Kejuaraan Dunia Junior 2012 di Chiba, Jepang, berakhir
bahagia bagi Indonesia. Memang, dengan melihat track record Indonesia di
turnamen ini, satu gelar yang kembali berhasil dibawa pulang lewat kemenangan
Edi Subaktiar/Melati Daeva sudah tergolong merupakan kesuksesan. Dengan gelar
itu, Indonesia melanjutkan sukses tahun lalu dimana Indonesia juga meraih
keberhasilan di nomor ganda campuran lewat Alfian Eko/Gloria Widjaja. Sebelum
Alfian/Gloria berjaya, hampir 20 tahun Indonesia tak memiliki juara dunia di
kategori junior.
Lalu, apa yang bisa dipetik dan dipelajari dari sukses
Edi/Melati sebagai juara dunia junior tahun ini? Salah satunya adalah betapa
besarnya potensi para pemain Indonesia untuk bermain rangkap di dua nomor,
dimana lazimnya mereka akan bermain di nomor ganda putra/ganda putri dan nomor
ganda campuran.
Edi dan Melati adalah dua pemain yang juga terbilang berbakat untuk nomor ganda putra dan ganda putri. Edi adalah juara Asia Junior 2012 di nomor ganda putra dimana ia berpasangan dengan Arya Maulana sementara Melati sempat dipanggil ke pelatnas tahun lalu lewat jalur ganda putri bersama pasangannya, Ririn Amelia, meski akhirnya panggilan tersebut ditolaknya.
Di Kejuaraan Dunia Junior 2012 sendiri, Edi dan Melati seolah mendapatkan keuntungan lain dari bermain rangkap.Setelah gagal di nomor ganda putra dan ganda putri, duet Edi/Melati masih mendapat kesempatan kedua di nomor ganda campuran. Selain itu, motivasi bermain mereka di nomor ganda campuran menjadi semakin besar mengingat mereka butuh pelampiasan untuk menutup luka lantaran kalah di nomor lainnya. Jadilah hal itu salah satu kekuatan Edi/Melati menggapai tangga juara di Chiba.
Edi/Melati dan juga banyak pebulu tangkis muda Indonesia
lainnya sejatinya tak akan banyak mengalami kesulitan untuk bermain rangkap di
dua nomor karena di berbagai turnamen semasa junior kebanyakan pemain ganda
putra dan ganda putri juga bermain di nomor ganda campuran. Biasanya, hal itu
dilakukan lantaran pelatih dan klub yang menaungi pemain ingin melihat potensi
pemainnya secara maksimal. Selain itu, main rangkap semasa junior terkadang
juga dikarenakan pelatih dan klub ingin sang pemain memiliki variasi pukulan,
serangan, dan pertahanan yang lebih banyak. Karena beda nomor yang diikuti,
maka akan beda pula pola permainannya secara umum.
Kemudian ketika ditarik ke arah pelatnas Cipayung, maka
kebijakan satu pemain satu nomor yang ada hingga kepengurusan PBSI 2008-2012
lalu tentu menjadi sebuah hal yang amat disayangkan. Pasalnya, dengan kebijakan
seperti itu, itu berarti PBSI mematikan satu potensi besar yang mungkin ada di
masa depan.
Kini, ketika Kepengurusan PBSI memasuki periode baru, tentu
berhembus keinginan bahwa beberapa nama yang memang berbakat di dua nomor,
khususnya para pemain muda sebaiknya tetap dibiarkan terjun di dua nomor saat
menjadi anggota pelatnas.
Dengan bermain rangkap, keuntungannya adalah pemain
dan tentunya pelatih masih memiliki dua opsi di nomor mana seorang pemain benar-benar bisa tampil optimal.
Selain itu, pengalaman yang didapat pemain pun menjadi berlipat ganda ketika
bermain rangkap karena di tiap turnamen yang mereka ikuti, mereka selalu terjun
di dua nomor yang artinya jam terbang mereka lebih tinggi dibandingkan biasanya.
Barulah nanti ketika menginjak 2-3 tahun, pemain dan pelatih
bisa memutuskan nomor mana yang bisa dipilih yang tentunya didasarkan pada
besaran peluang untuk berprestasi bagi atletnya. Jika selama waktu tersebut
pemain tetap menunjukkan prestasi yang sama bagusnya di dua nomor, maka tak ada
salahnya untuk tetap mempertahankan statusnya sebagai pemain rangkap dua nomor.
Dalam beberapa kesempatan wawancara, beberapa pemain pun
menyatakan keinginan mereka untuk bisa tampil rangkap di dua nomor. Salah satu
alasan mereka yang populer adalah ingin mendapatkan kesempatan yang lebih
banyak untuk memastikan dimana potensi mereka sesungguhnya berada.
Hal yang patut diperhatikan sendiri dari bermain di nomor
rangkap, jelas soal porsi stamina yang juga harus ekstra. Namun peningkatan
stamina sendiri bukanlah sebuah kendala besar andai motivasi pemain untuk bisa
unjuk gigi di dua nomor ada di titik yang tinggi. Selain itu, pemain yang ingin
bermain rangkap tentunya sudah memiliki banyak pengalaman semasa junior dengan
bermain di dua nomor dengan waktu yang berdekatan.
Eksplorasi nomor ganda sendiri memang sepertinya menjadi
salah satu hal yang harus dilakukan PBSI dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya,
fakta yang ada di lapangan jelas menunjukkan bahwa perkembangan nomor tunggal
Indonesia, baik pemain senior, pemain muda, maupun pemain junior tertinggal
dibandingkan negara lainnya. Karena itulah, agar nama Indonesia tetap berada di
papan atas persaingan bulu tangkis dunia, nomor ganda harus bisa jadi andalan. Dan,
penerapan sistem main rangkap bisa jadi salah satu jalan yang diterapkan.
-Putra Permata Tegar Idaman-
bener tuu pkepengurusan pbsi 2008-2012 terlu sokk tu,..mrk pikir dg mfokuskn 1 bdang prestasi atlet jd lbh baex,...
BalasHapustp kenyataanya mlh pada keluar dr platnas n ngedrop prestasinya,..
wlpn g sring liat melati/edi n atlet junior laen main, tp spintas, prmainan mrk oklah sbg junior bwt ke senior n msuk platnas,..
http://www.anweli.blogspot.com