tag:blogger.com,1999:blog-91503205985131105042024-03-12T21:08:19.778-07:00Sports in My MindTegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.comBlogger74125tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-10789681537209414732014-03-09T03:59:00.002-07:002014-03-09T03:59:43.670-07:00Iverson dan Nomor Tiga Sixers yang Abadi<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Allen Iverson tidak pernah membawa gelar juara NBA ke Kota Philadelphia. Dalam 12 musim yang ia habiskan bersama Philadelphia 76ers, prestasi terbaik yang ia berikan kepada Sixers hanyalah finalis NBA pada tahun 2001. Namun hal itu tidak menghalangi Iverson mendapatkan sebuah penghargaan terbaik yang bisa didapat seorang pemain, yaitu berupa pengabadian nomor jersey miliknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Iverson memang sudah menjadi pusat perhatian di awal kedatangannya ke Philadelphia. Maklum, statusnya adalah draft pilihan pertama yang pastinya membuat kedatangannya diiringi oleh ekspektasi tinggi tiap pendukung Sixers. Dan hal itu pun seolah dijawab Iverson dengan tanpa halangan berarti.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-3.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-310" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-3.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Bermain di 76 pertandingan, Iverson mencatat rata-rata poin per game hingga 23,5 poin per game. Tentu saja hal ini merupakan sebuah pencapaian luar biasa yang tak semua pemain rookie bisa melakukannya. Karena itu tak heran jika akhirnya Iverson menjadi rookie of the year tahun 1997, mengungguli sejumlah nama rookie tenar lainnya macam Ray Allen, Steve Nash, hingga Kobe Bryant.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berakhirnya era Michael Jordan dan Chicago Bulls di pengujung 1990-an pun membuat Iverson seolah menjadi salah satu bintang baru yang berpotensi besar menggantikan posisi Jordan sebagai magnet utama NBA. Apalagi di musim perdananya, Iverson sudah dikenal publik lewat keberhasilannya melakukan <i style="line-height: inherit;">cross over </i>di tengah pengawalan Jordan. Pesaingnya tentu saja Bryant yang merupakan rekan seangkatannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-2.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-312" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-2.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Musim terus berganti dan Iverson pun terus menjadi bagian penting dari Sixers. Ia selalu mencetak rata-rata poin per game di atas 20 dan akhirnya mendapat kesempatan emas untuk mengantar Sixers juara pada musim 2000-2001. Lawannya di final tak lain adalah Bryant dan Los Angeles Lakers. Keduanya sama-sama menunjukkan perlawanan gigih, namun Bryant yang hadir dengan bantuan Shaquille O’Neal akhirnya sukses membawa Lakers mengalahkan Sixers. Harapan Iverson untuk memakai cincin juara pun menguap.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-4.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-313" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-4.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah itu, Iverson terus bermain di level atas. Tubuhnya yang kecil namun tak pernah gentar menghadapi lawan-lawan yang lebih besar membuat dirinya dikagumi oleh banyak orang. Gerakan <i style="line-height: inherit;">crossover</i> pun seolah menjadi <i style="line-height: inherit;">trade mark</i> dirinya. Gaya rambut Iverson plus cara berpakaiannya pun banyak ditiru oleh penggemar NBA. Dengan demikian, mutlak sudah nama Iverson sebagai pemain NBA paling berpengaruh di awal dekade 2000-an. Berbagai penghargaan individu telah dia raih, mulai dari MVP NBA, MVP All Star, pencetak poin terbanyak selama empat musim, hingga pencetak steals terbanyak selama tiga musim. Namun di balik itu semua, tak ada satu pun gelar NBA yang ia menangi.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hal itulah yang kemudian membawa Iverson pada keputusan untuk pergi meninggalkan Philadelphia, meninggalkan kota yang begitu ia cintai. Iverson hijrah ke Denver Nuggets dan bergabung dengan Carmelo Anthony sebagai duet maut mesin angka NBA. Harapan Iverson jelas, memenangi trofi NBA untuk pertama kali sepanjang karirnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Meski tergolong masih hebat dalam urusan mencetak angka, namun performa Iverson tetap menurun jika dibandingkan saat ia berseragam Sixers. Dua musim perdana di Nuggets ia masih sukses mencetak rata-rata poin di atas 20 poin per game, namun memasuki musim ketiganya di Nuggets, yaitu musim 2008-2009, Iverson untuk pertama kalinya mencatatkan poin per game di bawah 20, yaitu dengan 18,7 poin per game.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah momen itu, performa Iverson terus merosot. Ditambah dengan masalah keluarga yang menghampirinya, Iverson tak pernah lagi tampil 100 persen saat berkostum Detroit Pistons, Memphis Grizzlies, hingga saat ia kembali ke Sixers di musim 2009-2010. Saat mencoba peruntungan di Besiktas, Iverson pun tak pernah kembali ke ritme permainan miliknya. Alhasil, Iverson pun kemudian memutuskan untuk meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“The passion for basketball is still there, but the desire to play is not.”</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Iverson ketika dirinya mengumumkan pengunduran diri dari dunia bola basket pada akhir Oktober tahun lalu. Tempatnya di Wells Fargo Center, markas Sixers yang merupakan taman bermain Iverson sejak dulu kala. Taman bermain yang sempat ia tinggalkan di pertengahan karirnya. Sebuah keputusan yang entah disesalinya atau tidak.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“I’ll always be a Sixer until I die.”</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Fans Sixers pun langsung memberikan standing ovation kepada Iverson. Iverson mungkin memang pernah pergi dari Sixers dan itu menyakitkan, namun cinta pendukung Sixers pada Iverson sudah terlanjur melekat. Iverson selalu disambut bagai pahlawan ketika ia kembali ke Wells Fargo Center.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-5.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-319" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-5.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan ketika Sixers mengumumkan akan mengabadikan nomor 3 milik Iverson di Wells Fargo Center dan tak akan pernah memberikannya lagi untuk pemain lainnya sampai kapanpun, semua pun mendukung keputusan tersebut. Hal ini terlihat jelas dari seremoni proses pengabadian jersey nomor tiga milik Iverson. Bahkan 12 kekalahan beruntun yang sedang diderita Sixers di NBA saat itu tetap tak menyurutkan fans Sixers untuk memberikan pesta meriah sebagai tanda penghormatan kepada Iverson. Sekitar 20 ribu orang memadati Wells Fargo Center dan tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan setiap Iverson selesai berkata-kata.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-1.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-316" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/iverson-1.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“It feels good, but some part of my heart hurts because I know it’s over.”</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Iverson mungkin merasa sedih karena karirnya di NBA kini sudah berakhir. Namun ia pasti bahagia karena aksi-aksinya selama berkostum Sixers akan terus dikenang sepanjang masa. Setiap saat orang yang masuk ke Wells Fargo Center dan melihat kostum nomor 3 milik Iverson tergantung di langit-langitnya, saat itu pula orang akan mengingat bahwa di arena ini pernah ada pemain yang bergerak lincah di lapangan, tak gentar menghadapi lawan, dan tak bosan-bosannya mencetak poin demi poin bagi Sixers. Iverson memang tak memberikan cincin juara, namun hal itu tak menghalangi Sixers dan para pendukungnya memberikan keabadian cinta mereka terhadap dirinya.</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-88171587284154767472014-03-09T03:58:00.004-07:002014-03-09T03:58:59.333-07:00Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Three-Peat All England<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">Repeat</i> adalah mengulang sedangkan <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> adalah kembali mengulang apa yang sudah diulang. Jadi<i style="line-height: inherit;">three-peat</i> adalah gabungan dari kata <i style="line-height: inherit;">three</i> dan <i style="line-height: inherit;">repeat</i>.Istilah ini erat kaitannya dengan dunia olahraga dimana ditujukan kepada seseorang atau tim yang mampu dua kali mengulangi hal yang sama sehingga total ia melakukannya tiga kali secara beruntun, tentu saja berkaitan dengan keberhasilan menjadi juara.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kata <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> pertama kali mulai dipopulerkan Pat Riley dan Los Angeles Lakers dimusim 1988-1989 dimana ketika itu Lakers yang menjadi juara NBA di tahun 1987 dan 1988 kembali membidik gelar juara di tahun 1989. Karena mereka sudah melakukan <i style="line-height: inherit;">repeat</i> dengan menjadi juara kembali di tahun 1988, maka mereka pun memopulerkan istilah <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> yang artinya kembali mengulang hal yang pernah mereka ulang. Dengan begitu, maka jika mereka mampu menjadi juara 1989, maka mereka menorehkan <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> dan frasa ini sendiri sudah mereka populerkan dengan penulisan-penulisan di kaos, jaket, dan topi.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun nyatanya, Lakers justru gagal menjadi juara dan istilah three-peat baru benar-benar menjadi populer ketika Michael Jordan dan Chicago Bulls mampu menjadi juara NBA pada musim 1991, 1992, dan 1993 yang disebut <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> jilid satu karena Bulls kembali mampu memenangi NBA tiga kali beruntun pada tahun 1996, 1997, dan 1998 yang disebut <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> jilid dua. Setelah itu kata <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> pun mulai populer ke berbagai cabang olahraga lainnya di dunia ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berkaitan dengan Indonesia dan bulu tangkis, maka kini ada olahragawan Indonesia yang tengah berada di ambang apa yang disebut <i style="line-height: inherit;">three-peat</i>. Mereka adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang akan segera terjun di All England tahun ini dengan status sebagai juara tahun 2012 dan 2013. Jika kembali menjadi juara, maka Tontowi/Liliyana akan menorehkan apa yang disebut <i style="line-height: inherit;">three-peat</i>.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/owibutet-11.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-296" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/owibutet-11.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berkaca pada fakta sejarah yang ada, maka meraih tiga gelar All England secara beruntun tidaklah mudah dilakukan oleh Tontowi/Liliyana. Di nomor ganda campuran, ganda terakhir yang mampu melakukannya adalah Park Joo-Bong/Chung Myung-hee pada tahun1989, 1990, 1991.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sekedar catatan tambahan, ketika itu nomor ganda campuran masihlah merupakan nomor yang tidak terlalu diperhatikan dan dianggap sebagai nomor anak tiri karena di Olimpiade Barcelona 1992 pun, nomor ini belum dipertandingkan. Dengan demikian, banyak negara yang tidak terlalu memfokuskan diri pada pengembangan nomor ini sehingga tingkat persaingan pun belum seramai dekade saat ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sejatinya pun ada pemain ganda campuran yang sudah melakukan <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> setelah itu yaitu Gao Ling pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Namun saat itu, Gao Ling melakukannya dengan pasangan yang berbeda yaitu Zhang Jun (2006) dan Zheng Bo (2007 dan 2008). Dengan demikian, maka tidak ada satu pun ganda campuran yang mampu mencatat prestasi meraih tiga gelar All England beruntun setelah Joo-Bong/Myung-hee melakukannya pada tahun 1989, padahal setelah itu banyak bermunculan ganda campuran top dunia macam Kim Dong-moon/Ra Kyung-min, Zhang Jun/Gao Ling, Nathan Robertson/Gail Emms atau bahkan dua ganda campuran top Indonesia Tri Kusharjanto/Minarti Timur dan Nova Widianto/Liliyana Natsir yang malah tak mencicipi gelar All England sama sekali.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Betapa sulitnya melakukan <i style="line-height: inherit;">three-peat </i>juga bisa dilihat dari sejarah panjang para pebulu tangkis Indonesia di All England. Dalam catatan sejarah, hanya Rudy Hartono (tujuh kali beruntun) dan Tjun Tjun/Johan Wahjudi (empat kali beruntun) yang mampu menjadi juara All England tiga kali beruntun atau lebih. Di luar itu, tak ada lagi legenda Indonesia yang mampu melakukannya. Susi Susanti juara All England empat kali namun tak pernah mencatat tiga gelar beruntun, sedangkan Liem Swie King juara All England tiga kali namun tidak mampu melakukannya secara berurutan. Di luar itu, bahkan tak ada legenda bulu tangkis Indonesia yang mampu menjadi juara All England hingga tiga kali.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan fakta tersebut, maka jelas andai Tontowi/Liliyana mampu mencatatkan <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> tahun ini, maka hal itu akan menjadi jaminan bahwa kelak mereka akan menjadi salah satu legenda yang tidak akan kalah pamor dari deretan legenda-legenda bulu tangkis Indonesia lainnya. Mereka punya <i style="line-height: inherit;">three-peat </i>All England dan mereka tak akan minder berdiri berjajaran dengan para pengharum nama Indonesia di kancah bulu tangkis dunia.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/owibutet-2.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-300" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/03/owibutet-2.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Betapa luar biasanya Tontowi/Liliyana andai mampu melakukan <i style="line-height: inherit;">three-peat</i> juga bisa dilihat dari persaingan bulu tangkis dunia secara keseluruhan. Sejak Cina aktif ambil bagian dari kompetisi bulu tangkis dunia, hanya Ye Zhaoying (1997, 1998, 1999), Xie Xingfang (2005, 2006, 2007), Ge Fei/Gu Jun (1996, 1997, 1998) Gao Ling/Huang Sui (2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006), dan Park Joo-Bong/Chung Myung-hee (1989, 1990, 1991) yang mampu meraih tiga gelar All England atau lebih secara beruntun. Ini artinya hanya sedikit dari bintang-bintang bulu tangkis dunia yang mampu menampilkan konsistensi, fokus, dan determinasi di All England secara kontinyu dan konsisten selama tiga tahun beruntun.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Persiapan yang dilakukan Tontowi/Liliyana sudah matang. Motivasi mereka untuk menjadi juara pun tetap tinggi. Kini tinggal menunggu bagaimana performa mereka di lapangan. Banyak yang menyebut bahwa persaingan ganda campuran saat ini dikontrol oleh empat besar yaitu Zhang Nan/Zhao Yunlei, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Xu Chen/Ma Jin, dan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Kemampuan empat ganda ini sejajar dan pertarungan sengit yang sulit diprediksi pasti terjadi ketika mereka bentrok di lapangan. Jika sudah begitu, tinggal berharap bahwa Minggu 9 Maret mendatang adalah memang Minggu untuk Tontowi/Liliyana berbahagia di podium teratas National Indoor Arena.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-11630827622633385422014-03-09T03:58:00.001-07:002014-03-09T03:58:20.457-07:00All England dan Indonesia<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Siang sudah berganti malam tatkala para pemuda mulai keluar dari rumah mereka. Tak lupa senter menjadi barang andalan yang mereka bawa di tangan. Setelah semua kawanan lengkap, mereka pun bergegas melangkah ke tempat tujuan. Setibanya di sana, mereka merasa lega karena belum banyak orang yang datang sehingga mereka pun bisa mendapat tempat yang lebih dalam.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Waktu yang mereka tunggu akhirnya tiba. Acara pun dimulai. Sorak-sorai tak tertahankan seiring memanasnya pertunjukkan yang mereka tonton. Beruntung bagi mereka yang datang lebih dulu dan berada lebih dekat dengan objek tontonan utama yang ada di ruangan itu. Jika datang telat, maka harus menerima nasib berada di tempat yang lebih jauh dari objek tontonan utama di ruangan tersebut.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Deskripsi di atas adalah sebuah gambaran bagaimana pemuda hingga orang dewasa menghabiskan waktunya di era 70-an. Ketika itu televisi masihlah merupakan barang mewah dan bulu tangkis tengah meroket popularitasnya di Indonesia. Jadilah akhirnya setiap Final All England digelar, maka Kelurahan yang bisa jadi menjadi tempat satu-satunya yang memiliki televisi di desa-desa diserbu warga untuk melakukan ritual nonton bareng All England. Tokoh utamanya siapa lagi kalo bukan Sang Maestro Rudy Hartono.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/blog-12.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-281" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/blog-12.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
All England memang begitu lekat dengan bulu tangkis dan juga dengan mulai mengangkasanya kejayaan Indonesia di olahraga ini. Bersama dengan kejayaan di Piala Thomas, nama Indonesia mulai disegani oleh negara-negara lainnya di persaingan bulu tangkis dunia berkat torehan prestasi para pemain Indonesia di All England. Bukan hanya bagi Indonesia, turnamen ini sendiri juga memegang prestise tertinggi bagi tiap negara yang berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik di olahraga ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebelum Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis resmi bergulir pada 1977, All England sering disebut-sebut sebagai Kejuaraan Dunia Tak Resmi. Yang memenangi All England boleh dibilang sudah layak menyandang status sebagai pemain terbaik dunia ketika itu. Pun begitu halnya ketika Kejuaraan Dunia sudah resmi bergulir, All England tetap menjadi salah satu cita-cita dan titel yang ingin diraih oleh para pebulu tangkis di dunia ini semasa dirinya aktif bermain.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Status All England sebagai turnamen bergengsi pun tak jua lekang ketika Badminton World Federation mengelompokkan level turnamen ke golongan super series dan kemudian menjadi super series premier pada 2011 bersama empat turnamen lainnya. Meski All England menghadirkan hadiah lebih kecil dibandingkan beberapa turnamen super series premier lainnya, All England tetap memiliki magnet dan daya tarik tersendiri bagi tiap pebulu tangkis di negeri ini. Sisi historis panjang yang melekat di turnamen ini membuat pesona mereka sulit untuk disaingi oleh turnamen super series premier lainnya. Rasanya hanya Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang mampu menyaingi reputasi All England sebagai sebuah turnamen.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berbicara masa lalu dan berbicara kenyataan saat ini, Indonesia sendiri sepertinya sedang tidak akrab dengan All England. Sebelum Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir keluar sebagai penyelamat dengan meraih gelar dua tahun terakhir (2012 dan 2013), Indonesia sempat hampa gelar sepanjang delapan tahun penyelenggaraan All England. Sebuah hal yang tentunya ironis mengingat All England adalah salah satu pijakan Indonesia memegang status sebagai negara kuat di dunia bulu tangkis pada masa silam.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-36.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-283" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-36.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-281.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-285" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-281.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Untuk tahun ini PBSI berharap bisa meraih dua gelar di All England. Harapan ini tentunya merupakan sebuah target yang terbilang berani di tengah minimnya andalan yang mumpuni untuk meraih gelar juara di berbagai turnamen internasional.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kapan terakhir kali Indonesia meraih lebih satu gelar di All England? Ternyata tepat 20 tahun lalu. Bukan hanya dua gelar, melainkan tiga gelar juara yang dipersembahkan oleh Hariyanto Arbi, Susi Susanti, dan Gunawan/Bambang Suprianto.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah itu momen itu, hanya ganda putra yang masih rutin menyumbangkan gelar juaranya. Torehan ganda putra itu pun akhirnya benar-benar terhenti setelah kemenangan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada tahun 2003. Dengan demikian maka sudah 10 tahun penyelenggaraan para ganda putra Indonesia tak lagi mampu menjadi juara di All England. Nasib tunggal putra dan tunggal putri lebih miris karena nyatanya Hariyanto Arbi dan Susi Susanti menjadi orang terakhir yang terakhir kali berjaya di nomor mereka masing-masing.