan kemudian Okto menjawabnya dengan keberhasilan mendapatkan jalan bagi Daud menuju juara dunia lewat kepastian pertarungan memperebutkan gelar lowong IBO kelas bulu bagi Daud di kesempatan berikutnya.
Menghadapi Lorenzo Villanueva di atas ring, Daud juga menunjukkan tekad juara sejati yang digenggamnya. Terjungkal di ronde pertama, Daud merespon dengan kebangkitan di ronde kedua dengan memukul jatuh Villanueva dua kali dan menghasilkan kemenangan KO di ronde kedua.

Usai sabuk juara dunia melingkar di pinggangnya, bukan berarti ambisi Daud sudah menemukan ujung jalan. Dengan usia 24 tahun, masih banyak yang bisa digapai dan dijadikan tujuan oleh petinju asal Ketapang ini. Ingin menyamai atau bahkan melebihi nama besar Chris John bukan sebuah hal mustahil untuk dilakukan karena jalan Daud masihlah panjang.

Salah satu caranya mungkin dengan menjadi petinju Indonesia pertama yang mampu menyandang dua gelar juara dunia pada saat bersamaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya tekad kuat Daud, dukungan pelatih, dan juga manajemen promotor harus terus berjalan beriringan.


-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar