Selasa, 20 November 2012

Atlet Bulu Tangkis, Atlet Elit di Indonesia




Di sebuah ruangan setahun lalu, seorang manajer tim salah satu olahraga yang dipersiapkan untuk SEA Games 2011 mengeluhkan belum keluarnya dana dari pemerintah maupun BUMN sebagai bapak angkat PB tersebut. Beliau mengeluh, wajar karena perjalanan pelatnas cabang olahraga tersebut butuh hembusan dana bila ingin terus berjalan.

Beberapa kilometer dari tempat itu, suasana di pelatnas Cipayung tampak berjalan biasa saja di waktu yang bersamaan. Latihan terus berjalan normal dan SEA Games 2011 pun seolah bukan sebagai ajang spesial yang sangat mereka nantikan. Para atlet terus berlatih seperti biasa, penuh keringat dan semangat.
Pemandangan satu tahun lalu, dan mungkin akan terjadi lagi dalam persiapan menuju SEA Games 2013, adalah sebuah bukti bahwa atlet bulu tangkis memiliki tempat istimewa dalam dunia olahraga di Indonesia sejauh ini.

Di saat atlet lainnya menganggap SEA Games sebagai sebuah ajang besar, ajang pembuktian diri, dan ajang mengukir prestasi tertinggi, standar SEA Games bagi para pebulu tangkis masih dalam level atau taraf yang biasa saja. Spesial memang, namun bukan yang paling diinginkan, mengingat level dan standar prestasi bagi para pebulu tangkis Indonesia adalah level dunia, bukan terbatas di lingkup Asia Tenggara.

Lantaran tradisi itulah, para pebulu tangkis pelatnas Indonesia sendiri akhirnya masuk kategori elit di antara atlet lainnya yang ada di negeri ini yang akhirnya berdampak pada fasilitas dan kesejahteraan yang menyenangkan. 

Atlet pelatnas bulu tangkis, bisa menjalani program pemusatan latihan sepanjang tahun, tanpa pernah terhenti dan terputus, kecuali saat libur lebaran atau libur akhir tahun. Berbeda dengan banyak cabang olahraga lainnya dimana kadang pemusatan latihan baru dilakukan beberapa bulan jelang pertarungan.

Atlet pelatnas bulu tangkis, memiliki asrama yang dilengkapi berbagai fasilitas di Cipayung. Setiap pagi mereka bisa berlatih rutin dan intens sesuai program hanya dengan melangkahkan kaki beberapa kali. Sementara banyak atlet lain yang harus menunggu pemanggilan dari PB Pusat untuk melakukan latihan. 

Dilihat dari kesempatan bertanding, atlet pelatnas bulu tangkis pun sudah akrab dengan turnamen luar negeri sepanjang tahun, beda halnya dengan atlet lainnya yang program tanding keluar negeri-nya baru diagendakan jelang ajang multi event.

Dari segi penghasilan, pun demikian. Memang, mungkin sebagian pesepak bola memiliki gaji dan pendapatan yang lebih tinggi dari atlet bulu tangkis, namun cerita soal keterlambatan gaji menjadikan atlet bulu tangkis ada di posisi yang nyaman dan tenang. 

Sebagai gambaran, untuk tahun ini, nilai kontrak untuk pelatnas PBSI tergantung dari posisi di peringkat BWF yang mereka tempati. Semakin tinggi mereka berdiri, maka semakin banyak besaran rupiah yang mereka nikmati. Hal ini pun kemudian belum ditambah prize money andai mereka memenangkan sebuah turnamen. Belum lagi ditambah janji Gita Wirjawan untuk terus meningkatkan kesejahteraan atlet dalam masa kepemimpinannya nanti. Singkat kata, atlet bulu tangkis memiliki banyak jalan jika ingin menjadi berkecukupan dari segi materi. Tak seperti atlet lainnya yang mungkin harus menunggu bonus PON atau SEA Games untuk menambah jumlah rekening di tabungannya secara signifikan.

Lalu dengan tingkat ‘kenyamanan’ seperti itu, jelas tidak mudah bagi tiap orang untuk bisa jadi anggota pelatnas. Dari ribuan atlet tingkat pemula, hanya akan bisa bertahan beberapa saja yang berhasil masuk pelatnas. Gambaran seperti ini mendeskripsikan betapa ketatnya persaingan dan kompetisi yang harus dilalui oleh tiap atlet untuk mencapai tempat bernama pelatnas Cipayung.

Karena itu, ketika pemain-pemain sudah tiba di Cipayung, alangkah baiknya para pemain itu tak melupakan jalan panjang yang telah mereka tempuh untuk sampai di tempat tersebut. Berapa banyak pesaing yang mereka jatuhkan dan berapa banyaknya bulir keringat yang telah mereka teteskan untuk mencapai pelatnas Cipayung yang jadi tempat impian banyak orang.

Jangan terlena dengan kenyamanan yang ditawarkan oleh pelatnas Cipayung hingga luput untuk kembali ngotot berjuang. Jangan terbuai dengan segala kemudahan yang ada di pelatnas Cipayung sehingga mereka mulai melemah untuk berjuang menggapai mimpi.

Tidak perlu jauh-jauh atas nama bangsa, alasan mereka harus menerapkan prinsip totalitas di pelatnas Cipayung sudah bisa lewat alasan kepentingan diri sendiri. Sebagai atlet, jelas masa edar yang mereka miliki sangatlah terbatas. Berbeda dengan jenjang karir profesional lainnya dimana umur 30 semakin menunjukkan peningkatan, baik dari posisi maupun kesejahteraan, bagi atlet usia 30 jelas merupakan sinyal peringatan bahwa perjalanan mereka sebentar lagi akan berakhir. Jika tak menabung dan memupuk kesejahteraan lewat torehan prestasi semasa aktif, maka ke depannya akan lebih sulit bagi mereka untuk menjalani hari tua.

Karena itu manfaatkan sebaik-baiknya masa yang ada di pelatnas, agar tak ada penyesalan saat waktunya melangkah keluar dari sana. Agar tak ada rasa kecewa karena tidak mengeluarkan seluruh potensi yang sebenarnya ada di dalam diri mereka.

-Putra Permata Tegar Idaman-



1 komentar:

  1. haha kerennn,.. betulll bangettt tu,...
    sampai sekarang blm ad yg bs nyaingin prestasi atlet badminton,..bahkan olhrga sepak bola yg pling d gandrungi d indonesiapun prestasiny jauh dr badminto, bahkan kl d samaain ma catur or angkat besipun sepakbola jauhh tertinggal,..
    CHAYOO BADMINTON

    Dira Blaag
    http://www.anweli.blogspot.com

    BalasHapus