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lalu bagaimana peluang untuk memenangkan lebih dari satu gelar tahun ini? Seperti sudah bisa ditebak banyak orang, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali diandalkan sebagai pasukan terdepan ketika berbicara peluang meraih gelar juara. Mundur ke belakang sedikit, ada Tommy Sugiarto yang tahun ini juga diberi sedikit beban dan harapan lantaran statusnya sebagai unggulan ketiga di nomor tunggal putra.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hal ini terasa wajar lantaran dalam lima tahun terakhir penyelenggaraan All England yang artinya total ada 25 gelar juara, 15 gelar diantaranya alias 60 persen direbut oleh pemain dengan posisi unggulan empat besar. Dengan demikian, maka mayoritas memang para unggulan empat besar yang berpeluang besar untuk meraih gelar juara.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-121.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-287" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-121.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-2.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-288" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/ae-2.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di luar Ahsan/Hendra, Tontowi/Liliyana, dan Tommy, Indonesia masih punya tiga pemain lagi yang menempati daftar unggulan yaitu Angga Pratama/Rian Agung (unggulan keenam ganda putra), Pia Zebadiah/Rizki Amelia (unggulan ketujuh ganda putri), dan Markis Kido/Pia Zebadiah (unggulan keenam ganda campuran).</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Peluang para pemain ini untuk menjadi juara pun tidak sepenuhnya tertutup. Dalam lima tahun terakhir, ada empat pemain unggulan namun di luar unggulan empat besar yang mampu menjadi juara yaitu Tine Baun (unggulan ketujuh) di 2013, Li Xuerui (unggulan ketujuh) di 2012, Cai Yun/Fu Haifeng (unggulan ketujuh) di 2009, dan Zhang Yawen/Zhao Tingting (unggulan ketujuh) di 2009.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lalu bagaimana peluang pemain yang tidak masuk dalam daftar unggulan untuk bisa menjadi juara? Fakta di lima tahun terakhir, justru ada enam pemain non unggulan yang mampu menjadi juara All England yaitu Liu Xiaolong/Qiu Zihan (2013), Xu Chen/Ma Jin (2011), Tine Baun (2010), Lars Paaske/Jonas Rasmussen (2010), Zhang Nan/Zhao Yunlei (2010), dan Wang Yihan (2009).</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan gambaran kekuatan seperti itu, bagaimana kira-kira gambaran pujian yang layak disematkan bagi pebulu tangkis Indonesia nantinya? 1 gelar = hebat. 2 gelar = luar biasa. 3 gelar atau lebih = fantastis!</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Selamat berjuang!!</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-7963672560070557032014-03-09T03:57:00.004-07:002014-03-09T03:57:57.378-07:00Hendra Setiawan dan Obrolan di Pengujung 2013<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Recent update BBM milik saya pada Rabu (19/2) jelang siang dihiasi oleh foto sepasang bayi kembar. Di sebelahnya, tertulis nama Hendra Setiawan. Ternyata, Hendra dan istrinya, Sandiani Arief baru saja dianugerahi sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Peristiwa ini pun kemudian membawa ingatan ke waktu beberapa bulan sebelumnya di pengujung 2013. Ketika itu, selepas sesi latihan pagi di GOR Pelatnas Cipayung, Hendra sempat berbincang-bincang mengenai target di tahun 2014 dan harapan-harapan besarnya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Meski sudah meraih banyak gelar bergengsi, mulai dari medali emas Olimpiade, juara dunia (dua kali dengan pasangan yang berbeda), Asian Games, SEA Games, hingga sederet titel BWF super series/premier, namun Hendra seperti belum puas dengan koleksi gelar yang dimilikinya. Maklum saja, gelar All England masih menari-nari menggoda untuk dimiliki.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Karena itulah, Hendra pun tak ragu untuk menyebut All England sebagai buruan utamanya di tahun 2014, selain tentunya ingin mempertahankan gelar juara dunia dan merebut kembali medali emas Asian Games, plus menjadi tulang punggung Indonesia untuk meraih Piala Thomas untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/hendra-s-2.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-262" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/hendra-s-2.jpg?w=590" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
All England memang masih menjadi mimpi besar Hendra. Meski sudah mulai jadi ganda yang diperhitungkan di level dunia sejak bertahun-tahun silam saat berpasangan dengan Kido, Hendra belum pernah sekalipun merasakan nikmatnya mengangkat trofi All England. Karena itulah, tahun 2014 ini dianggap sebagai kesempatan terbaik untuk Hendra meraih gelar All England.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pasalnya duet Ahsan/Hendra yang baru berusia satu tahun lebih tengah menjadi mata badai di persaingan nomor ganda putra dunia. Mereka tengah berada di performa terbaik dan memiliki kesempatan besar merebut gelar All England.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berbicara panjang lebar soal target dan harapan, kemudian pembicaraan pun berlanjut pada fakta bahwa Ahsan dan Hendra akan menyandang status Ayah pada tahun 2014 ini. Di sinilah kemudian sisi menariknya, jika Ahsan diprediksi akan menjadi Ayah pada bulan Januari, maka Hendra justru diprediksi kemungkinan akan menjadi Ayah pada Februari hingga awal Maret.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Awal Maret adalah waktu pelaksanaan All England tahun ini, yaitu tepatnya pada 4-9 Maret. Pertanyaan selanjutnya di penghujung tahun 2013 itu pun kemudian bisa ditebak, adakah nantinya proses menunggu anak pertama ini akan mengganggu persiapan menuju All England atau bahkan membatalkan keikutsertaan Hendra ke All England jika waktu kelahirannya ternyata benar-benar bersamaan? Bagaimanapun, Hendra yang telah mengikat janji suci dengan sang istri di tahun 2011, kelahiran anak ini jelas merupakan ‘prestasi’ yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Saat itu Hendra tidak menampilkan keterkejutan dalam raut wajahnya menghadapi pertanyaan ini. seolah-olah jawaban dari pertanyaan ini memang telah dia pikirkan dan pertimbangkan sebelumnya. Hendra pun menyebut bahwa dirinya akan tetap berangkat ke All England meskipun itu berarti dia tak menunggu proses kelahiran anaknya. Semua demi tanggung jawabnya mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/hendra-s.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-264" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/hendra-s.jpg?w=589" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun akhirnya Hendra pun tidak dihadapkan pada pilihan sulit itu. Hendra masih ada di Indonesia ketika sepasang putra-putri nya dilahirkan ke dunia ini. Hendra masih memiliki waktu untuk bercengkrama dengan putra-putrinya sebelum bertolak ke Birmingham untuk All England. Mungkin Richard dan Richelle, nama putra dan putri Hendra, sendiri juga sudah tak sabar untuk menyaksikan kesuksesan sang Ayah di turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu. Yang pasti, bertambah lagi satu motivasi Hendra untuk menjadi juara, apalagi kalau bukan untuk memberikan kado bagi keluarga kecilnya. Semoga! Semoga Ahsan/Hendra bisa juara!</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-37546267027055703762014-03-09T03:57:00.001-07:002014-03-09T03:57:11.071-07:00Kapan Kembali, Lin Dan ?<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Akhir Januari lalu, Lin Dan diberitakan sudah kembali berlatih intensif dan siap untuk kembali terjun ke persaingan kompetitif bulu tangkis dunia. Namun, nyatanya, dalam daftar nama atlet yang ikut All England, nama Lin Dan belum ada. Pun begitu halnya ketika daftar nama Swiss Grand Prix Gold di-<i style="line-height: inherit;">publish</i> pada Jumat (14/2), nama Lin Dan masih tidak terlihat dari daftar nama yang terlampir. Sejatinya bagaimana Lin Dan memandang bulu tangkis sebagai bagian dari hidupnya saat ini? Hal tersebut sendiri sangatlah menarik untuk dicermati dan didiskusikan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Banyak orang yang sangat yakin bahwa bab penutup karir Lin Dan sebagai seorang pebulu tangkis ada di Olimpiade London 2012. Saat itu, Lin Dan sudah secara sah dan diakui banyak orang sebagai pebulu tangkis terhebat di dekade ini, atau bahkan mungkin bisa diperdebatkan sebagai pebulu tangkis tunggal putra terhebat sepanjang masa, bersaing dengan nama legendaris lainnya. Menjaga konsistensi di papan atas selama bertahun-tahun plus meraih dua medali emas Olimpiade yang rentang jaraknya empat tahun, jelas butuh usaha yang luar biasa untuk mewujudkan hal tersebut.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tapi ternyata, usai meraih medali emas Olimpiade London 2012, sama sekali tidak ada pernyataan bahwa Lin Dan akan gantung raket. Yang ada hanya pernyataan bahwa ia akan rehat sejenak dari kompetisi untuk kemudian kembali lagi. Dan janji Lin Dan itu diakhiri dengan manis tatkala ia sukses menjadi juara dunia 2013 dengan fakta bahwa ia vakum dari kompetisi level dunia untuk beberapa bulan lamanya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun nyatanya usai menjadi juara dunia, Lin Dan seolah kembali meninggalkan misteri manakala ia kembali memutuskan untuk beristirahat dari kompetisi seri BWF meski untuk liga lokal atau partai eksebisi dirinya masih tampil. Pasca juara Olimpiade, memang rasanya wajar jika Lin Dan berkata bahwa ia jenuh dan ingin rehat dari kompetisi. Namun, begitu kembali bermain di kompetisi dan menjadi juara dunia, adalah hal yang mengherankan jika Lin Dan kembali memutuskan untuk kembali beristirahat dari kompetisi.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lin Dan sudah meraih semua yang diinginkan pebulu tangkis di dunia ini. Dari gelar perorangan seperti Olimpiade, Kejuaraan Dunia, All England, Asian Games, dan berbagai titel super series lainnya, hingga gelar di turnamen beregu seperti Piala Thomas dan Piala Sudirman, semua sudah dimenangi Lin Dan. Lalu apalagi yang masih harus dibuktikan Lin Dan ?</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/lin-dan.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-239" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/lin-dan.jpg?w=423" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebelum meraih periode emas dalam karirnya, Lin Dan pernah mengalami masa mengesalkan dalam hidupnya sebagai seorang pebulu tangkis. Periode 2004-2006 boleh jadi merupakan salah satu masa yang diingat Lin Dan. Terlepas dari banyak gelar yang ia raih di tahun itu, Lin Dan gagal memenangi tiga turnamen besar dalam tiga tahun beruntun pada 2004-2006 yaitu Olimpiade Athena 2004, Kejuaraan Dunia 2005, dan Asian Games 2006. Padahal di tiga ajang itu, Lin Dan selalu berstatus sebagai unggulan pertama. Malah di Kejuaraan Dunia 2006 saat Lin Dan menjadi unggulan kedua Lin Dan berhasil menjadi juara.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan menariknya, pemenang dari Olimpiade 2004, Kejuaraan Dunia 2005, dan Asian Games 2006 berujung pada satu nama, Taufik Hidayat. Ditelisik lebih lanjut, Taufik memenangi tiga turnamen itu dengan status sebagai pemain yang tidak diunggulkan di posisi unggulan lima besar.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mungkinkah hal ini yang juga ingin ditunjukkan Lin Dan saat ini? Bahwa ia juga bisa tetap menjadi juara meski tidak berada dalam posisi yang diunggulkan? Bahwa ia juga bisa tetap juara meskipun lama vakum dari kompetisi dan pertandingan? Lin Dan mampu membuktikan hal itu di Kejuaraan Dunia 2013 di usia yang sudah mencapai 30 tahun dan banyak puji-puji yang langsung mengalir kepadanya. Andai ia kembali mampu melakukannya saat ini, yaitu kembali dari masa vakum dan langsung memenangkan banyak gelar bergengsi, maka pujian dan pengakuan akan kehebatannya pun makin deras mengalir kepadanya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Selain itu bisa jadi Lin Dan benar-benar jenuh terhadap persaingan di dunia bulu tangkis namun dirinya belum bisa sepenuhnya lepas dari olahraga ini dan memutuskan untuk gantung raket. Bisa saja Lin Dan merasa dirinya terlalu superior dalam keadaan normal sehingga kompetisi bulu tangkis tak akan menarik lagi baginya. Karena itu, dia menciptakan <i style="line-height: inherit;">handicap</i> dan tantangan bagi dirinya sendiri agar bulu tangkis masih menyisakan hal mendebarkan bagi dirinya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Karena itu, Lin Dan sejauh ini belum menyatakan mundur secara resmi. Entah apa yang ada dalam benaknya. Apakah dirinya masih menyimpan hasrat untuk tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, hanya dirinya yang tahu. Namun yang jelas, sikap menggantung Lin Dan saat ini adalah semacam seruan tantangan dan pernyataan perang bagi seluruh pebulu tangkis tunggal putra di dunia untuk berada dalam kondisi siap saat Lin Dan kembali menjejakkan kaki ke arena persaingan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-32884582470027642262014-03-09T03:56:00.003-07:002014-03-09T03:56:44.902-07:00Lavillenie, 1 cm, dan Bubka<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Seberapa besar arti perbedaan 1 cm itu ? Tergantung pada siapa pertanyaan itu diajukan. Jika pertanyaan itu diajukan kepada Renaud Lavillenie, maka 1 cm itu boleh dibilang merupakan perbedaan yang sangat besar. Perbedaan yang memerlukan perjuangan sekuat tenaga sepanjang hidupnya dan perbedaan yang membuat dirinya pun kini akan dikenang dalam beberapa tahun atau mungkin dekade mendatang.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ya, Lavillenie baru saja sukses melakukan lompatan setinggi 6,16 m di ajang Donetsk Meeting di Donetsk pada Sabtu, 15 Februari kemarin. Sebuah rekor dunia baru memecahkan rekor dunia lompat galah atas nama Sergey Bubka dengan selisih 1 cm lebih tinggi.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/l.jpeg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-228" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/l.jpeg?w=502" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Renaud Lavillenie</em></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Meski hanya perbedaan 1 cm, butuh 21 tahun untuk bisa memecahkan rekor itu karena Bubka sendiri menorehkan rekor sebelumnya pada 21 Februari tahun 1993. Dari panjangnya rentang waktu tersebut, jelas sudah sangat banyak atlet lompat galah yang terus berjuang namun gagal untuk sekedar lebih unggul 1cm saja dari Bubka.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun Lavillenie sukses membuat rekor dengan cara yang sangat luar biasa. Tidak hanya soal catatan angka, namun Lavillenie melakukannya di tempat Bubka menorehkan rekor sebelumnya plus di Negara tempat Bubka berasal. Tidak sampai di situ saja, Bubka sendiri menjadi satu dari sekian pasang mata yang menjadi saksi peristiwa bersejarah ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“Saya rasa, saya butuh waktu sesaat lagi untuk bisa kembali sadar dan menjejakkan kaki ke bumi karena perasaan saya saat ini sangatlah gembira sekali. Saya hanya berpikir bahwa tempat ini adalah tempat terbaik untuk coba memecahkan rekor dan saya berhasil melakukannya. Ini gila.”</i></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Begitulah komentar Lavillenie setelah pertandingan berakhir. Nampak ia masih tak percaya bahwa ia kini sudah memegang rekor dunia lompat galah baik untuk <i style="line-height: inherit;">indoor</i> maupun keseluruhan (rekor outdoor juga atas nama Bubka dengan 6,14 m). Lompatannya adalah lompatan tertinggi sepanjang sejarah lompat galah sejauh ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun, keberhasilan Lavillenie sendiri tidak datang dengan serta merta begitu saja. Atletik berbeda dengan olahraga permainan yang faktor kejutannya lebih mungkin kerap terjadi. Atletik adalah olahraga terukur yang performa tiap atletnya bisa dihitung dan dicatat sebagai statistik. Faktor kejutan sangatlah minim kemungkinannya bisa hadir sebagai kenyataan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebelum memecahkan rekor ini sendiri, Lavillenie adalah juara Olimpiade London 2012. Ia sudah resmi tercatat sebagai salah satu atlet lompat galah terhebat dengan torehannya tersebut meskipun untuk urusan Kejuaraan Dunia, ia harus puas dengan torehan 1 perak plus 2 perunggu sepanjang keikutsertaannya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun Lavillenie sadar bahwa dirinya tidak akan dikenang oleh banyak orang jika tak bisa melewati Bubka meskipun medali emas Olimpiade sudah di tangan. Sejak tiga dasawarsa terakhir, lompat galah putra adalah Bubka dan Bubka adalah lompat galah putra. Demikian analoginya lantaran begitu dominannya Bubka semasa ia aktif menjadi atlet dan rekornya pun tak bisa dipecahkan setelah ia lama pensiun.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Karena itulah ia terus terobsesi untuk bisa melewati capaian Bubka yang sudah bertahan 21 tahun. Optimisme Lavillenie mulai menemui titik terang manakala ia mampu memperbaiki catatan terbaik dirinya sendiri pada bulan Januari lalu dengan tinggi lompatan 6,04 meter di Rouen. Tak lama berselang, Lavillenie pun kembali mempertajam catatan miliknya menjadi 6,08 meter di Bydgoszcz pada akhir Januari. Pada dua kesempatan itu, Lavillenie sendiri mengganti panjang galah yang biasa dia gunakan sebagai salah satu upaya mencari cara meningkatkan performanya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“Pada awalnya saya hanya berharap bisa terus konsisten melompat di atas 6 meter pada tiap perlombaan tahun ini. Namun ternyata saya bisa mulus melewati dua ketinggian itu tanpa kesulitan berarti. Inilah yang membuat saya optimistis bisa memecahkan rekor dunia.”</i></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kalimat inilah yang diucapkan oleh Lavillenie pada bulan lalu. Sebuah optimisme memancar jelas dari pernyataannya dan nyatanya tidak butuh satu bulan dari ucapan tersebut terlontar, Lavillenie sudah benar-benar ada di puncak dunia dan mengalahkan rekor milik Bubka. Selain butuh kemampuan, kepercayaan diri jelas menjadi modal penting di balik sebuah keberhasilan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lalu bagaimana dengan Bubka? Adakah dirinya terluka dan merasa dipermalukan oleh peristiwa yang berlangsung di negaranya sendiri? Ternyata tidak. Bubka tetap bersikap ksatria dan memegang prinsip seorang juara. Dia sangat sadar bahwa hari dimana rekor miliknya akan dipecahkan oleh orang lain pasti akan datang, entah itu cepat atau lambat. Karena itu pelukan hangat pun langsung diberikan Bubka kepada Lavillenie di tengah gemuruh publik Ukraina yang juga tetap menyambut hangat peristiwa bersejarah di dunia olahraga ini meski itu berarti satu catatan rekor atlet legendaris mereka terhapus.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/lb1.jpg" sl-processed="1" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-232" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/lb1.jpg?w=618" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bubka dan Lavillenie</em></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">“Saya tidak terkejut dengan hasil ini. Lavillenie adalah atlet yang hebat dan saya harap dirinya terus mencatat hasil spektakuler setelah ini,” kata Bubka tanpa sedikit pun nada penyesalan.</i></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan Bubka memang tak perlu menyesali apa yang terjadi. Lavillenie pun bisa melompat dengan begitu hebat tidak lain karena Bubka. Ya, karena Bubka telah menetapkan standar yang tinggi di masa silam sehingga para atlet di generasi setelahnya semakin terpacu dan berlomba untuk melampaui garis batas yang telah ditetapkan oleh Bubka.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-3466604162604532422014-03-09T03:55:00.005-07:002014-03-09T03:55:59.128-07:00Gugur Satu, Tumbuh atau Tunggu Seribu ?<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<i style="line-height: inherit;">Gugur Satu Tumbuh Seribu</i>. Peribahasa Indonesia lawas yang bernuansa positif. Artinya segala sesuatu yang telah hilang akan ada penggantinya. Namun jelas, tidak semuanya bakal berjalan sebagaimana yang direncanakan dan diharapkan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Contoh sederhananya peribahasa <i style="line-height: inherit;">Gugur Satu Tumbuh Seribu</i> yang belum terwujud adalah munculnya sosok pengganti dari Susi Susanti, pebulu tangkis tunggal putri terbaik di Indonesia yang pernah ada sejak dirinya memutuskan gantung raket. Sudah lebih dari satu dekade Indonesia menantikan munculnya pengganti Susi, namun hingga Susi berusia 43 tahun hari ini, 11 Februari, sosok yang dinanti belum juga ada. Jangankan seribu seperti halnya peribahasa, satu pun Indonesia belum punya.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-service.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-215" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-service.jpg?w=214" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">copyright : BBC</em></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Susi memang istimewa. Semua aksi yang pernah dilakukannya di lapangan masih terbayang jelas di benak bangsa Indonesia, mulai dari mereka yang sudah dewasa hingga anak-anak yang belum paham sepenuhnya tentang permainan bulu tangkis ketika Susi sedang berjaya. Mulai dari gaya servis, <i style="line-height: inherit;">foot work</i>, hingga aksi split untuk menjangkau shuttlecock pun tak pernah bisa lepas seluruhnya dari ingatan di dalam kepala.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-susanti.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-217" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-susanti.jpg?w=390" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">copyright : The Star</em></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Susi memang istimewa. Mental bertandingnya begitu luar biasa. Membaca ulasan-ulasan dan tulisan yang ada, Susi memang tak akan mau menyerah jika pertandingan belum benar-benar berakhir meski dirinya sudah tertinggal dengan skor yang sangat jauh. Selain medali emas Asian Games, seluruh gelar bergengsi di turnamen bulu tangkis sudah semuanya dimiliki oleh Susi. Susi pun bisa tersenyum karena untuk urusan nomor beregu pun, tangannya pernah mengangkat Piala Sudirman dan Piala Uber.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan tak perlu diperdebatkan lagi, sosok Susi lah yang kemudian mendorong banyak putri-putri di Indonesia untuk menggemari permainan bulu tangkis. Semuanya ingin menjadi seperti Susi. Semua ingin nantinya bisa berada di posisi Susi, di podium tertinggi untuk mengharumkan nama Indonesia.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Boleh dibilang, para pebulu tangkis Indonesia yang mulai berkarir di era 2000-an, setelah Susi pensiun di penghujung dekade 1990-an, pun banyak yang menganggap Susi sebagai idola dan panutan mereka dalam berkarir bulu tangkis. Namun hingga kini, 20 tahun setelah Susi memimpin Tim Indonesia menjuarai Piala Uber untuk yang kedua kalinya pada 1994, belum ada pemain yang benar-benar sukses mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Susi sebagai andalan Indonesia di nomor tunggal putri.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Susi sendiri pun mungkin sudah bosan setiap mendengar pertanyaan tentang kondisi tunggal putri Indonesia saat ini dan terus dibanding-bandingkan dengan kehebatan dirinya di masa lalu. Jawaban Susi pastinya akan tetap sama,.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Seperti masyarakat Indonesia lainnya, dirinya juga terus menantikan pebulu tangkis tunggal putri Indonesia yang mampu menjelma menjadi pemain papan atas dunia dan untuk kemudian mendominasi permainan dunia.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Seperti masyarakat Indonesia lainnya, Susi pun harus terus bersabar dan mengelus dada ketika putri-putri Cina telah sukses mengembalikan dominasi mereka di persaingan bulu tangkis tunggal putri dunia seperti halnya tahun 1980-an ketika dirinya masih pemula. Seperti masyarakat Indonesia lainnya, Susi pun mungkin iri dengan keberhasilan Thailand dan India untuk maju beberapa langkah dibandingkan Indonesia saat ini untuk urusan tunggal putri.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-win.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-219" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/02/susi-win.jpg?w=177" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Selamat ulang tahun Susi Susanti. Semoga peribahasa <i style="line-height: inherit;">Gugur Satu Tumbuh Seribu</i> untuk dirimu dan tunggal putri Indonesia segera terwujud, dan bukannya <i style="line-height: inherit;">Gugur Satu Tunggu Seribu (Atlet)</i> seperti yang sedang terjadi saat ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-39493308743831200022014-03-09T03:55:00.003-07:002014-03-09T03:55:32.647-07:00Peringatan dari Kasus LYD-KKJ<header class="entry-header" style="background-color: #f3efe3; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px;"><h1 class="entry-title" style="border: 0px; clear: both; color: #e0315b; font-family: 'Maiden Orange', script; font-size: 3.6rem; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.wordpress.com/2014/01/28/peringatan-dari-kasus-lyd-kkj/" rel="bookmark" style="border: 0px; color: #e0315b; font-family: inherit; font-size: 36px; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Peringatan dari Kasus LYD-KKJ</a></h1>
</header><div class="entry-content" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0.75em 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Selasa, 28 Januari ini berisi sebuah berita yang mengejutkan. Lee Yong Dae dan Kim Ki Jung dihukum larangan bertanding selama satu tahun lantaran tiga kali tidak mengabarkan keberadaannya pada tahun lalu sehingga BWF tidak bisa melakukan tes doping terhadap mereka.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kelihatannya memang keputusan ini menyebalkan. Memangnya kenapa tidak mengabarkan keberadaan selama tiga kali saja sepanjang tahun lalu langsung bisa terkena skors? Kenapa tidak melakukan tes doping terhadap mereka saat mereka turun di sebuah turnamen yang sudah jelas keberadaannya?</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Menelusuri pemberitaan yang ada, tiga panggilan tes dan pelaporan keberadaan Kim Ki Jung dan Lee Yong Dae adalah memang tes BWF yang berupa <i style="line-height: inherit;">out of competition testing</i>. Jadi memang tes doping secara acak itu dimaksudkan dan dilakukan ketika para atlet tidak sedang berkompetisi.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/lyd.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-207" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/lyd.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di dunia bulu tangkis, kasus doping memang merupakan sebuah kasus yang jarang terjadi, beda misalnya dengan di olahraga balap sepeda, atletik, dan akuatik yang sering tampil dengan berita mencengangkan terkait kasus doping. Juara Tour de France tujuh kali Lance Armstrong dan juara Olimpiade 100 m Ben Johnson menjadi sedikit contoh dari banyaknya nama besar yang tersangkut oleh kasus doping.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berkaca dari peristiwa itu sendiri, bisa ada dua sudut pandang yang diambil. Apakah memang para atlet balap sepeda, atletik, dan renang itu banyak yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan atau memang tes doping di luar tiga cabang olahraga tersebut tidak seketat yang dilakukan tim anti doping dari tiga cabang olahraga tersebut?</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan Badminton World Federation (BWF) sendiri sepertinya memang terus ingin membuktikan bahwa mereka juga merupakan organisasi yang serius dan perhatian terhadap masalah doping. Karena itulah kemudian, mereka akhirnya menjatuhkan keputusan ini terhadap Lee Yong Dae dan Kim Ki Jung ketika sang pemain sudah tiga kali tidak mengabarkan keberadaan mereka pada tahun lalu.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kasus terakhir yang saya tahu terkait doping di bulu tangkis adalah kasus Zhou Mi, pebulu tangkis nomor satu dunia asal Cina yang kemudian beralih membela Hong Kong. Pada tahun 2010, Zhou Mi dihukum larangan bertanding selama dua tahun setelah dalam tubuhnya terkandung zat <i style="line-height: inherit;">clenbuterol</i>. Tes yang membuktikan kandungan clenbuterol ini sendiri adalah <i style="line-height: inherit;">out of competition testing</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kasus di atas jelas menjadi pelajaran yang menarik bagi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan para pebulu tangkis Indonesia sendiri. Setiap proses dan permintaan BWF terhadap kasus doping harus direspon dan tidak dianggap remeh seperti halnya yang terjadi di Badminton Korea Association yang juga menjadi pihak yang bersalah dari timbulnya kasus ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ingat, kasus Viktor Troicki bisa menjadi pelajaran yang bagus. Petenis Serbia ini tidak memberikan sampel darahnya pada ajang Monte Carlo Masters 2013 lalu dan akhirnya dijatuhi hukuman larangan bertanding 18 bulan dari International Tennis Federation (ITF) sebelum akhirnya berkurang menjadi 1 tahun. Alasan Troicki ketika itu adalah dirinya sedang merasa tidak enak badan dan memiliki phobia terhadap jarum.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Selain kaitan dengan kewajiban tes doping, hal lain yang perlu diperhatikan dalam kasus doping adalah penggunaan obat, suplemen, hingga konsumsi makanan. Untuk suplemen, contohnya ada pada Indra Gunawan dan Guntur Pratama, dua perenang Indonesia yang tahun lalu gagal tes doping. Masalahnya boleh dibilang sederhana saja, karena mereka tidak tahu bahwa susu yang mereka minum itu mengandung zat terlarang.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setiap apapun yang dimakan dan dikonsumsi oleh pebulu tangkis Indonesia memang sebaiknya terus didiskusikan terlebih dulu dengan tim ahli di PBSI. Jumlah zat-zat yang masuk kategori doping pun tiap tahunnya mengalami pembaruan sehingga mereka yang ahli di bidang ini harus terus <i style="line-height: inherit;">aware</i> dan memberikan<i style="line-height: inherit;">update</i> kepada para atlet. Pasalnya, banyak kemungkinan zat-zat terlarang itu masuk secara tidak sengaja ke dalam tubuh si atlet.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Karena kasus doping bukan saja kasus tentang mutlak bersalah atau tidak, meminum zat terlarang atau tidak yang hitam-putihnya jelas. Kasus doping lebih rumit dari itu dan perlu perhatian yang lebih dari pihak-pihak terkait.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-83809796645828217972014-03-09T03:55:00.000-07:002014-03-09T03:55:01.982-07:00Li Na, Tenis dan Bulu Tangkis<header class="entry-header" style="background-color: #f3efe3; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px;"><h1 class="entry-title" style="border: 0px; clear: both; color: #e0315b; font-family: 'Maiden Orange', script; font-size: 3.6rem; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.wordpress.com/2014/01/26/li-na-tenis-dan-bulu-tangkis/" rel="bookmark" style="border: 0px; color: #e0315b; font-family: inherit; font-size: 36px; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Li Na, Tenis dan Bulu Tangkis</a></h1>
</header><div class="entry-content" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0.75em 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Apa yang dilakukan dan telah terjadi sekarang akan berdampak besar pada masa yang akan datang. Hal itu mungkin yang bisa dipetik dari kisah hidup Li Na, satu-satunya petenis Asia yang mampu menjadi juara nomor tunggal grand slam, bahkan hingga dua kali sejauh ini sepanjang karirnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/li-na-2.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-197" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/li-na-2.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">copyright : AP</em></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Li Na lahir di Wuhan, 26 Februari 1982 dan pada bulan berikutnya Zhang Ailing berhasil memenangkan turnamen bulu tangkis All England usai mengalahkan Li Lingwei, 11-4, 11-6 dalam partai All Chinese Final. Itu adalah kali pertama tunggal putri asal Cina mampu memenangi turnamen All England setelah pada tahun sebelumnya Cina resmi masuk menjadi anggota IBF.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sebuah peristiwa olahraga besar tercatat dalam sejarah Cina. Dan menariknya, torehan Zhang Ailing itu seolah hanya merupakan awalan karena pada periode 1982-1989 Cina tercatat meraih enam gelar juara tunggal putri dan mempersembahkan empat All Chinese Final. Hanya pada tahun 1985 dan 1986 lah Cina gagal meraih gelar juara meski tetap menempatkan wakilnya di babak final.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Seperti yang sudah disebut di atas, apa yang dilakukan dan terjadi sekarang akan berdampak besar pada masa yang akan datang. Bisa dibayangkan situasi di Cina ketika itu (pada tahun 1980-an), kepopuleran bulu tangkis pastinya menanjak seiring tenarnya nama-nama seperti Zhang Ailing, Li Lingwei, dan Han Aiping. Itu baru dari satu turnamen All England saja. Belum lagi dari kisah keberhasilan Tim Cina meraih Piala Uber pada tahun 1984, 1986, dan 1988 yang pasti semakin melambungkan popularitas atlet dan olahraga bulu tangkis. Makin lengkap pula cerita itu dengan fakta bahwa tunggal putri Cina selalu menjadi juara dunia pada periode 1983-1991.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Karena itu akhirnya menjadi wajar ketika orang tua Li Na sangat berharap anaknya bisa menjadi pebulu tangkis top dunia. Maklum, Ayah Li Na sendiri adalah seorang pebulu tangkis dan mereka pun sudah melihat bahwa bulu tangkis bisa menjadi profesi yang memiliki titik cerah di Cina. Anak mereka bisa menjadi sosok yang terkenal dan mungkin berada di tempat tertinggi sama halnya dengan Li Lingwei dan kawan-kawan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dan keinginan itulah yang kemudian diwujudkan dengan dorongan kepada Li Na untuk berlatih bulu tangkis sejak usia dini. Li Na kecil sudah dikenalkan dasar-dasar bermain bulu tangkis. Tujuannya jelas, agar kelak ia bisa menjadi atlet bulu tangkis yang hebat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Namun memang pada dasarnya tak semuanya keinginan di dunia ini bisa terwujud. Menginjak durasi dua tahun sejak mulai mengayun raket bulu tangkis, Li Na kecil divonis tak berada di arah yang benar untuk meniti karir sebagai pebulu tangkis. Gaya dan kecenderungannya justru lebih mengarah ke tenis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Apa yang dilakukan dan terjadi sekarang akan berdampak besar pada masa yang akan datang. Keputusan telah diambil. Li Na akhirnya banting stir dari bulu tangkis menuju tenis. Sebuah keputusan yang berani karena meskipun di dunia global tenis jauh lebih populer dibandingkan dengan bulu tangkis, namun tidak demikian halnya di Cina. Tenis masih boleh dibilang olahraga awam yang tak umum dimainkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dan apapun yang dipilih Li Na pada akhirnya tetap saja menghadirkan tantangan tersendiri. Memilih bulu tangkis, maka Li Na akan bersaing ketat sejak usia dini untuk menjadi pebulu tangkis terbaik di Cina. Namun andaikata sudah berhasil menyandang predikat pebulu tangkis terbaik Cina, maka rasanya predikat pebulu tangkis terbaik dunia hanya tinggal berjarak beberapa jengkal saja. Ini memang karena status Cina sebagai produsen pebulu tangkis tunggal putri hebat yang tak pernah luntur oleh waktu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Beda dengan tenis. Mungkin perjalanan Li Na akan mulus di tingkat nasional. Namun setelah itu tantangan luas terbentang. Banyak pesaing-pesaing tangguh dari berbagai Negara yang siap mengadangnya menuju puncak dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hal itu terbukti benar dalam perjalanan karir Li Na. Di saat Li Na masih merambah turnamen-turnamen ITF, Gong Ruina yang lahir pada 1981 telah berhasil menjadi juara dunia bulu tangkis. Saat Tim Putri Cina merayakan kemenangan di Piala Uber 2002, Li Na justru tengah bersitegang dengan Asosiasi Tenis Cina dan akhirnya sempat vakum di dunia tenis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/gong-ruina.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-203" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/gong-ruina.jpg?w=390" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Gong Ruina</em></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Meski akhirnya kembali bermain tenis, Li Na belum melakukan lompatan berarti. Gelar WTA pertamanya datang pada tahun 2004 saat ia memenangi turnamen kelas bawah WTA Guangzhou. Kemenangan kedua baru datang bagi Li Na tiga tahun kemudian di WTA Brisbane 2008. Padahal dalam durasi 2004-2008 itu, Xie Xingfang yang juga hanya setahun lebih tua darinya mampu dua kali menjadi juara dunia bulu tangkis dan tiga kali juara All England plus sederet gelar bergengsi lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Namun Li Na tidak pernah menyerah. Ia terus mengayun raket dan mengikuti berbagai kompetisi. Meski perkembangannya tak kilat, ia akhirnya mampu masuk top 10 pada tahun 2010 saat usianya sudah 28 tahun. Namun nyatanya prestasi ini belumlah merupakan puncak prestasi dari Li Na.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Li Na terus merangsek dan mulai jadi ancaman bagi nama-nama besar. Ia sukses masuk final Australia Terbuka 2011 namun kalah dari Kim Clijsters. Dunia mulai memperhatikan Li Na. Li Na pun seolah tak ingin membuat dunia berpaling lagi darinya. Ia memenangi grand slam Prancis Terbuka 2011 dan menjadi petenis Asia pertama yang mampu menjuarai grand slam. Li Na menjadi juara, saat Xie Xingfang sudah menikahi Lin Dan dan tak lagi mengayun raket dan saat Gong Ruina sudah lama berhenti bermain bulu tangkis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ternyata titel Prancis Terbuka 2011 bukan merupakan titel grand slam satu-satunya yang dimenangi oleh Li Na. Ia kembali menjadi juara, kali ini di Australia Terbuka 2014, setelah pada dua final sebelumnya yaitu di 2011 dan 2013 dirinya selalu menjadi pihak yang kalah. Dua gelar grand slam cukup menjadi pernyataan yang tegas bahwa kemenangan Li Na di Prancis bukanlah kebetulan semata. Ia memang layak bersaing dan bersanding dengan petenis hebat lainnya di papan atas. Hebatnya, itu dilakukan Li Na di usia hampir 32 tahun, di saat pebulu tangkis Cina sebayanya sudah mulai sibuk dengan kehidupan barunya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Li Na membuktikan bahwa pilihan hidupnya tak salah. Jika berbicara bulu tangkis dan Cina, maka akan terpikir banyak nama yang ada di dalam pikiran tiap orang Cina yang ditanya. Pun ketika lingkupnya diperkecil, bulu tangkis tunggal putri dan Cina, maka tetap masih banyak nama yang mengapung di pikiran mulai dari generasi Li Lingwei, Ye Zhaoying, Gong Zhichao, Xie Xingfang, hingga generasi masa kini macam Wang Yihan dan Li Xuerui.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tetapi, jika dua kata yang diajukan adalah tenis dan Cina, tak perlu spesifik menyebut tenis putri, maka hampir pasti rakyat Cina akan menyebut nama Li Na. Jawaban yang mungkin bukan hanya mengapung dari mulut para rakyat Cina saja, karena jawaban ini sudah mendapat legitimasi dari publik dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/li-na.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-200" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/li-na.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">copyright : skysports</em></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: normal; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-48107411900596225932014-03-09T03:54:00.002-07:002014-03-09T03:54:22.975-07:00Heroic of Paralympic<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Olahraga itu menginspirasi. Banyak cerita perjuangan hebat yang ada di ranah olahraga yang akhirnya kemudian membangkitkan gairah seseorang dalam kehidupan nyata mereka bagai manusia. Karena itulah, ketika awal pekan ini mendengar keberhasilan Indonesia menjadi juara umum ASEAN Paragames 2014 yang berlangsung di Myanmar, saya pun langsung larut dalam perasaan sukacita yang mendalam.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Memang, untuk tahun ini saya tak memiliki kesempatan untuk melihat langsung sepak terjang para atlet difabel dalam upayanya mengharumkan Indonesia di kancah olahraga Asia Tenggara. Namun di penghujung tahun 2011 lalu, saya berkesempatan meliput aksi mereka di Solo, Jawa Tengah. Boleh dikatakan, liputan ASEAN Paragames 2011 itu adalah liputan paling berkesan selama saya menjalani profesi ini.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-51.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-166" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-51.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a><br style="line-height: inherit;" />Dalam keseharian, terus terang saja masih banyak yang menganggap orang-orang difabel sebagai sosok yang lemah, tak berdaya, dan tak sanggup melakukan hal-hal yang hebat. Namun anggapan itu akan menemui benturan jika orang-orang tersebut melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana para atlet difabel ini berjuang dan berkompetisi di lapangan, berkeringat dan berpeluh untuk mencapai sebuah kemenangan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-4.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-167" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-4.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a><br style="line-height: inherit;" />Mereka mampu berenang meski mungkin tangan mereka tak berbentuk seperti tangan manusia pada umumnya. Mereka mampu berlari meski tanpa melihat. Mereka mampu menembakkan busur panah dengan akurat meski kaki mereka tak solid. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang bisa dilihat dari olahraga paragames ini.<br style="line-height: inherit;" />Menilik cerita di balik kehebatan para atlet, maka yang akan muncul adalah rasa kagum dan salut. Para atlet difabel ini boleh dibilang terbagi dari dua kategori, difabel sejak lahir ataupun difabel karena sebuah kecelakaan dan sebagainya. Namun satu persamaannya, mereka telah melewati perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya mampu tersenyum ataupun menangis haru di atas podium kemenangan. Nilai-nilai inilah yang menarik untuk dicermati dan diresapi oleh para penonton yang melihat aksi mereka.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-61.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-169" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-61.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a><br style="line-height: inherit;" />Para kaum difabel itu sedianya tak butuh dikasihani. Mereka tidak akan hidup jika di dalam lingkungan sekitar mereka, mereka dianggap sebagai orang yang tak berdaya. Mereka butuh kompetisi. Mereka butuh kesempatan yang sama untuk aktualisasi diri. Karena sejatinya seperti manusia lain yang ada di muka bumi, mereka butuh alasan dan tujuan untuk hidup. Dan mereka pun punya hak yang sama untuk mencoba mengharumkan nama bangsa di mata dunia.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames1.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-171" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames1.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a><br style="line-height: inherit;" />Karena itulah, dengan momentum keberhasilan Indonesia menjadi juara umum ASEAN Paragames 2014, memperbaiki catatan di ASEAN Paragames 2011 dimana Indonesia menjadi runner up, diharapkan perkembangan olahraga paralimpik di Indonesia bisa meningkat drastis. Selama ini (yang saya tahu), perkembangan olahraga paralimpik di Indonesia masih terpusat di Solo. Semoga nantinya perkembangan olahraga difabel bisa menyebar menyeluruh ke pelosok Indonesia, baik itu perihal pusat latihan maupun kompetisi.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-71.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-172" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-71.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a><br style="line-height: inherit;" />Dengan demikian, maka makin banyak kesempatan untuk publik melihat kehebatan atlet-atlet difabel dalam berkompetisi. Akan makin banyak kesempatan untuk melihat bahwa kemenangan memang hadir bagi siapa saja yang berusaha. Karena lewat olahraga, para atlet difabel ini bisa memotivasi Indonesia, bukan hanya untuk golongan difabel semata, melainkan juga untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan. Bahwa hidup adalah perjuangan dan hambatan adalah tantangan.</div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-3.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-174" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-3.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-2.jpg" style="border: 0px; color: #e0315b; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-176" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/paragames-2.jpg?w=650" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-58355783945995191532014-03-09T03:53:00.002-07:002014-03-09T03:53:46.941-07:00Menjadi Tua itu Pasti, Tetap Berprestasi itu Pilihan dan Kemauan<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Menjadi tua itu pasti, tetap berprestasi itu pilihan dan kemauan. Hal itu yang ditunjukkan Vita Marissa saat dirinya didaulat menjadi atlet PB Djarum paling berprestasi di tahun ini. Tiga penghargaan didapat oleh dirinya baik itu kesuksesan ada di peringkat tujuh dunia (ganda campuran), peringkat sebelas dunia (ganda putri), dan atlet terbaik PB Djarum 2013 (ganda campuran). Semua itu didapat Vita di usia yang terbilang senja untuk ukuran atlet, 33 tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berbicara Vita, memori saya kemudian terlempar ke masa lima tahun lalu, tepat di awal tahun 2009. Pemandangannya masih tergambar jelas di pikiran ini. Ketika itu di sudut GOR Cipayung, Vita duduk di bangku panjang tanpa mengenakan seragam latihan. Sementara itu rekan-rekannya yang lain masih bersimbah peluh keringat menerima instruksi demi instruksi dari Richard Mainaky.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa menit kemudian, sesi latihan di nomor ganda campuran selesai. Richard kemudian duduk di samping Vita. Liliyana Natsir yang baru selesai latihan pun turut bergabung. Keduanya tampak dalam sebuah perbincangan serius. Gurat-gurat sedih terpancar dari wajah mereka bertiga. Sementara itu tak jauh dari tiga orang tersebut, duduk Muhammad Rijal yang hanya bisa terdiam menatap ke depan dengan pandangan kosong.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Teka-teki tentang topik pembicaraan hari itu akhirnya terungkap beberapa hari kemudian. Vita mengumumkan secara resmi pengunduran diri dari pelatnas Cipayung karena tak mencapai kata sepakat perihal nilai kontrak. Pengurus PBSI saat itu beranggapan nilai kontrak yang mereka ajukan sudah sesuai dengan standar yang ada yaitu peringkat BWF milik Rijal/Vita.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Malang memang nasib Vita saat itu. Peringkat Rijal/Vita yang dijadikan tolok ukur jelas tidak fair karena mereka baru beberapa bulan berpasangan. Bukan nilai nominal rupiah yang dituntut Vita semata, melainkan bagaimana cara PBSI menghormati dan mengapresiasi jasa Vita selama ini. Toh, bagaimanapun berpasangannya Rijal/Vita saat itu bukan kehendak Vita semata melainkan pula demi keberlangsungan regenerasi bulu tangkis Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Saat itu, Vita sudah berusia 28 tahun, usia yang boleh dibilang masuk dalam usia penurunan prestasi, terlebih untuk kategori pebulu tangkis putri. Tak sedikit yang berpikir bahwa masa emas karir Vita adalah saat dirinya berpasangan Flandy Limpele dan dengan demikian maka Vita tinggal menunggu masa pensiun saja.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-marissa-2.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-150" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-marissa-2.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun nyatanya prediksi orang kebanyakan itu berhasil ditepis oleh Vita. Vita mulai merintis karir di luar pelatnas atau sering disebut dengan istilah jalur profesional yang saat itu masih belum lazim didengar karena biasanya pintu untuk sukses bagi atlet Indonesia adalah melalui jalur pelatnas. Vita mampu memberikan jawaban bahwa selalu ada hasil positif saat dirinya tak lelah untuk berjuang.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-2.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-152" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-2.jpg?w=470" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berpasangan dengan Hendra Aprida Gunawan, duet ini mampu menghebohkan persaingan di nomor ganda campuran dengan duduk di peringkat ketiga dunia. Bersama Nadya Melati pun, Vita juga sukses unjuk gigi dengan masuk 15 besar dunia dan sempat menjadi finalis Indonesia Terbuka 2012. Semua itu tidak diraih Vita dengan mudah. Perlu kerja keras, fokus, dan konsistensi untuk bisa mewujudkannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jika pembuktian itu sepertinya belum cukup untuk menunjukkan kapasitas Vita Marissa, maka lihatlah ketika dirinya berganti pasangan. Ia kemudian beralih pasangan dengan Variella Aprilsasi di nomor ganda putri dan dengan Praveen Jordan di nomor ganda campuran. Jika Hendra dan Nadya sudah termasuk pemain dengan jam terbang yang tinggi, maka Variella dan Praveen masihlah merupakan pemain muda dengan jam terbang masih seadanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di sinilah Vita membuktikan bahwa dirinya memiliki leadership yang bagus. Ia bisa membimbing pemain muda untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ia mampu berperan menjadi pemimpin seiring bertambahnya kematangan dalam dirinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-1.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Gambar" class="size-full wp-image" id="i-154" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/vita-1.jpg?w=292" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Banyak yang sudah dilalui Vita dalam karirnya dan ia semakin bertambah matang seiring dengan kemampuannya menjalani konsekuensi atas semua keputusan yang sudah diambilnya, mulai dari keputusan untuk terus bermain setelah cedera bahu parah di 2004, keputusan untuk keluar pelatnas, hingga keputusan untuk berpindah klub. Vita sukses karena apapun keputusan yang ia ambil, ia siap menjalani semua konsekuensi dibaliknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan kini Vita sekali lagi memberikan penegasan, bahwa menjadi tua itu pasti, namun tetap berprestasi itu pilihan dan kemauan.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-68530645300717987702014-03-09T03:52:00.002-07:002014-03-09T03:52:45.941-07:000-10<header class="entry-header" style="background-color: #f3efe3; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px;"><h1 class="entry-title" style="border: 0px; clear: both; color: #e0315b; font-family: 'Maiden Orange', script; font-size: 3.6rem; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.wordpress.com/2014/01/20/0-10/" rel="bookmark" style="border: 0px; color: #e0315b; font-family: inherit; font-size: 36px; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">0-10</a></h1>
</header><div class="entry-content" style="background-color: #f3efe3; border: 0px; color: #333333; font-family: Baskerville, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0.75em 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sudah dua turnamen super series/premier berlalu, sudah sepuluh gelar diperebutkan. Hasilnya : Indonesia belum kebagian satu gelar pun di bulan pertama tahun 2014 ini. Jangankan titel juara, dari 10 final yang dipertandingkan saja, Indonesia hanya mampu sekali menempatkan wakilnya, yaitu Tommy Sugiarto di Malaysia Super Series Premier.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dua turnamen awal di tahun ini menjadi gambaran jelas bahwa kekuatan bulu tangkis Indonesia saat ini masihlah sangat rentan. Terbukti, di Korea, tanpa kehadiran pemain utama, Indonesia gagal menempatkan satu wakil pun di babak final. Para pebulu tangkis Indonesia harus gigit jari melihat keperkasaan Cina dan Negara-negara lainnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berpindah ke Malaysia, ternyata cerita sedih bagi Indonesia masihlah sama meski untuk kali ini Tim Bulu Tangkis Indonesia turun dengan kekuatan penuh. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kali ini gagal unjuk gigi dan memenuhi harapan untuk pulang dengan prestasi.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sejatinya, seandainya, sekali lagi seandainya, salah satu saja dari Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana mampu merebut titel juara di Malaysia, maka rapor performa tim Indonesia di bulan pertama tahun 2014 ini tidaklah terlalu buruk. Hal itu dikarenakan Angga Pratama/Rian Agung dan Tommy Sugiarto menunjukkan performa yang lumayan di Malaysia kemarin.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Angga/Rian mampu menembus babak semifinal dengan melangkahi Liu Xiaolong/Qiu Zihan dan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, sedangkan Tommy mampu menapak partai puncak sebelum akhirnya tumbang di hadapan pebulu tangkis nomor satu dunia Lee Chong Wei.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Angga/Rian sendiri boleh dibilang hanya berjarak sejengkal dari tiket final. Mereka harus mengakui keunggulan ganda tuan rumah Goh V Shem/Lim Kim Wah yang mendapat energi tambahan dari dukungan penonton yang hadir. Sementara itu, perjuangan Tommy di babak final pun patut diapresiasi. Dirinya sudah berhasil menjebak Chong Wei dalam pola permainannya di sepanjang game pertama. Namun sayangnya, Chong Wei mampu lepas dari sergapan itu di pengujung game pertama dan kemudian berbalik mendominasi penuh di game kedua.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/20140119_malaysia-open_tommy-sugiarto-dan-lee-chong-wei.jpg" style="border: 0px; color: #4b774c; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-142" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/20140119_malaysia-open_tommy-sugiarto-dan-lee-chong-wei.jpg?w=487" style="border: 0px; height: auto; line-height: inherit; max-width: 100%;" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">copyright : badmintonindonesia.org</em></div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Performa Angga/Rian dan Tommy menarik untuk diapresiasi namun lagi-lagi, berbicara atlet kategori prestasi, tentu penilaian akhirnya tetaplah keping-keping medali tanda posisi tertinggi.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tetapi jika dilihat lebih dalam, sepertinya apa yang terjadi di bulan pertama ini seolah menjadi penegasan untuk PBSI bahwa mereka harus tetap mawas diri. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana bukanlah sosok yang tak tersentuh oleh pemain-pemain lainnya di dunia ini. Mereka memang pemain hebat namun masih berpeluang besar untuk bisa dikalahkan. Karena itulah yang bisa dilakukan oleh pemain lainnya adalah mengejar ketertinggalan mereka dari Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana untuk kemudian sama-sama berdiri sejajar menanggung beban sebagai pemain andalan Indonesia di berbagai turnamen besar.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Melihat Cina saat ini, rasa iri pantas dan normal jika keluar. Bagaimana tidak, dari 10 gelar yang sudah diperebutkan di awal tahun 2014 ini, tujuh di antaranya menjadi milik mereka dengan rincian empat gelar di Korea dan tiga gelar di Malaysia. Tidak sampai di situ, koleksi tujuh gelar yang ada tersebut dipersembahkan oleh enam pebulu tangkis/ganda mereka. Jelas terlihat sebuah pemerataan pembinaan sehingga kompetisi sudah tercipta diantara sesama pemain mereka sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kondisi Indonesia saat ini pun boleh dibilang tidak jauh berbeda dibandingkan Negara-negara yang berstatus Negara kuat di bulu tangkis lainnya seperti Korea, Denmark , Malaysia, dan Jepang. Mereka juga masih kesulitan memperbanyak jumlah pemain andalan yang bisa dibebankan target juara di berbagai kompetisi elit dunia.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebagai gambaran, tahun lalu, Cina meraih total 31 gelar dari 12 turnamen super series/premier plus satu super series finals yang menyediakan total 65 gelar juara. Tidak sampai di situ, 31 gelar itu sendiri diraih oleh 14 pemain/wakil yang berbeda.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Bandingkan dengan Indonesia yang meraih 11 gelar lewat empat wakil, Malaysia yang mendapat tujuh gelar lewat Lee Chong Wei seorang, Korea yang merebut enam gelar dari tiga wakil, dan Denmark yang merebut lima gelar dari empat wakil.Karena banyaknya wakil yang bisa diandalkan untuk menjadi juara itulah, Cina akhirnya tak pernah sekalipun hampa gelar di sebuah turnamen super series/premier pada tahun lalu.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Situasi itu sendiri sepertinya tidak diragukan lagi kemungkinan besar akan berlanjut tahun ini. Bagi Indonesia sendiri, mengejar posisi Cina saat ini masih terlalu sulit dilakukan, namun untuk mengembangkan performa sendiri lebih baik dibandingkan tahun lalu jelas masihlah merupakan sebuah harapan yang ideal.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jika ada empat pemain/wakil yang bisa jadi juara musim lalu, maka semoga untuk tahun ini jumlah tersebut bisa bertambah. Jika Tommy Sugiarto dan Markis Kido/Marcus Fernaldi hanya meraih satu gelar tahun lalu, semoga tahun ini mereka dan juga para pebulu tangkis Indonesia lainnya bisa mencuri gelar lebih banyak. Harapan-harapan itu tentunya diembuskan sambil terus berharap Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana segera menemukan level terbaik dari permainan mereka. Dengan demikian, maka 0-10 di awal tahun ini bisa berubah menjadi 11-65 di akhir tahun seperti tahun lalu atau bahkan lebih baik lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
-Putra Permata Tegar Idaman-</div>
</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-30889774357584782402014-01-15T08:52:00.001-08:002014-01-15T08:52:13.514-08:00Batas Simon SantosoSimon Santoso berada di ujung pintu pelatnas Cipayung. Target masuk
babak semifinal di Korea Super Series dan Malaysia Super Series Premier
yang dibebankan kepada Simon hanya mampu dijawab Simon dengan hasil
babak pertama di Korea dan tak lolos babak kualifikasi di Malaysia.<br />
Ultimatum Rexy sudah dikeluarkan dan kini semua harus siap dengan
konsekuensinya. Simon sendiri sudah tampak pasrah dengan kepastian
statusnya di pelatnas Cipayung. Simon telah menegaskan bahwa dirinya
siap jika memang harus keluar dari pelatnas Cipayung. Namun sudahkah
sektor tunggal putra pelatnas siap kehilangan Simon?<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/simon-keluar1.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-134" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/simon-keluar1.jpg?w=487" /></a><br />
Berbalik ke belakang, Simon sudah disebut-sebut sebagai pemain masa
depan Indonesia sejak ia masih berusia belasan. Ketika itu kemunculannya
(bersama Sony Dwi Kuncoro) diharapkan mampu melapis dan menjadi
penerima tongkat estafet dari Taufik Hidayat yang saat itu tengah berada
di puncak karirnya.<br />
Simon terus berjuang dari tahun ke tahun. Statusnya sebagai tunggal
putra nomor tiga Indonesia mulai bergeser ke posisi kedua dan akhirnya
sempat memegang tampuk sebagai tunggal putra dengan peringkat BWF
tertinggi di Indonesia. Sejumlah prestasi ia ukir namun gunung prestasi
yang Simon buat tak pernah bisa melampaui atau bahkan sekedar mendekati
gunung prestasi yang telah dibuat oleh Taufik. Simon tetap dianggap
gagal dalam upaya menembus persaingan papan atas dunia yang dikendalikan
oleh Lin Dan dan Lee Chong Wei selama ini.<br />
Adalah benar bahwa Simon sudah diberikan cukup waktu oleh pelatnas
Cipayung untuk unjuk gigi dan Simon telah gagal mewujudkan harapan
banyak orang Indonesia untuk melihat Indonesia kembali memiliki tunggal
putra nomor satu dunia. Namun masalah ini bukan hanya masalah Simon
sendiri melainkan masalah sektor tunggal putra pelatnas secara
keseluruhan.<br />
Sejak Indonesia menancapkan kukunya di kancah perbulu tangkisan
dunia, sektor tunggal putra Indonesia terus menghadirkan nama-nama
besar. Tan Joe Hok, Ferry Sonneville, Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk
Sugiarto, Hastomo Arbi, Alan Budikusuma, Ardi B. Wiranata, Hariyanto
Arbi, Joko Suprianto, Hendrawan, hingga Taufik. Nama Taufik itulah
kemudian dianggap sebagai nama terakhir yang mampu mempertahankan
supremasi tunggal putra Indonesia dalam persaingan bulu tangkis dunia.<br />
Simon memang gagal mengemban tanggung jawab sebagai pewaris nomor
tunggal putra Indonesia namun kegagalan itu sejatinya bukan milik Simon
semata. Sejak Simon berada di pelatnas, telah banyak pula bibit-bibit
tunggal putra yang masuk dan coba untuk mengejar mimpi menjadi pebulu
tangkis tunggal putra nomor satu dunia. Namun kebanyakan dari mereka
juga gagal dalam perjalanannya dan harus dicoret keberadaannya dari
pelatnas Cipayung. Wajah skuat tunggal putra pelatnas Cipayung sendiri
terbilang sering mengalami perubahan anggota dari tahun ke tahunnya.<br />
Sebagai gambaran, Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka yang
disebut sebagai dua tunggal putra terbaik Indonesia saat ini pun rasanya
belum melebihi level permainan terbaik Simon Santoso beberapa tahun
silam. Jika boleh dikatakan, mungkin Tommy masih ada di level yang sama
dengan performa terbaik Simon dahulu. Tommy dan juga Hayom belum
benar-benar melakukan sebuah gebrakan yang besar dalam perjalanan karir
mereka sehingga mereka layak disebut sudah mengungguli level permainan
Simon.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/simon-keluar-21.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-137" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/simon-keluar-21.jpg?w=487" /></a><br />
Di lapis bawah setelah Tommy dan Hayom, berjajar para pemain muda
pelatnas yang masih terus bekerja keras merajut mimpi mereka menjadi
tunggal putra nomor satu dunia. Jadi boleh dibilang sektor tunggal putra
memang masih akan minim andalan untuk 1-2 tahun ke depan.<br />
Jika memang waktu Simon sudah habis di pelatnas Cipayung, maka
tantangan bagi Tommy, Hayom, dan pasukan tunggal putra lainnya adalah
melewati gunung prestasi yang telah diciptakan Simon sejauh ini. Jika
gunung prestasi yang telah dibangun Simon saja tak mampu dilewati oleh
mereka, maka jangan berharap terlalu banyak mereka bisa menggapai dan
menyamai level permainan dan gunung prestasi yang telah dibuat Taufik
Hidayat dan legenda-legenda tunggal putra lainnya.<br />
Lalu masihkah ada ruang bagi Simon untuk bertahan di pelatnas
Cipayung? Jika berbicara jangka pendek, mungkin masih ada kesempatan
meskipun kecil. Di tahun ini, PBSI menargetkan juara pada gelaran Piala
Thomas 2014 mendatang. Sebelumnya pada tahun lalu, Rexy Mainaky sudah
menyebut bahwa komposisi pemain yang dia inginkan untuk tunggal putra di
Piala Thomas mendatang adalah Tommy dan Hayom yang akan jadi tulang
punggung utama, Sony atau Simon di pilihan selanjutnya, dan satu tempat
tersisa akan diisi oleh pemain muda.<br />
Jika kondisi Sony selalu 100 persen fit, mungkin memang tak ada
masalah jika akhirnya Simon keluar dari pelatnas Cipayung. Namun
faktanya Sony sendiri juga rentan cedera. Jika nantinya Sony kembali
cedera saat persiapan Piala Thomas, maka PBSI pastinya akan pusing tujuh
keliling. Mengisi dua slot di luar Tommy dan Hayom dengan pemain muda?
Rasanya itu pilihan yang sangat riskan jika dibandingkan dengan target
juara yang telah dikumandangkan.<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-16448074953728033102014-01-15T08:50:00.000-08:002014-01-15T08:50:56.522-08:00Mainaky.. Mainaky.. Mainaky.. Mainaky..Mainaky. Mainaky. Mainaky. Mainaky. Setidaknya ada empat kata Mainaky
yang akan ditemui saat mata anda menelusuri struktur pengurus dan
pelatih PBSI pada periode tahun ini. Nama-nama itu milik Rexy Mainaky
selaku Kabid Binpres, disusul Richard Mainaky (pelatih kepala ganda
campuran), Reony Mainaky (pelatih kepala ganda putri), dan Marleve
Mainaky (pelatih kepala tunggal putri).<br />
Munculnya empat nama Mainaky dalam susunan pengurus dan pelatih
pelatnas Cipayung pada tahun ini tentu menjadi sebuah hal yang menarik.
Kini ada tiga Mainaky yang mengawal tiga dari lima nomor di pelatnas
plus satu Mainaky yang menjadi Kabid Binpres. Apakah ini menjadi salah
satu bentuk nepotisme karena Rexy selaku Kabid Binpres memiliki
kewenangan penuh untuk melakukan penunjukkan pelatih nomor per nomor?<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/rexy.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-124" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/rexy.jpg?w=487" /></a><br />
Percayalah, kata nepotisme hanya akan dikait-kaitkan oleh para
pemerhati bulu tangkis di negeri ini kepada Rexy Mainaky ketika prestasi
bulu tangkis Indonesia jeblok dan tak menunjukkan perkembangan serta
perbaikan yang signifikan di tahun ini. Jika prestasi Indonesia di
tahun ini bisa meroket dan mengalami perbaikan signifikan, yang ada
hanya puji-pujian yang mengalir kepada Rexy sebagai penanggung jawab
hadirnya dinasti Mainaky di daftar pelatih pelatnas Cipayung tahun ini.<br />
Yang kemudian berkembang menjadi pertanyaan adalah mampukah
Mainaky-Mainaky yang berada di jajaran pelatih tahun ini mengemban
kepercayaan Rexy Mainaky dan menjawabnya dengan prestasi?<br />
Nama pertama yang paling disorot mungkin adalah Marleve Mainaky yang
menjadi pelatih kepala tunggal putri. Tahun lalu, nama Marleve juga
sudah ada di daftar pelatnas Cipayung dengan posisi sebagai asisten
pelatih tunggal putra. Posisi sebagai asisten pelatih sendiri pastinya
beda dengan pelatih kepala yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap
performa para pemainnya. Jika para pemain gagal menemukan performa
terbaiknya, sudah pastilah pelatih kepala yang akan dicari dan dimintai
pertanggung jawaban, dan bukannya sang asisten pelatih.<br />
Menariknya, Marleve Mainaky sendiri sudah memiliki pengalaman menjadi
pelatih tunggal putri pelatnas Cipayung beberapa tahun lalu sebelum
akhirnya berselisih dengan pengurus era 2008-2012 dan memutuskan untuk
keluar dari pelatnas Cipayung.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/marleve.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-126" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/marleve.jpg?w=487" /></a><br />
Yang jadi perhatian adalah kemudian mencuatnya keraguan tentang
kapasitas Marleve mengangkat performa tunggal putri Indonesia setelah
ini. Memang, dari segi kedekatan personal, Marleve bisa membina hubungan
baik dengan para pemain tunggal putri dan itu bisa jadi nilai plus
karena dengan demikian Marleve bisa menipiskan jarak antara pelatih dan
pemain.<br />
Namun jelas yang dicari oleh para publik bulu tangkis Indonesia
adalah prestasi. Acuan keberhasilan Marleve bukan saat dirinya mampu
berhubungan akrab dengan para pemain melainkan ketika dirinya mampu
membuat para pemainnya berprestasi tinggi. Satu prestasi yang
mengesankan dari Marleve adalah ketika mampu mendampingi Maria Kristin
meraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, namun setelah itu
prestasi pebulu tangkis tunggal putri boleh dibilang melempem.<br />
Dan untuk tahun ini sendiri, Marleve boleh dibilang akan mendapatkan
tugas yang boleh dibilang lebih berat dibandingkan periode sebelumnya.
Pasalnya, Sumber Daya Manusia yang ada untuk tunggal putri saat ini
otomatis tak banyak berubah dibandingkan saat Marleve masih menduduki
kursi pelatih tunggal putri sebelumnya. Marleve harus bisa mencari
solusi dan memaksimalkan kematangan dan meningkatkan tingginya jam
terbang pemain yang pastinya bertambah, dan meminimalisir kekurangan
dari segi fisik yang mungkin menurun karena bertambahnya usia para
pemain yang ada.<br />
Yang kedua adalah Reony Mainaky. Nama ini sendiri sejatinya sudah
muncul tahun lalu sebagai pelatih kepala ganda putri namun kemudian
kedatangannya harus tertunda selama satu tahun untuk menyelesaikan
kontrak yang ada.<br />
Berbeda dengan Marleve yang dianggap sebagai wajah lama, kehadiran
Reony Mainaky di pelatnas Cipayung boleh dibilang merupakan angin segar.
Kisah sukses Reony membesut ganda Jepang menjadi salah satu ganda kuat
di luar jajaran ganda hebat Cina menjadi salah satu jaminan bahwa Reony
Mainaky punya kapasitas untuk melakukan hal yang sama di pelatnas
Cipayung.<br />
Tantangan bagi Reony saat nanti bergabung sangatlah jelas, ia harus
bisa segera membawa perubahan terkait prestasi ganda putri Indonesia
yang sejak dulu stagnan. Tidak perlu bermimpi terlalu jauh bisa memiliki
ganda putri nomor satu dunia dalam waktu dekat, cukup memiliki 2-3
wakil di 10 besar dunia saja sudah merupakan tanda kemajuan yang sangat
signifikan untuk nomor ini.<br />
Reony sendiri tentunya harus siap menanggung beban tambahan ketika
bersedia melatih Indonesia. Melatih pemain dari negeri sendiri, tentunya
ia juga harus siap dengan tekanan yang lebih berat dari media-media
lokal. Maklum, ekspektasi tinggi pastinya juga akan diikuti oleh beban
yang tinggi dan kritik yang lebih deras ketika kenyataan tak sesuai
harapan.<br />
Yang terakhir adalah Richard Mainaky. Nama terakhir ini sepertinya
nama yang paling jauh dari keraguan adanya unsur kekeluargaan dalam hal
pemilihan nama pelatih, apalagi Richard Mainaky sudah lebih dulu menjadi
pelatih sebelum Rexy Mainaky datang ke Cipayung awal tahun lalu.
Maklum, Richard Mainaky adalah wajah lama yang sukses mengubah status
ganda campuran di peta kekuatan Indonesia dalam lebih dari satu
dasawarsa terakhir. Nomor ganda campuran yang tadinya hanya merupakan
nomor buangan kini menjelma menjadi nomor andalan.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/richard.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-128" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/richard.jpg?w=487" /></a><br />
Namun bukan lantas Richard Mainaky hadir di pos pelatih ganda
campuran tanpa tantangan sedikit pun. Tugasnya tahun ini tetap tak
berubah, yaitu memastikan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir selalu siap
menjadi andalan di turnamen-turnamen besar. Tidak hanya itu, Richard
juga sudah harus berhasil mendorong beberapa pasangan yang telah
diproyeksikan sebelumnya menjelma menjadi andalan mengikuti kiprah
Tontowi/Liliyana selama ini. Jika hal itu gagal dilakukan, maka tak
pelak Richard Mainaky pun bisa berada dalam sorotan tajam.<br />
Kalau boleh dibilang, sejatinya nama-nama Mainaky di atas sudah
‘hidup tenteram’ di luar pelatnas. Marleve Mainaky sebelumnya telah
menjadi pelatih di PB Exist dan Reony Mainaky sudah berkiprah di Jepang
yang pastinya keduanya pun tak memiliki permasalahan terkait finansial
dan pendapatan. Jadi, alasan pemanggilan kedua pelatih itu oleh Rexy
bukanlah karena nepotisme untuk mengamankan jalan rezeki keluarga.<br />
Padahal pastinya akan lebih aman jika Rexy Mainaky memilih nama lain
di luar keluarganya sebagai pelatih. Dirinya tak akan dicemooh
berlebihan jika nantinya orang-orang di luar keluarganya itu gagal
mengemban tugasnya sebagai pelatih. Beda halnya dengan saat ini, jika
nantinya Marleve, Reony, dan Richard gagal sebagai pelatih, pastinya
hubungan keluarga dengan Rexy akan dibawa ikut serta sebagai salah satu
sebab kegagalan.<br />
Namun jika diibaratkan seperti penjudi, Rexy bukanlah tipe penjudi
penakut yang tanggung-tanggung dalam berbuat sesuatu. Rexy adalah
penjudi yang akan mempertaruhkan semua miliknya di meja perjudian jika
ia yakin akan memenangkannya dan tidak takut akan resiko kehilangan
semua harta miliknya. Sama seperti hal itu, pastinya ada keyakinan kuat
dalam diri Rexy ketika mengajak serta Marleve dan Reony dalam struktur
kepelatihan di bawah tanggung jawabnya, dan Rexy pasti tidak takut
dengan resiko kegagalan yang mungkin menantinya.<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-71779843046135530412014-01-15T08:48:00.001-08:002014-01-15T08:48:42.558-08:00Mengintip Peluang di 2014 (Bagian II)Untuk bagian kedua, di sini akan membahas tentang peluang di
kompetisi perorangan. Seperti yang diketahui, ada beberapa turnamen yang
menjadi target besar PBSI tahun ini yaitu All England, Kejuaraan Dunia,
Asian Games, dan BWF Final Super Series.<br />
<strong>All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan BWF Final Super Series</strong><br />
Kesamaan dari empat ajang itu adalah jika melihat peta kekuatan
Indonesia di awal tahun, hanya Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sepertinya bisa diberi tanggung jawab
untuk menuntaskan misi.<br />
Namun perjalanan menuju ajang-ajang tersebut tentunya berbeda-beda.
Khusus untuk All England yang memang tinggal berjarak dua bulan dari
sekarang, nama Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana sendiri jelas mutlak
bakal menjadi ujung tombak dalam menghadapi persaingan perebutan gelar
juara. Di luar nama-nama itu, sepertinya masih butuh usaha keras
berbalut kata kejutan untuk bisa menyaksikan pemain Indonesia lainnya
berjaya di podium tertinggi All England.<br />
Yang menarik kemudian menyaksikan apakah saat penyelenggaraan
Kejuaraan Dunia (25-31 Agustus) dan Asian Games (28 September-5
Oktober), kekuatan Indonesia masih tetap bertumpu pada dua nama yang
ada, Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana ?<br />
Sangat menggembirakan jika memang ternyata ada nama-nama lain yang
bisa bermunculan dan berdampingan sejajar dengan Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana sebagai kandidat kuat pemenang Kejuaraan Dunia dan
Asian Games. Dan Indonesia sendiri pun masih dibilang cukup beruntung
jika Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana tak terkendala cedera yang
mungkin bisa mengganggu konsistensi permainan mereka dalam perjalanan
setahun ke depan, sehingga nantinya mereka tetap bisa berdiri sebagai
andalan. Dan seburuk-buruknya adalah jika Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana mengalami penurunan performa atau cedera sehingga tak
lagi bisa dijadikan andalan di dua ajang besar tersebut.<br />
Jika opsi tengah yang diambil yaitu belum ada nama pemain lainnya
yang bisa dijadikan andalan selain Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana,
maka bukan berarti PBSI bisa berlega hati. Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana berdiri menjadi ganda tangguh di nomor masing-masing
bukan tanpa pesaing. Mereka punya rival-rival berat di tiap nomor. Dan
selalu memajukan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana di tiap turnamen yang
menjadi target besar, maka Indonesia pastinya tidak mungkin bisa terus
berharap hasil manis di pengujung tiap turnamen tersebut.<br />
Tahun lalu, Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana mampu membawa Indonesia
meraih dua titel juara dunia di Guangzhou. Sebuah prestasi yang sangat
luar biasa. Kalau boleh dibilang ini fenomenal karena hanya mereka
berdua yang berstatus menjadi andalan Indonesia di ajang ini.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/juara-dunia.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-116" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/juara-dunia.jpg?w=487" /></a><br />
Dua andalan yang berujung pada dua gelar juara tentu merupakan sebuah
hal yang akan sulit diulang beberapa kali, termasuk dalam All England,
Kejuaraan Dunia, dan Asian Games tahun ini. Sulit rasanya membayangkan
kemungkinan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana selalu berjaya di ajang
All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games secara beruntun.
Ganda-ganda Korea, Cina, Denmark, dan Jepang tentu tak akan membiarkan
Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana melakukan hal itu dengan mudah.<br />
Dengan gambaran demikian, maka pemikiran bahwa kegagalan meraih gelar
di salah satu target besar tahun ini, entah itu di All England,
Kejuaraan Dunia, atau Asian Games,serta BWF Final Super Series, terasa
wajar. Berat rasanya berharap kemungkinan Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana terus menerus berjaya di deretan ajang tersebut.
Kalaupun mungkin Indonesia memenuhi target menyabet gelar dari
turnamen-turnamen besar tersebut, mungkin Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana akan bergantian berperan sebagai penyelamat muka
Indonesia. Ahsan/Hendra juara di turnamen A, dan Tontowi/Liliyana
menjadi pemenang di turnamen B, begitu seterusnya.<br />
<strong>Turnamen Super Series/Super Series Premier</strong><br />
Selain mendapat gelar dari turnamen-turnamen besar, PBSI juga
berharap meraih lebih banyak gelar super series/super series premier
dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, Indonesia meraih 10 gelar dari 12
seri super series/super series premier plus satu gelar di BWF Final
Super Series. Torehan ini sendiri memang jauh lebih bagus dibandingkan
torehan tahun sebelumnya dimana Indonesia hanya meraih 4 gelar dan tanpa
titel di BWF Final Super Series.<br />
Tapi lagi-lagi yang mendapat sorotan adalah 9 dari 11 gelar yang
didapat Indonesia tahun lalu berasal dari sumbangan Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana. Hanya ada Tommy Sugiarto di Singapura Super Series dan
Marcus Fernaldi Gideon/Markis Kido di Prancis Super Series sebagai dua
wakil di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana yang mampu keluar
sebagai pemenang.<br />
Untuk tahun ini, selain target jumlah gelar super series/super series
premier yang lebih banyak, patut kiranya diperhatikan jumlah pemenang
titel super series/super series premier yang lebih banyak dibandingkan
musim lalu yang hanya berjumlah empat orang. Para pemain yang selama ini
dianggap berada di lini kedua untuk urusan jadi andalan seperti Tommy
Sugiarto, Dionysius Hayom Rumbaka, Angga Pratama/Rian Agung, Greysia
Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Riky Widianto/Richi Puspita Dili harus <i>step up</i> tahun ini.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/layer-kedua.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-114" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/layer-kedua.jpg?w=487" /></a><br />
Jika mungkin masih belum bisa memenangi titel juara pada empat
gelaran besar (All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, BWF Final
Super Series), maka setidaknya mereka bisa mulai berbicara di turnamen
super series lainnya dan mudah-mudahan mulai menjadi penghias daftar
penerima gelar juara. Berurutan dengan itu, pemain yang dianggap ada di
baris ketiga dalam daftar andalan pun juga harus mulai berbicara banyak
dan meraih gelar juara di turnamen level grand prix gold dan grand prix.
Jika itu tak bisa dilakukan oleh kelompok lini kedua ini sampai akhir
tahun nanti, maka boleh dibilang perkembangan prestasi bulu tangkis
Indonesia masih jalan di tempat.Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-80676398598951885242014-01-15T08:45:00.000-08:002014-01-15T08:45:28.601-08:00Mengintip Peluang di 2014 (Bagian I)Seri kompetisi Badminton World Federation (BWF) akan segera dimulai.
Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) pun
sudah mengumandangkan target-target yang akan mereka bidik tahun ini.
Target tersebut dirasa realistis dan menantang untuk dicapai. Berikut
mari dibahas satu per satu target yang ada dan dibumbui prediksi biar
lebih seru, dimulai dari target-target besar:<br />
Piala Thomas<br />
Sejak meraih Piala Thomas tahun 2002 dan gagal dalam upaya
mempertahankan gelar di Jakarta pada tahun 2004, total sudah ada lima
gelaran Piala Thomas yang dilewati Indonesia tanpa hasil juara. Tahun
ini, PBSI memasang target juara pada Tim yang akan berangkat nanti.<br />
Dari segi kekuatan, sejatinya kekuatan utama Indonesia saat ini ada
di pundak Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana
Natsir dan karena nomor ganda campuran tak dipertandingkan, maka
otomatis untuk Piala Thomas Indonesia bakal bertumpu pada Ahsan/Hendra
yang akan tampil sebagai ganda pertama.<br />
Dengan status sebagai ganda pertama, Ahsan/Hendra mutlak tak boleh
kehilangan poin di tiap pertandingan yang dijalani Indonesia nantinya.
Mereka harus bisa diberi label penyumbang poin tetap bagi Indonesia.<br />
Lantaran Piala Thomas menggunakan format pertandingan the best of
five, nomor andalan Indonesia berikutnya adalah ganda kedua. Disini nama
yang mungkin bakal mengisi adalah Angga Pratama/Rian Agung atau bisa
saja Berry Anggriawan/Ricky Karanda dan Wahyu Nayaka/Ade Yusuf. Ganda
kedua yang akan turun nantinya pun harus bisa unggul atas ganda kedua
dari negara-negara pesaing yang ada dan bisa menanggung beban sebagai
penentu, apalagi dengan format normal, ganda kedua akan tampil di partai
keempat.<br />
Beralih ke tunggal, Tommy Sugiarto sepertinya tak terhentikan untuk
jadi tunggal pertama pada gelaran Mei nanti. Sebelumnya, Rexy Mainaky
menyebut Tommy dan Dionysius Hayom Rumbaka akan menjadi tulang punggung
nomor tunggal. Slot tunggal ketiga akan diisi oleh salah satu dari Sony
Dwi Kuncoro atau Simon Santoso sedangkan slot tunggal keempat atau
cadangan bakal diisi oleh pemain muda. Namun komposisi itu bisa saja
berubah menjadi keempat pemain di atas tanpa pemain muda jika
masing-masing pemain di atas menunjukkan prestasi yang stabil di sisa
waktu yang ada.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/hayom.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-108" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/hayom.jpg?w=487" /></a><br />
Komposisi pemain senior seperti Simon atau Sony sebagai tunggal
penentu sendiri memang lebih menguntungkan bagi Indonesia karena dari
segi beban mental yang diterima sebagai penentu kemenangan atau
kekalahan, jam terbang yang mereka miliki seharusnya sudah mampu untuk
menopang mereka berdiri tegak di lapangan tanpa kekhawatiran sebelum
bertanding yang berlebihan.<br />
Dilihat dari nama-nama pesaing, nama negara yang sudah familiar
dengan dunia bulu tangkis seperti Cina, Korea, Denmark, dan juga Jepang
serta Malaysia akan kembali menjadi pesaing Indonesia dalam perebutan
Piala yang diambil namanya dari Sir Alan George Thomas ini.<br />
Cina, mereka kini ada di ambang rekor kemenangan enam kali beruntun
dan memecahkan rekor sebelumnya atas nama Indonesia. Namun dari segi
amunisi, Cina masih mengalami kekhawatiran di sektor ganda dimana mereka
tidak setangguh dua tahun lalu.Cai Yun/Fu Haifeng saat ini sudah
mengalami penurunan performa sedangkan Liu Xiaolong/Qiu Zihan belum
seperti yang diharapkan. Di sisa waktu yang ada, mungkin Cina akan
mencari dan meracik pasangan baru yang bisa jadi tumpuan kekuatan.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/cina.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-106" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/cina.jpg?w=487" /></a><br />
Dengan kurang kokohnya kekuatan nomor ganda, Cina otomatis mutlak
mengandalkan nomor tunggal. Yang menarik dilihat, apakah Lin Dan akan
kembali masuk Tim Cina setelah hanya muncul di Kejuaraan Dunia lalu
untuk kemudian menghilang lagi? Jika tanpa Lin Dan, otomatis Cina juga
dalam kekhawatiran karena Du Pengyu dan Wang Zhengming tidak sesolid
yang mereka harapkan. Jikapun Lin Dan main, menarik untuk dilihat kapan
Lin Dan akan <i>come back</i>, apakah sebelum Thomas Cup atau saat
penyelenggaraan turnamen itu berlangsung. Dan dengan kondisi demikian
sendiri, Lin Dan hanya akan bisa tampil sebagai tunggal ketiga Cina
karena kalah dari segi peringkat dibandingkan tunggal Cina lainnya.<br />
Korea pun akan menjadi lawan berat bagi Indonesia selanjutnya. Ganda
putra Korea memiliki peluang untuk mengimbangi ganda Indonesia, baik itu
ganda pertama maupun kedua. Beruntung, dari segi tunggal putra, kans
Indonesia untuk mengambil angka terbuka lebih lebar. Karena itu jika
nantinya bertemu Korea, maka para tunggal putra Indonesia harus gantian
mengambil peran sebagai penentu kemenangan.<br />
Untuk Denmark, negara ini pun patut diwaspadai oleh Indonesia.
Nama-nama seperti Jan O Jorgensen, Hans-Kristian Vittinghus dan Viktor
Axelsen menjadi nama yang cukup berbahaya bagi para pemain Indonesia.
Dari nomor ganda pun mereka memiliki kekuatan yang lumayan merata.<br />
Jepang juga tak boleh diremehkan karena mereka masih berpeluang
mencuri angka dari nomor tunggal maupun ganda. Sedangkan Malaysia
sendiri, sebelum pertandingan mungkin boleh dibilang sudah unggul 0-1
jika Lee Chong Wei belum benar-benar ditemukan kelemahan mendasarnya
oleh para pemain Indonesia.<br />
Dengan gambaran demikian, maka gelaran Piala Thomas tahun ini akan
berlangsung lebih seru dibandingkan tahun sebelumnya karena perbedaan
kekuatan tiap negara semakin tipis. Cina akan gagal memecahkan rekor
baru sebagai negara terbanyak yang mampu membukukan kemenangan beruntun
dan Indonesia bisa kembali keluar sebagai juara sekaligus lepas dari
torehan 13 gelar yang selama ini selalu dianggap angka sial.<br />
Piala Uber<br />
Menghadapi Piala Uber tahun ini, Indonesia sepertinya masih belum
punya cukup kekuatan untuk menjadi kandidat serius perebut gelar juara.
Karena itu wajarlah jika target yang dibebankan kepada tim putri
nantinya adalah babak semifinal. Realistis dan masih mungkin dicapai.<br />
Komposisi pemain tunggal Indonesia sendiri masih belum bisa diraba
jelas karena peta kekuatan yang masih mungkin berubah dalam beberapa
bulan ke depan. Para kandidat tunggal putri bisa saling bersaing dan
unjuk gigi untuk membuktikan bahwa merekalah yang terbaik dan pantas
masuk dalam skuat Tim Uber Indonesia nantinya.<br />
Sementara itu untuk nomor ganda, Indonesia sepertinya baru bisa
memastikan nama Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari sebagai
anggotanya dan masih mencari kandidat ganda lainnya. Untuk menambah
kekuatan nomor ganda, wacana untuk memasukkan nama Liliyana Natsir dalam
tim Piala Uber menarik untuk diperhatikan. Liliyana sendiri pernah
menyebut di tahun lalu bahwa dirinya siap saja jika memang dibutuhkan
tenaganya untuk bermain di Piala Uber namun yang mesti digarisbawahi
adalah dirinya sudah lama tidak bermain di level kompetitif pada nomor
ganda putri dan usianya kini sudah semakin menua.<br />
Sebelum putaran final berlangsung, tugas para pemain putri Indonesia
sendiri adalah memperbaiki peringkat mereka setinggi mungkin agar
nantinya bisa masuk dalam pot negara unggulan. Andai Indonesia terlempar
dari status unggulan delapan besar, maka bersiap melihat tim putri
Indonesia sudah harus berjibaku dan bersusah payah di level penyisihan
grup. Andai mampu masuk dalam unggulan delapan besar, maka peluang untuk
maju ke perempat final terbuka lebih lebar.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/linda.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-110" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/linda.jpg?w=487" /></a><br />
Dengan masuk ke perempat final, maka Indonesia pun tinggal berharap
bahwa drawing berpihak kepada mereka dan mempertemukan mereka dengan
lawan-lawan di luar Cina yang sepertinya masih tak tersentuh oleh
Indonesia untuk tahun ini. Meski negara seperti Korea, Jepang, dan
Thailand juga memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan begitu saja,
namun asa Indonesia untuk menapak babak semifinal akan terbentang lebih
terang.<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-72908560797025202342014-01-15T08:43:00.000-08:002014-01-15T08:43:01.598-08:00Pelatnas Cipayung, Masa yang Tak Pasti<div class="entry-content">
Pengumuman nama-nama yang menjadi anggota Pelatnas Cipayung 2014
sudah dipublikasikan. Ada rasa senang dan kecewa yang meliputi perasaan
para penggemar bulu tangkis karena pemain idolanya tetap bertahan
ataupun harus keluar dari pelatnas Cipayung.<br />
Pun begitu halnya dengan para pemain itu sendiri. Perasaan mereka
tentunya lebih campur aduk dari yang dirasakan orang-orang yang hanya
berstatus sebagai penggemar bulu tangkis. Mungkin ada yang biasa saja
karena sudah tahu pasti akan bertahan di pelatnas Cipayung, ada yang
lega karena nama mereka ternyata masih masuk skuat tahun ini, ada yang
berbesar hati karena tak lagi menjadi bagian dari pelatnas Cipayung, dan
ada yang tak percaya karena namanya menghilang dari daftar pemain yang
ada.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/butet.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-89" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/butet.jpg?w=487" /></a><br />
Pelatnas Cipayung memang jelas menjadi bagian tak terpisahkan dari
kesuksesan bulu tangkis Indonesia sejak pelatnas itu resmi berjalan di
awal tahun 1990-an setelah sebelumnya pelatnas berlokasi di daerah
Senayan. Di tempat itu, para pebulu tangkis berbagi impian dan juga
harus bersaing menggapai impian itu. Mereka ada di tempat yang sama,
bersahabat dengan orang-orang yang juga bisa menggagalkan mimpi yang
mereka emban jauh sebelumnya.<br />
Pelatnas Cipayung sendiri tidak punya waktu yang pasti tentang durasi
dan masa edar seorang pemain di dalamnya. Bisa jadi hanya setahun, dua
tahun, tiga tahun, atau lebih lama lagi, tidak ada yang bisa menjawabnya
dengan kepastian seratus persen. Karena itulah, setiap detik yang ada
di Cipayung itu begitu berharga bagi para pemain. Mereka harus terus
memanfaatkan waktu yang mereka punya karena bisa jadi itu adalah
detik-detik terakhir dalam status mereka sebagai pemain pelatnas
Cipayung.<br />
Di Pelatnas Cipayung, seluruh kebutuhan atlet relatif sudah dipenuhi.
Tempat tidur, makanan, hingga peralatan latihan pun sudah ada. Mereka
pun tak perlu jauh-jauh melangkah dari tempat tidur menuju lokasi
latihan. Jika para atlet pelatnas di era pelatnas Senayan masih harus
berjalan kaki atau bahkan menumpang kendaraan umum, maka atlet pelatnas
Cipayung tinggal perlu tak lebih dari 50 langkah dari kamar mereka
menuju lapangan tempat latihan.<br />
Dengan kondisi demikian, maka otomatis banyak yang beranggapan bahwa
atlet seharusnya bisa dengan optimal mengeluarkan seluruh kemampuan yang
mereka miliki. Mereka tak perlu lagi bersusah payah untuk urusan-urusan
di luar latihan. Tugas mereka hanyalah berlatih dan berlatih. Itu saja.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/greysnitya.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-91" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2014/01/greysnitya.jpg?w=487" /></a><br />
Namun sebagaimana lazimnya manusia dan bukan robot, pastilah perilaku
atlet pelatnas Cipayung tidak seluruhnya sesuai harapan. Ada distorsi
dalam keseharian mereka yang akhirnya membuat mereka terkadang tidak
optimal dalam menghabiskan waktu mereka di Cipayung.<br />
Setelah seseorang memutuskan untuk berkarir menjadi atlet, maka
mereka memang dituntut untuk memiliki level kedewasaan yang lebih tinggi
dibandingkan orang pada umumnya. Hal itu tidak lain lantaran mereka
sudah harus memutuskan segala sesuatunya dengan pola pikir orang dewasa
di saat usia mereka masih muda. Semua itu berhubungan terhadap durasi
karir seorang atlet yang rata-rata hanya bertahan hingga usia 30-an,
jauh berbeda dengan profesi lainnya yang justru semakin matang dan
berpengalaman ketika memasuki usia tersebut.<br />
Karena itu jangan pernah sia-siakan kesempatan yang pernah didapat di
pelatnas. Jika memang harus gagal, maka gagallah dengan senyum
kebanggaan karena telah memberikan semua yang ada dalam latihan
sehari-hari. Dan bukan malah gagal dalam penyesalan karena tak pernah
menampilkan potensi maksimal dalam diri.<br />
Jika pun tak lagi menjadi bagian dari pelatnas Cipayung, kini jalan
di luar lebih bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peluang untuk
terus berprestasi terbuka sama lebarnya dengan para penghuni pelatnas
Cipayung, meski usaha yang lebih keras mutlak harus mereka lakukan.<br />
</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-19657305004726591882014-01-15T08:40:00.001-08:002014-01-15T08:40:56.542-08:00Sukses di 2013, Tantangan Berat di 2014Saat ini, 2013 sudah tinggal berumur beberapa hari lagi dan tentunya
meninggalkan banyak kenangan bagi semua yang ada di dunia, termasuk bulu
tangkis Indonesia. Tahun 2013 ini pun ditandai dengan dimulainya tahun
kerja pertama kepengurusan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia
(PBSI) di bawah komando Gita Wirjawan.<br />
Banyak hal menarik yang dilakukan oleh PBSI periode 2012-2016 ini.
Yang pertama tentunya adalah kesuksesan menarik Rexy Mainaky kembali ke
Tanah Air dan memasukkannya ke dalam jajaran pengurus, pun begitu halnya
dengan sejumlah mantan pemain hebat lainnya seperti Ricky Soebagdja dan
Susi Susanti. Meski mereka semua sudah diumumkan menjadi bagian dari
PBSI pada akhir 2012, namun waktu efektif mereka mulai bekerja dimulai
di awal 2013.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/rm.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-81" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/rm.jpg?w=487" /></a><br />
Selain perkara pembenahan sektor teknik, PBSI juga melakukan
pembenahan di sektor manajemen. Ide untuk sponsor pribadi benar-benar
merupakan sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Dengan demikian, maka
nilai seorang pemain tak lagi ditentukan oleh PBSI, melainkan langsung
oleh para pihak-pihak yang mengikuti lelang sponsor. Semakin tinggi
prestasi, tentunya makin tinggi pula tawaran yang masuk dan makin
terbuka pula perang tawar-menawar harga. Kemudian hal itu masih ditambah
beberapa kebijakan baru lainnya seperti pengawasan kedisiplinan dan
gizi yang lebih ketat. Semuanya semata untuk menunjang prestasi para
atlet.<br />
Pembenahan-pembenahan inilah yang kemudian mendorong tercapainya
target-target besar PBSI di tahun 2013. Piala Sudirman dilewati
Indonesia dengan pujian karena kalah 2-3 dari Cina di babak perempat
final. Sebuah usaha yang dirasa sudah maksimal dan menimbulkan secercah
harapan.<br />
Dua turnamen besar, All England yang dimenangi Tontowi Ahmad/Liliyana
Natsir dan Kejuaraan Dunia 2013 yang dijuarai Mohammad Ahsan/Hendra
Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga menjadi target besar
lainnya yang dimenangi PBSI. Memang, nama-nama di atas adalah nama-nama
yang sering disebut nama generasi lama yang memang sudah jadi andalan di
era kepengurusan sebelumnya, namun tanpa pengelolaan manajemen yang
bagus dari PBSI belum tentu Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana bisa
meraih prestasi tinggi itu.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/arak-arakan-7.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-83" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/arak-arakan-7.jpg?w=487" /></a><br />
Target SEA Games pun kemudian dengan mulus dilewati. Yang patut
mendapat sorotan di balik kesuksesan target SEA Games adalah karena
target tersebut terpenuhi dengan tim yang tak diperkuat beberapa pemain
utama seperti Tommy Sugiarto dan juga Ahsan/Hendra plus
Tontowi/Liliyana.<br />
Dari segi pembinaan, PBSI pun sudah mulai beroperasi ke daerah-daerah
untuk membentuk akar yang kuat dalam sebuah program pembibitan. PBSI
lewat Kabid Pengembangan mulai menyusun standar dan sistem pelatihan
yang seragam ke pelatih-pelatih daerah agar nantinya pemolesan atlet
berada di arah yang benar sejak usia dini.<br />
Mengacu pada hal-hal yang disebutkan di atas, maka boleh dibilang
tahun pertama kepengurusan PBSI di bawah komando Gita Wirjawan terbilang
sukses.<br />
Sukses besar? Belum sampai ke level itu, namun harus diakui bahwa
PBSI periode ini telah meletakkan pondasi bangunan yang bagus sebagai
sebuah awal dari hasil akhir karya mereka yang nantinya dinilai di akhir
kepengurusan pada tahun 2016 mendatang.<br />
Tantangan sendiri makin menarik bagi PBSI di tahun 2014 mendatang.
Tahun 2013 yang bisa dibilang disebut tahun adaptasi dimana toleransi
bagi kegagalan cukup besar, namun hal itu akan mulai berkurang di tahun
depan. Jika tahun 2013 adalah tahun dimana para pengurus PBSI masih bisa
berbicara bahwa mereka masih melihat situasi, suasana, dan beradaptasi,
maka alasan itu akan semakin tidak diterima di tahun 2014 dan
tahun-tahun yang akan datang.<br />
Di tahun 2014 ini, jelas PBSI telah menetapkan target-target besar
yang akan menjadi tolok ukur prestasi mereka. Jika melihat kalender BWF
yang ada, target besar itu mungkin antara lain Piala Thomas-Uber di
India, Asian Games di Korea, dan dua event reguler, All England dan
Kejuaraan Dunia.<br />
Untuk Piala Thomas-Uber, PBSI bisa mendapatkan nilai sangat positif
di tahun 2014 jika bisa kembali membawa Piala Thomas ke Tanah Air, Piala
yang terakhir kali dimenangi oleh Indonesia tahun 2002 silam. Dari segi
materi tim yang ada saat ini, Indonesia memiliki kans untuk merebut
Piala tersebut meskipun peluang Indonesia tak sebesar Cina. Namun jika
Cina lengah sedikit saja, Indonesia bisa masuk garis finis perebutan
Piala Thomas sebagai juara. Sementara untuk Piala Uber, rasanya
penggemar bulu tangkis pun akan realistis dan sadar betul bahwa untuk
tahun depan, peluang di atas kertas untuk merebut Piala tersebut
sangatlah kecil.<br />
Sementara untuk All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games tahun
depan, rasa-rasanya harapan menjadi juara masih belum bergeser dari
nama-nama yang selama ini jadi andalan seperti Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana.<br />
Nama-nama lain harus membuktikan diri terlebih dulu di
turnamen-turnamen super series/super series premier di awal tahun. Jika
ternyata ada lonjakan prestasi yang luar biasa dari seorang pemain di
paruh pertama tahun 2014, maka bisa saja kemudian dirinya jadi tumpuan
dan harapan untuk merebut gelar juara di Kejuaraan Dunia dan Asian Games
yang berlangsung di semester kedua pada 2014 nanti.<br />
Jikapun belum ada pemain lain di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana yang mampu jadi andalan di event individu penting macam
All England, Kejuaraan Dunia, dan Asian Games di tahun depan, PBSI
tetap harus mampu mendorong pemain di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana untuk mulai keluar sebagai juara super series, atau
setidaknya konsisten bertahan hingga babak akhir dari satu turnamen ke
turnamen lainnya.<br />
Dengan demikian, itu akan menjadi modal berharga bagi PBSI untuk
memiliki pemain hebat lainnya di 2015 mendatang dan menciptakan opsi
harapan juara lain di luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Namun jika
itu gagal dilakukan PBSI di tahun 2014, maka PBSI akan makin berada di
posisi sulit pada tahun 2015, setahun jelang Olimpiade Rio de Janeiro
2016 berlangsung, karena tidak ada lagi andalan di luar Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana pun belum tentu
mampu untuk bisa terus berada dalam kondisi fit dan stabil di level
performa terbaiknya.<br />
Walaupun tidak populer dan bisa langsung dinikmati, program pembinaan
di daerah juga tetap harus dilakukan oleh PBSI secara konsisten dan
berkelanjutan. Jika ini dilakukan, maka setidaknya PBSI sudah memberikan
warisan berharga yang kelak akan dinikmati bangsa ini di dekade
selanjutnya.<br />
Tahun 2013 yang merupakan tahun adaptasi sudah dilewati PBSI dengan
sukses dan di atas ekspektasi yang diharapkan. Tantangan lebih berat
akan menanti di 2014 dimana PBSI dituntut untuk tetap mampu berprestasi
dan mempermulus proses regenerasi, baik itu regenerasi jangka pendek
berupa bertambahnya andalan untuk turnamen level atas, maupun regenerasi
jangka panjang berupa pemain-pemain muda yang diharapkan cepat matang.<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-52731821880789411342014-01-15T08:38:00.002-08:002014-01-15T08:38:51.208-08:00Silver and Bronze, Priceless or Worthless ?<em>Gold medal is priceless</em>. Medali emas itu tak ternilai
harganya dan semua pasti setuju. Tak ada hitung-hitungan pasti berapa
biaya yang harus dikeluarkan sebuah negara untuk mendorong atletnya
meraih medali emas di sebuah ajang multi event. Sebuah biaya yang lebih
tinggi dari suatu negara, tidak menjamin bahwa ia akan meraih medali
emas lebih banyak dibandingkan negara lain yang mengeluarkan biaya lebih
sedikit.<br />
Semua sepakat bahwa medali emas di sebuah multi event itu tak
ternilai harganya, baik itu Olimpiade, Asian Games, hingga ajang SEA
Games sekalipun. Mulai dari negara besar seperti Amerika Serikat dan
Cina di Olimpiade, Cina, Korea Selatan, dan Jepang di Asian Games,
hingga Thailand dan Indonesia di SEA Games, semua sepakat medali emas
memang tak ternilai dan menjadi sebuah tujuan mutlak dalam setiap
keikutsertaan mereka di ajang itu.<br />
Namun bagaimana dengan medali perak dan perunggu? Apakah perak dan
perunggu tetap tak ternilai harganya? Atau malah justru menjadi tak
berharga sama sekali?<br />
Olimpiade menggunakan simbol citius, altius, fortius yang berarti
tercepat, tertinggi, dan terkuat. Semua mengincar nomor satu, dan
berarti nomor dua apalagi peringkat di bawahnya seolah menjadi bukan
apa-apa. Hal itulah yang kemudian seolah terus diimplementasikan dalam
tabel penyusunan klasemen negara peserta baik itu untuk Olimpiade, Asian
Games, dan SEA Games.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/1956souvprog.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-72" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/1956souvprog.jpg?w=278" /></a><br />
Bagi negara seperti Indonesia, Thailand, dan mayoritas negara di
dunia, mungkin medali perak atau perunggu di Olimpiade sangatlah berarti
besar. Sekali medali itu didapat, maka puja-puji akan mengalir kepada
atlet dan peraihnya. Namun bagaimana dengan negara raksasa di Olimpiade
seperti Amerika Serikat dan Cina? Mungkin mereka akan bersikap biasa
saja jika mendapatkan perak dan perunggu karena buruan utama mereka di
Olimpiade jelas, sebuah medali emas.<br />
Sikap Amerika Serikat dan Cina yang ada dalam asumsi saya itu mungkin
akan sama halnya dengan sikap Indonesia dan Thailand jika turun di
ajang SEA Games. Bagi Indonesia dan Thailand, buruan utama di SEA Games
amatlah jelas, medali emas, bukan perak dan perunggu. Karena itulah yang
sering mengapung di berbagai media adalah berapa target emas yang
berani dijanjikan sebuah cabang olahraga, bukan target perak ataupun
perunggu.<br />
Dan sikap Indonesia serta Thailand di Olimpiade mungkin sama halnya
dengan sikap Brunei Darussalam dan Timor Leste di ajang SEA Games. Bagi
mereka, perak maupun perunggu sangatlah berharga di tengah dahaga
prestasi mereka untuk meraih medali di pesta olahraga Asia Tenggara ini.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/emblem-jakarta-1997_578240024161.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-76" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/emblem-jakarta-1997_578240024161.jpg?w=290" /></a><br />
Kembali ke soal klasemen, 99 perak tanpa emas yang dimiliki sebuah
negara, tidak akan bisa membuat mereka melampaui torehan satu emas yang
dimiliki negara lainnya meskipun emas itu satu-satunya medali yang
didapat negara tersebut. Hal ini pula yang kemudian menjadikan perak dan
perunggu seolah tak berarti banyak dalam sebuah ajang multi event,
khususnya bagi negara-negara yang memang secara tradisi sudah fokus
mengincar emas di ajang multi event tersebut.<br />
Sebenarnya ide yang sempat dicetuskan oleh sejumlah orang beberapa
tahun lalu terkait penggunaan poin untuk tiap medali menarik untuk coba
diaplikasikan dalam ajang multi event. Misalnya, emas dinilai 3 poin,
perak 2 poin, dan perunggu 1 poin. Jadi jika negara A mengumpulkan 3
emas 5 perak dan 4 perunggu, maka ia akan mendapatkan 23 poin. Sedangkan
di saat bersamaan negara B meraih 2 emas 10 perak dan 5 perunggu maka
ia meraih 31 poin.<br />
Jika menggunakan sistem penyusunan klasemen yang berorientasi emas,
jelas negara A akan ada di atas negara B. Namun jika menggunakan sistem
poin, maka negara B ada di atas negara A dan para peraih perak dan
perunggu dari negara tersebut bisa lebih tersenyum karena kontribusi
mereka bagi negara akan lebih terasa. Sayangnya, cetusan ide ini
sepertinya tidak berlanjut dan penyusunan klasemen tiap negara peserta
ajang multi event masihlah <i>gold first</i> alias berdasarkan medali
emas terlebih dulu. Dan kini tinggal bagaimana tiap orang menyikapi hal
ini dengan persepsi masing-masing, <i>silver and bronze, priceless or worthless ?</i><br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-5968012601881752642014-01-15T08:37:00.002-08:002014-01-15T08:37:23.775-08:00Regenerasi...Ketika melihat nama-nama pemain muda berseliweran di kancah bulu
tangkis internasional seperti, Ratchanok Inthanon dari Thailand, Bao
Yixin dari Cina, Sindhu P.V dari India penggemar bulu tangkis di
Indonesia kemudian membanding-bandingkan dengan fakta yang ada di Tanah
Air dimana pebulu tangkis sepantaran mereka masih harus berjuang di
pelatnas dan belum bisa dipandang sebagai pebulu tangkis papan atas
dunia.<br />
Tamparan makin keras bagi wajah bulu tangkis Indonesia kemudian
seolah datang saat Ratchanok yang masih berusia 18 tahun mampu menjadi
juara dunia tahun ini, saat umurnya masih 18 tahun dan ia masih bisa
ikut Kejuaraan Dunia Junior di tahun yang sama. Ketika Ratchanok
mencapai puncak, regenerasi bulu tangkis Indonesia justru tengah
mendapat sorotan tajam. Tidak hanya para pebulu tangkis tunggal putri,
seretnya regenerasi di Indonesia juga dianggap terjadi pada semua nomor
tanpa terkecuali.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/ratchanok.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-60" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/ratchanok.jpg?w=487" /></a><br />
Yang patut dicermati pertama kali adalah sistem pembagian kelas
turnamen bulu tangkis di Indonesia, mulai dari kelas anak-anak, pemula,
remaja, taruna, kemudian beralih ke dewasa. Biasanya, para pemain yang
dipanggil ke pelatnas adalah pemain yang ada di kategori taruna atau di
kisaran di 17-19 tahun. Usia itu kadang dianggap orang sudah terlalu
terlambat lantaran kembali berkaca kepada contoh di luar sana bahwa
Ratchanok sudah juara dunia junior di usia 14 tahun dan terus berlanjut
sampai akhirnya ia menjadi juara dunia pada usia 18 tahun.<br />
Jika mengambil contoh dalam negeri, maka kemudian akan disodorkan
nama Mia Audina yang sudah masuk Tim Uber pada usia 14 tahun atau Taufik
Hidayat yang sudah menjadi <i>runner up</i> All England pada usia 17 tahun di awal karir mereka.<br />
Namun yang patut digarisbawahi adalah tidak semua pemain sespesial
Taufik, Mia, ataupun Ratchanok. Mereka memang punya kelas tersendiri dan
terbukti tidak semua pemain dari berbagai negara di dunia bulu tangkis
bisa melambungkan nama mereka di usia di bawah 20 tahun. Untuk
rata-rataan umumnya, para pebulu tangkis mulai unjuk gigi selepas usia
20 tahun ke atas.<br />
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia dan PBSI untuk menciptakan
Taufik dan Mia di era saat ini? Langsung menceburkan pemain-pemain
junior sedini mungkin agar nantinya mereka bisa cepat matang di usia
muda? Pilihan ini sendiri pun juga memiliki resiko yang cukup besar.
Mereka bisa frustasi jika kemampuan mereka tidak spesial dan jauh di
atas rata-rata kemampuan pemain sebayanya.<br />
Sebenarnya dari panduan acuan yang ada di level turnamen nasional dan
internasional sudah menggambarkan jelas dan bisa jadi tuntunan. Untuk
level kategori nasional contohnya, bisa saja para pemain yang sudah
dianggap merajai turnamen sirkuit nasional level remaja langsung
diturunkan oleh klubnya di level taruna pada turnamen selanjutnya. Jika
ia masih bisa menguasai level taruna di usianya yang masih remaja, maka
ia bisa langsung berlanjut ke level dewasa. Memenangi sirkuit nasional
kategori dewasa saat usianya masih masuk kategori umur remaja, maka
jelas pemain itu memiliki potensi untuk semakin berkembang dan jelas
bakal menjadi incaran PBSI untuk masuk skuat pelatnas.<br />
Untuk turnamen internasional sendiri pun gambarannya jelas mulai dari
future series, international series, international challenge, grand
prix, grand prix gold, super series, dan super series premier. Semua
turnamen itu sendiri menunjuk daftar peringkat BWF sebagai acuan untuk
masuk babak kualifikasi/utama dan sistem unggulan.<br />
Dari sini pun sudah bisa terlihat jelas gambarannya. Bagaimana
mungkin pemain muda yang masih terseok-seok dan sulit juara di level
international challenge atau grand prix, langsung diharapkan bisa
menjelma sebagai pemain penuh prestasi di usia muda.<br />
Semuanya butuh proses. Jika pemain muda itu memang sudah menunjukkan
kualitas dan memenangi banyak turnamen grand prix atau grand prix gold,
maka ia mulai bisa naik level dan menjadi harapan untuk berbicara banyak
di level turnamen super series dan super series premier. Jika di
turnamen level grand prix dan grand prix gold saja mereka masih susah
menembus babak akhir, itu artinya mereka masih butuh polesan dan kerja
keras untuk meningkatkan kemampuan.<br />
Yang terpenting, PBSI harus memberikan kesempatan yang cukup bagi
pemain yang ada di bawah naungan mereka untuk mengikuti turnamen tiap
tahunnya. Dan nantinya, seleksi alam yang akan menunjukkan mana pemain
muda yang memang bisa mengukir prestasi fenomenal di awal karir mereka,
dan mana pemain muda yang memang harus menunggu hingga usia yang lebih
matang untuk meraih kemenangan demi kemenangan.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/junior.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-58" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/junior.jpg?w=487" /></a><br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-31500504457248056702014-01-15T08:36:00.001-08:002014-01-15T08:36:37.384-08:00Terima Kasih Chris John!<div class="entry-content">
Chris John duduk dengan posisi tegap. Tangan kirinya memegang
lembaran kertas sementara tangan kanannya memegang microphone. Kata demi
kata kemudian keluar dari mulutnya. Kadang ia berhenti sejenak untuk
kemudian memulai lagi. Irama nafasnya tetap stabil dan intonasi
kata-katanya pun tetap demikian. Matanya hanya sedikit memerah namun air
mata tak mengalir sedikit pun dari sudut dua bola matanya. Chris John
jelas merupakan petinju yang tegar, termasuk saat dirinya mengumumkan
pengumuman pengunduran diri.<br />
Total 15 tahun sudah dihabiskan Chris John untuk berlaga di ring
tinju, dari arena ke arena, dari kota ke kota, dari negara ke negara
lainnya. Untuk status juara dunia, Chris John sudah menggenggamnya
selama satu dasawarsa yang berarti Indonesia sudah diharumkan namanya di
dunia tinju 10 tahun lamanya.<br />
Dan kini dengan lantang Chris John mengumumkan pengunduran dirinya.
Sebuah pengumuman yang dilakukan dalam sebuah situasi yang sejatinya
tidak ada dalam bayangan dan harapan Chris John. Sebagai atlet, Chris
John jelas berambisi bisa mengakhiri karir dengan situasi sempurna.
Memegang rekor jumlah pertandingan mempertahankan gelar juara terbanyak,
sukses melakukan unifikasi gelar, dan tidak pernah kalah hingga akhir
karirnya adalah impian yang pastinya ada di benak Chris John sebagai
juara dunia.<br />
Toh, akhirnya Chris John tetap menunjukkan sikap sebagai juara
sejati. Juara yang tidak hanya hebat di atas ring. Namun juga sikap
juara yang mengerti dan mengakui batas dirinya sendiri. Juara yang tahu
kapan saatnya untuk mundur dan meninggalkan ring yang telah membuat
namanya menyebar ke seluruh penjuru dunia ini.<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/cj-12.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-52" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/cj-12.jpg?w=487" /></a><br />
Dan memang pada akhirnya yang terkenang oleh masyarkat saat menyebut
nama Chris John bukan hanya melulu soal kekalahan terakhirnya. Kekalahan
terakhir hanya akan mengambil porsi sepersekian persen dari cerita
tentang Chris John. Yang akan lebih mendominasi saat nama Chris John
adalah tentang pencapaian-pencapaian spektakulernya. Tentang bagaimana
ia mulai beralih dari wushu ke tinju. Tentang bagaimana ia menjadi juara
dunia untuk pertama kalinya. Tentang bagaimana ia meraih status super
champion dari WBA, dan tentang bagaimana ia mampu menjaga penampilannya
tetap stabil selama lebih dari 10 tahun hingga penghujung karirnya.<br />
Chris John tak perlu lagi menuntut balas dan meminta rematch atas
kekalahan di pertandingan terakhirnya karena sejatinya ia telah menang.
Chris John telah memenangkan hati rakyat Indonesia yang terus
mendukungnya. Beberapa tahun ke depan, ketika kata tinju dan legenda
disandingkan, maka otomatis nama Chris John yang ada di mulut dan kepala
orang yang melihatnya.<br />
Dari pertarungan-pertarungan yang terus dijalani Chris John,
tergambar jelas bahwa sikap bersahaja dan keganasan bisa bersatu secara
alami dalam diri manusia. Chris John memang bak ksatria haus pertempuran
yang terus menggempur musuhnya di atas ring. Namun di luar itu, Chris
John adalah petinju yang sederhana dan bersahaja. Petinju yang rendah
hati meski posisinya tinggi.<br />
Kini saatnya bagi kita untuk melepas Chris John turun dari ring tinju
yang pernah membesarkannya. Membiarkan dirinya menikmati waktu bersama
keluarga kecilnya, menebus waktu yang hilang saat Chris John terus
menerus sibuk bekerja keras untuk mengharumkan nama Indonesia. Biarkan
Chris John duduk bersama kita semua di bangku penonton, menyaksikan
kelanjutan nasib tinju Indonesia setelah ini. Tentunya dengan statusnya
sebagai Suami dan Ayah dari anak-anaknya, status juara yang menurut
Chris John abadi dan tetap melekat selamanya..<br />
<a href="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/cj-22.jpg"><img alt="Image" class="size-full wp-image" id="i-54" src="http://foodballgame.files.wordpress.com/2013/12/cj-22.jpg?w=487" /></a><br />
Terima Kasih Chris John!!<br />
</div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-86725366412736287582013-12-18T20:04:00.001-08:002013-12-18T20:04:35.021-08:00Gelombang Besar Ahsan/HendraKamis, 27 Desember 2012 posisi Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan tak
terdeteksi di halaman awal peringkat ganda putra di situs resmi
Badminton World Federation (BWF). Lanjut ke halaman kedua, nama mereka
pun belum ada, pun begitu ketika halaman selanjutnya ditelusuri. Nama
mereka baru ada di halaman keempat, yang memuat para pemain dengan
peringkat 76-100 dunia, tepatnya di peringkat 78 dunia.<br />
<br />
Ketika itu, Ahsan/Hendra yang baru dipasangkan usai Olimpiade London
2012 ini belum menunjukkan perkembangan permainan yang signifikan. Satu
kali semifinal (Denmark Super Series Premier), satu kali babak 16 besar
(Prancis Super Series), dan satu kali perempat final (Hong Kong Super
Series) adalah hasil yang dicatat Ahsan/Hendra dalam tiga turnamen yang
mereka ikuti di sisa tahun 2012. Karena itu wajar banyak yang menganggap
kiprah Ahsan/Hendra hanyalah berupa gelombang kecil di lautan yang tak
akan menggemparkan dunia.<br />
<br />
Status Ahsan/Hendra sebagai gelombang kecil di lautan pun terus
berlanjut di semester awal tahun 2013 meski mereka memenangi Malaysia
Super Series 2013. Penyebabnya tak lain karena mereka tak mampu menjadi
juara di All England dan malah tak tampil berpasangan di Piala Sudirman
2013 karena Ahsan mengalami cedera.<br />
<br />
Kiprah kehebatan mereka baru terasa di semester kedua tahun 2013.
Dimulai dengan menjuarai Indonesia Super Series Premier 2013 di debut
turnamen mereka pasca cedera Ahsan, duet Ahsan/Hendra terus mengamuk dan
memenangi turnamen-turnamen lainnya mulai di Singapura Super Series,
Kejuaraan Dunia 2013, dan Jepang Super Series secara beruntun. Meski
setelah itu performa mereka agak menurun, namun tahun 2013 berhasil
mereka tutup dengan sempurna melalui titel juara BWF World Super Series
Finals 2013. Peringkat nomor satu dunia pun berhasil mereka genggam di
tahun ini. Ahsan/Hendra yang masih berupa gelombang kecil pada akhir
tahun lalu kini sudah menjelma menjadi gelombang besar yang ditakuti
oleh banyak orang.<br />
<br />
Lalu, apakah Ahsan/Hendra meraih kesuksesan ini dengan cara instan?
Jawabannya tentu tidak. Hendra memang pemain papan atas dunia dan Ahsan
sering disebut-sebut sebagai pemain penuh talenta namun mempersatukan
mereka bukanlah seperti matematika dimana menambahkan lima dengan lima
maka kita akan mendapatkan angka sepuluh. Masih banyak faktor-faktor
lainnya di balik kesuksesan mereka berdua sampai kombinasi mereka
menjelma menjadi angka sepuluh dan dinilai orang sebagai pasangan yang
sempurna.<br />
<br />
Yang pertama Hendra. Jelas sulit baginya untuk menemukan motivasi
untuk berprestasi setelah ia meraih hampir semua gelar bergengsi yang
ada di dunia bulu tangkis bersama Markis Kido mulai dari berbagai
turnamen super series hingga titel juara dunia, dan meraih medali emas
mulai dari level SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade.<br />
<br />
Saat awal kembali ke pelatnas pasca gagal lolos ke Olimpiade London
2012, kondisi fisik Hendra sendiri berada dalam kondisi yang tidak
bagus. Staminanya merosot dan bobot tubuhnya pun tidak ideal seperti
saat masa jayanya. Beruntung, Hendra tidak kehilangan motivasinya untuk
berprestasi dan itulah modal utama Hendra untuk membenahi semuanya.<br />
Ia kembali berlatih lebih keras untuk mengembalikan fisik dan
staminanya. Ia berlatih keras untuk membuat ideal bobot tubuhnya. Ia
berlatih keras untuk kembali mempertajam tekniknya. Dan ia berusaha
keras untuk bisa berperan sebagai pembimbing Ahsan mengingat porsi
dirinya dalam duet Ahsan/Hendra adalah sebagai seorang senior, beda
dengan porsi sejajar yang dimilikinya saat berduet dengan Kido.<br />
<br />
Ahsan sendiri pun melalui perjuangan yang tidak mudah. Ia hanya
berlabel sebagai pemain 10 besar saat berduet dengan Bona Septano tanpa
mampu menapak ke level yang lebih tinggi. Diputuskan berduet dengan
Hendra yang berlabel super star, jelas beban lebih besar ada di pundak
Ahsan.<br />
Namun kembali motivasi untuk berprestasi menjadi modal utama Ahsan
untuk mengatasi semua rintangan yang ada. Ahsan berlatih keras untuk
bisa menjadi partner yang pas untuk Hendra. Ahsan berlatih keras untuk
mempertajam smes andalan miliknya. Dan yang paling penting Ahsan
berusaha keras untuk menguatkan mental dan bisa tampil percaya diri saat
berada di sisi lapangan yang sama dengan Hendra.<br />
<br />
Kini, di akhir tahun 2013 mereka telah mereguk hasil kerja keras
mereka. Status sebagai ganda putra terhebat di dunia plus puja-puji dari
seluruh negeri mereka dapatkan lewat perjuangan yang panjang meskipun
hanya memakan waktu yang singkat. Tugas mereka setelah ini adalah
menegaskan bahwa mereka, Ahsan/Hendra, adalah gelombang besar yang
berbahaya dalam waktu lama, bukan gelombang besar yang muncul karena
momentum sesaat lalu kemudian reda.<br />
<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-<br />
<br />
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-34581657724568113262013-12-18T20:00:00.000-08:002013-12-18T20:00:35.223-08:00Rematch Atau Gantung Sarung Tinju, Chris John?Dalam beberapa pertempuran yang sudah dilewati, Sang Naga mampu
bertahan dari serbuan para samurai dari Jepang sekaligus menaklukkan
mereka. Selain itu, Sang Naga juga sukses bertahan dari gempuran
ksatria-ksatria dari dataran Amerika dan mengalahkannya. Namun ternyata,
Sang Naga itu akhirnya takluk di hadapan Simpiwe Vetyeka, seorang
pejuang tangguh dari Afrika Selatan.<br />
Chris ‘The Dragon’ John bagaimanapun telah mengharumkan nama
Indonesia di kancah tinju dunia. Lewat dirinya yang berstatus sebagai
super champion kelas bulu WBA, nama Indonesia bisa terus mengemuka di
dunia dalam satu dasawarsa terakhir. Namun sebagaimana layaknya manusia
biasa, Chris John pun memiliki batas dalam dirinya.<br />
Saat naik ring melawan Vetyeka akhir pekan lalu, usia Chris John
sudah ada di angka 34 tahun, usia yang tentunya sudah tidak muda lagi
untuk ukuran seorang petinju. Dengan demikian, jelas gerakan tubuh,
power pukulan, dan lain sebagainya dalam diri Chris John berbeda jika
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dimana ia berusia lebih muda. Lewat
pertarungan yang berjalan hingga enam ronde, akhirnya Chris John pun
bertekuk lutut di hadapan Vetyeka. Sebuah kekalahan pertama yang dialami
Chris John dalam karirnya sebagai seorang petinju.<br />
Yang menarik usai kekalahan Chris John ini sendiri adalah bagaimana
Chris John mengambil keputusan setelah ini. Apa yang akan dilakukan
Chris John terhadap karir bertinjunya? Apakah ia akan tetap berdiri di
atas ring sebagai seorang petinju ? Atau meninggalkan arena tinju yang
telah membuatnya dikenal dunia seperti sekarang?<br />
Berbicara ke belakang, niatan Chris John untuk mundur dari dunia
tinju sepertinya sudah mulai mengudara sejak dua tahun belakangan. Dalam
konferensi pers melawan Shoji Kimura setahun yang lalu, Chris John
menyebut bahwa durasi karirnya di ring tinju hanya berkisar lima
pertandingan lagi. Ucapan itu pun kemudian dihubungkan dengan rekor
milik Eusebio Pedroza yang mampu mempertahankan gelar juara dunia kelas
bulu WBA dalam 19 pertarungan. Padahal ketika itu, sang istri Anna Maria
Megawati pun sempat meminta Chris John untuk mundur dengan alasan sudah
terlalu lama Chris John berkarir sebagai seorang petinju.<br />
Andai menang melawan Vetyeka kemarin, Chris John sendiri sukses
menyamai rekor Pedroza dengan 19 kali pertandingan mempertahankan gelar.
Dengan demikian maka Chris John tinggal butuh satu kemenangan lagi
untuk berdiri sendirian sebagai pemegang rekor itu. Namun nasib berkata
lain. Perjuangan Chris John harus terhenti di angka 18 dan harus
menerima nasib berada di bawah Pedroza untuk rekor yang satu ini.<br />
Nah, jika Chris John ingin tetap kembali bertinju, rasanya satu-satunya kemungkinan yang masuk di akal adalah dengan mengadakan <i>rematch</i>
melawan Vetyeka. Terlalu lama bagi Chris John jika dirinya harus
menjalani pertarungan-pertarungan lainnya dalam sisa karirnya. Karena
memang Chris John sudah membuktikan diri sebagai petinju hebat dan
satu-satunya urusan yang belum selesai baginya adalah urusan dengan
Vetyeka yang mengalahkannya kemarin.<br />
Namun untuk rematch sendiri, Chris John tidak mesti buru-buru dan
gegabah mengambil keputusan. Ia harus menilai benar apakah kekalahan
kemarin itu terjadi karena persiapan yang kurang bagus ? Apakah
kekalahan itu terjadi karena kondisinya kurang bagus di atas ring?
Apakah kekalahan tersebut terjadi karena ada sebab lain yang tak biasa
ia alami dalam sebuah pertandingan?<br />
Tetapi jika ia sudah berlatih keras dan menjalani masa persiapan
dengan sangat baik dan performanya di atas ring kemarin adalah level
terbaiknya sebagai seorang petinju, maka keputusan untuk melakukan
rematch perlu dipikirkan lagi. Karena jika ia kemarin sudah benar-benar
mengeluarkan 100 persen kemampuan yang ia miliki, maka butuh usaha keras
dan luar biasa bagi Chris John untuk mempersiapkan diri jika ia
benar-benar ingin melakukan rematch. Istilah kata, jika kemarin
persiapan Chris John sudah 100 persen dan ia kalah, maka persiapan untuk
rematch harus 200 persen untuk bisa tampil lebih bagus di rematch
nanti.<br />
Dan kalaupun akhirnya Chris John memilih untuk gantung sarung tinju
setelah ini, maka keputusan itu tetap layak untuk diapresiasi. Satu
kekalahan di akhir karir tidak akan merusak citra diri Chris John
sebagai petinju terhebat sepanjang sejarah tinju Indonesia sejauh ini.
Ia mampu menjadi juara dunia kelas bulu WBA dalam kurun waktu 10 tahun
dan dianugerahi gelar super champion. Namanya akan abadi dalam sejarah
dunia tinju Indonesia bersama rekaman-rekaman kehebatannya di atas ring
dan rekor-rekor miliknya.<br />
<br />
-Putra Permata Tegar Idaman-Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-13062808974995876742013-11-26T10:23:00.000-08:002013-11-26T10:24:14.773-08:00Rio de Janeiro 2016, Waktu yang Panjang dan Waktu yang Singkat<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Seri turnamen super series/super series premier BWF 2013 telah berakhir. Sebuah kesimpulan pun
bisa dengan mudah diambil, Indonesia benar-benar mengandalkan Mohammad
Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir untuk urusan meraih
gelar. Di luar nama itu, masih belum ada nama yang benar-benar menggigit dan
tampil sebagai andalan. Jika berbicara jauh ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016,
maka Indonesia pun menghadapi dilema dan pertanyaan, mampukah Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana
bertahan sampai kesana? Atau mampukah pemain lainnya berdiri sejajar dengan
mereka dan dijadikan andalan meraih titel juara?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tahun 2013 ini adalah tahun titik tolak Ahsan/Hendra setelah
mereka dipasangkan pada bulan September 2012. Mereka meraih empat gelar juara
plus titel juara dunia. Peringkat nomor satu dunia pun sukses digenggam oleh
mereka. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tontowi/Liliyana pun sukses membuat tahun 2013 sebagai tahun
kebangkitan usai mereka gagal di Olimpiade London 2012 lalu. Mereka meraih
empat gelar super series termasuk titel All England plus gelar juara dunia. Lalu
mampukah kedua pasangan ini bertahan dalam persaingan papan atas dan tetap
menjadi andalan hingga 2016 mendatang? Yang pasti, Indonesia tentunya tak mau tragedi
tanpa medali emas atau bahkan tanpa medali yang menimpa tim bulu tangkis
Indonesia di Olimpiade London 2012 kembali terulang di Rio de Janeiro nanti.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 2016 mendatang, Hendra sudah berusia 32 tahun
sedangkan Ahsan 29 tahun. Untuk Liliyana, dirinya akan berusia 31 tahun
sedangkan Tontowi menginjak angka 29 tahun. Jelas, bukan lagi sebuah umur yang
muda bagi seorang atlet. Secara fisik, mereka pasti mengalami penurunan
meskipun sejauh mana penurunan itu tetap tergantung bagaimana mereka mampu
menjaga kondisi mereka. Namun di samping itu, ada pula faktor konsentrasi dan
kejenuhan secara pikiran dan fokus. Bertahun-tahun diandalkan dalam tiap
turnamen besar, hal itu tentu bukan masalah yang mudah bagi Ahsan/Hendra dan
Tontowi/Liliyana. Terlebih bagi Hendra dan Liliyana yang sudah menjadi andalan
dalam satu dekade terakhir.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagi Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana sendiri, waktu kurang
dari tiga tahun ke depan menuju Olimpiade Rio de Janeiro 2016 jelas merupakan
waktu yang panjang. Sebelum diplot sebagai andalan untuk Olimpiade, mereka
sudah harus terus-menerus dibebani sebagai andalan di ajang-ajang besar.
Contohnya saja untuk tahun 2014, Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana sudah pasti
akan dibebankan target menjadi juara untuk All England, Kejuaraan Dunia, dan
juga Asian Games. Konsistensi dua ganda ini akan terus mendapatkan tantangan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
2014 ini juga mungkin bisa jadi semacam tahun ujian bagi
Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Jika mereka masih mampu menyelesaikan beban
target itu dengan baik, maka status Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana di akhir
2014 nanti masih layak dibebankan sebagai andalan untuk meraih medali emas di
Olimpiade 2016. Meskipun, setelah itu kembali masih ada 1,5 tahun tersisa bagi
mereka untuk mempertahankan konsistensi dan kembali diuji oleh pertanyaan yang
sama hingga beberapa bulan jelang Olimpiade nanti.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Cara terbaik yang diinginkan Indonesia untuk mengatasi
solusi ini jelas berharap PBSI bisa secepatnya menemukan andalan baru yang bisa
selevel dengan Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Jika itu terwujud, maka
peluru emas yang dimiliki Indonesia akan lebih banyak. Dengan demikian, maka
otomatis secara psikologis beban Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana juga
berkurang.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun melihat fakta yang tersaji tahun ini, jelas belum ada
pemain lainnya yang benar-benar bisa jadi andalan. Sebagai gambaran saja, di
luar Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana, hanya Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro,
Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta, dan Markis Kido/Pia Zebadiah yang lolos ke
BWF Super Series Finals tahun ini. Kualifikasi menuju BWF Final Super Series sendiri
dilihat dari performa para pemain di turnamen super series/super series premier
tahun ini, sehingga pemain yang tidak lolos jelas bisa disimpulkan bahwa
dirinya belum bermain baik tahun ini. Fakta bahwa Pia/Rizki dan Kido/Pia
bukanlah anggota pelatnas plus Sony adalah pemain yang tergolong sudah veteran,
maka hanya Tommy yang benar-benar bisa dibilang sebagai perwakilan dari
generasi muda yang ada di pelatnas.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagi para pemain dari generasi masa depan, yaitu Tommy dan
kawan-kawan di pelatnas, waktu tiga tahun kurang ke depan adalah waktu yang
sangat singkat. Mereka dituntut untuk bisa terus meningkatkan prestasi di waktu
yang ada. Jika turnamen super series saja sulit untuk mereka menangi, maka
jelas jalan berat menuju Olimpiade bagi mereka akan menanti. Jika mereka gagal
masuk papan atas di 1-2 tahun mendatang, maka sulit berharap nantinya di
Olimpiade mereka bisa jadi andalan. Pembuktian diri harus terus menerus mereka
lakukan agar mereka bisa jadi tumpuan harapan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekali lagi, bagi Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana, waktu
menuju Olimpiade Rio de Janeiro masihlah sangat panjang. Sementara bagi Tommy
dan kawan-kawan, mereka terus diburu waktu yang berlari begitu cepat.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
-Putra Permata Tegar Idaman- </div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9150320598513110504.post-46925369913830447652013-11-25T04:25:00.000-08:002013-11-25T04:25:06.150-08:00Semakin Ramping, Semakin Diperhatikan<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bayangkan jika dua mata yang kita miliki ini melihat
sekumpulan semut yang terbagi dalam lima kelompok. Jelas sulit bagi kita untuk
melihat detil gerakan satu persatu dari para semut itu. Mungkin ada beberapa
semut yang tampak menonjol di mata kita karena ia bertubuh besar atau
perangainya paling aneh. Namun yang pasti tidak akan mungkin dua mata ini bisa
mengawasi seluruh gerakan semut-semut yang ada. Jika jumlah semut itu
berkurang, maka jangkauan pengawasan kita pastinya akan bertambah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gambaran itu mungkin sama halnya dengan jika masyarakat
pecinta bulu tangkis melihat kondisi pelatnas bulu tangkis saat ini. Jika ditanya,
nomor mana yang saat ini tengah terpuruk di Indonesia, maka jawabannya otomatis
akan mengarah ke nomor tunggal putri di urutan pertama, ganda putri di urutan
kedua, dan tunggal putra di urutan ketiga. Nomor ganda putra dan ganda campuran
seolah berada di zona nyaman karena dianggap sudah memberikan bukti prestasi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Nomor tunggal putri menjadi nomor yang disebut paling
terpuruk karena di zaman dulu Indonesia memiliki sosok sehebat Susi Susanti
ataupun Mia Audina. Di era 2000-an pun Indonesia memiliki Maria Kristin yang
sempat menimbulkan secercah harapan sebelum akhirnya cedera berkepanjangan. Kini,
belum ada pebulu tangkis tunggal putri yang bisa jadi andalan dan bersaing di
level elit dunia bulu tangkis.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Nomor ganda putri menerima perlakuan sedikit lebih baik dari
masyarakat pecinta bulu tangkis karena secara tradisi Indonesia tidaklah
terlalu kuat di nomor ini. Jadi, ada sedikit rasa maklum yang menemani
perjalanan nomor ganda putri meskipun saat ini torehan prestasi mereka juga
jauh menurun dibandingkan generasi-generasi sebelumnya yang setidaknya bisa
meramaikan persaingan di papan atas.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk nomor tunggal putra, meski saat ini sejumlah nama ada
di papan atas, namun jika dibandingkan dengan torehan di dekade sebelumnya,
maka jelas mereka pun mengalami kemunduran. Pasalnya belum ada pemain yang
mampu menjadi ujung tombak dan andalan dalam meraih titel demi titel di setiap
turnamen besar seperti lazimnya para tunggal putra Indonesia di dekade-dekade
sebelumnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu bagaimana dengan nomor ganda putra dan ganda campuran?
Apakah mereka telah menunjukkan konsistensi prestasi dan terhindar dari kata
kemunduran? Sejatinya tidak 100 persen benar karena dua nomor itu hanya
mengandalkan satu nama saja untuk urusan prestasi di level elit. Mohammad
Ahsan/Hendra Setiawan untuk nomor ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
di nomor ganda campuran. Jika dua nama itu dikesampingkan, maka belum ada yang
benar-benar bisa jadi andalan dan siap memikul beban sebagai andalan dan
menjadi juara.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jadi secara umum, pemain lain di nomor ganda putra dan ganda
campuran sejauh ini bernasib lebih baik dibandingkan tiga nomor lainnya karena
mereka terlindungi oleh pamor Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana. Selama dua
orang tersebut menjadi juara, maka dua nomor itu terus dianggap berhasil dan
mempertahankan status sebagai nomor andalan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu apa kaitannya dengan wacana PBSI merampingkan skuat
pelatnas pada tahun depan? Mungkin banyak yang bertanya-tanya tentang kebijakan
ini karena di satu sisi sebenarnya PBSI tidak mengalami masalah sama sekali
terkait pendanaan pemain dengan jumlah yang ada saat ini, yaitu 83 orang. Pun
begitu halnya dengan fasilitas seperti lapangan dan kamar asrama. Semuanya
masih bisa dipenuhi oleh PBSI.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Memang ada hal yang menarik dari wacana perampingan skuat
pelatnas PBSI dari 83 orang menjadi kisaran 50-an. Jika dikalkulasikan dengan
proses promosi, maka mungkin akan ada 40-50% nama yang hilang dari skuat
pelatnas tahun ini. Sebuah jumlah yang besar dan tentunya sangat signifikan.
Namun melihat bagaimana proyeksi dan bayangan skuat pelatnas di tahun depan,
maka alasan dari PBSI akan muncul ke permukaan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam proyeksi yang ada, PBSI menyebut akan ada 5 pemain
untuk nomor tunggal baik putra dan putri dan 4 pasang untuk ganda baik putra
dan putri yang kesemuanya itu merupakan pemain untuk proyeksi Thomas-Uber tahun
depan. Ditambah tiga pasang untuk nomor ganda campuran, maka dengan demikian
sudah ada 32 pemain yang terdaftar. Sisa slot setelah itu nantinya
diperuntukkan bagi pemain potensial maupun junior.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan asumsi seperti itu, PBSI sepertinya tidak ingin
memberikan ruang yang lebih besar bagi para pemain di dalamnya. Mereka ingin
pemain yang ada di dalamnya benar-benar menajamkan persaingan di antara sesama
sehingga tak ada kata ‘nyaman’ dalam status mereka sebagai pemain pelatnas.
Mereka harus bisa terus masuk proyeksi tim untuk target-target besar jika tak
ingin ke depannya posisi mereka digusur oleh pemain lainnya yang berusia lebih
muda. Pemain muda pun harus terus memenuhi target antara sampai mereka dirasa
matang untuk dibebani target besar.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jumlah pemain yang lebih sedikit ini sendiri membuat atensi
kepada tiap pemain menjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Setiap
gerak-gerik para pemain dari turnamen ke turnamen akan lebih dipantau dan
diperhatikan. Dengan demikian pemain sendiri pastinya menyadari butuh usaha
lebih keras dari biasanya untuk bisa bertahan di pelatnas Cipayung. Ketika mereka
lengah, bukan tak mungkin tahun depan status pemain pelatnas bukan milik mereka
lagi. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
-Putra Permata Tegar Idaman- </div>
Tegar Putrahttp://www.blogger.com/profile/03959055444890445416noreply@blogger.com0